Senin, 21 Maret 2016

Ketika Catatanku Dibaca Emak



Sebelum berangkat bekerja, emak sempat saya buatkan akun FB, berarti hanya daftarkan saja, setelah itu biarkan emak sendiri yang atur. Tidak yakin kalau emak saya bisa gunakan he he, bisa SMS dan telpon saja baru-baru ini. Waktu itu saya hanya menambahkan beberapa teman saya di FB emak. yaitu saya, adik, dan beberapa sudara saya. 
 
“Kalau emak mau buka FB,  klik saja ini mak, sudah langsung bisa dibuka.” Saya memberitahu emak tentang cara membukanya, lagian emak kan tidak saya beritahu username dan password-nya apa, hiks hiks yang punya FB siapa, yang tahu password-nya juga siapa. Itu tidak penting buat emak, yang lebih penting bisa buka FB yang saya buatkan itu.

Saya iseng saja, tidak ada maksud apa-apa, sepertinya emak juga cukup familiar dengan nama medsos ini, hanya saja belum tahu aturan mainnya. Seringkali saya lihat berandannya, ternyata emak sudah bisa menambahkan pertemanan, meskipun temannya tidak lebih dari lima belas ha ha. Untuk yang lainnya masih belum bisa, seperti membuat foto profil, foto sampul, begitu juga membuat status. Iya, memang FB emak saya masih kosong di dalamnya, hanya ada dua postingan yang ditandai oleh adik saya ketika hari ibu kemarin dan satunya ditandai oleh saudara saya. 

Meskipun emak hanya bisa menambahkan pertemanan saja, namun jangan salah emak acap kali aktif. Kalau aktif berarti otomatis ia membuka akun FB-nya. 

Karena pertemanaannya hanya sedikit, emak bisa melihat dan membaca semua status yang dibagikan oleh teman Fb-nya. Ah, salah satunya kan saya, anak emak. Yakin kalau emak-mu baca statusmu? 

Setiap satu minggu sekali atau dua minggu sekali, saya selalu telpon emak. Ketika telpon ini, emak selalu mengungkit-ungkit catatan yang saya buat di FB. Ia menceritakan kembali tulisan yang saya buat tersebut. Memang emak tidak banyak komentar, sesekali hanya menanggapi saja Misalnya waktu telpon beberapa hari yang lalu, saya baru saya membuat catatan tentang Nasi Kerabu. Setelah emak baca, emak bilang “kok suka nduk sama Nasi biru?” “Bisa nuliskan Bahan-bahannya juga, kalau sudah dirumah coba buat nduk?”, dll. Begitulah contoh emak menanggapi tulisan yang buat, Ia akan menanggapi sesuai dengan isi tulisanku. Setiap kali saya telpon, emak selalu ngomongin soal catatan yang telah saya buat. Kadang saya kaget juga …loh bagaimana emak bisa tahu? Oh, iya, baru saja saya nulis status tentang itu. 

Kalau emak buka FB, lalu dilihat belum ada yang baru, emak menagih tulisanku. Katanya tulisanku belum ada yang baru lagi. Terima kasih emak sudah baca status FB-ku. Kalau lagi tidak buat tulisan, hmm serasa saya lagi punya hutang …..hutang menulis maksudnya. ^__^


Thailand, 22.03.2016


2 komentar:

  1. jadi emak harus gaul mbak. mengapa saya harus punya akun ABC, biar saya bisa berteman dengan anak saya. saya bisa memantau tulisan-tulisannya. kalau tulisannya nyindir2 orang, saya selalu mengingatkan. o, o, ternyata cuma guyon. bahkan teman2 anak saya juga nge-add saya. walah, ada baiknya juga loh. ternyata saya benar-benar bisa memantau anak-anak. emak gaul emak yang punya akun di sosmed untuk kepentingan menulis.

    BalasHapus
  2. Benar sekali Bu. Ima, jadi emak gaul sebenarnya harus, sehinga bisa mengawasi anak-anaknya di sosial media. He he, tapi emak saya masih belum gaul Bu. Ima, karena memang gaptek ibu saya, jadi saya harus bisa mengontrol diri untuk menggunakan media sosial dengan baik,salah satunya buat belajar menulis

    BalasHapus

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...