Senin, 29 Agustus 2016

Senandung Eklek di Pagi Hari



Rumahku yang notabene tidak berada persis di samping jalan raya atau dekat dengan jalur umum, deru kendaraan tidak sepenuhnya bisa saya dengar. Rumahku tidak dibisingkan dengan hal itu, all day free car :). Sesekali deru sepeda motor atau mobil terdengar, namun itu suara dari kajauhan. 

Jalan yang berada di dekat rumahku khusus untuk pejalan kaki, salah satunya jalan pintas para pejalan kaki yang ingin ke kebun. Kalau pagi hari, beberapa tetangga lewat depan rumah untuk pergi ke kebunnya. Ketika ada orang rumah sedang duduk-duduk di teras, pasti kami menyapanya untuk sekedar memintanya bersinggah. Kadang ada yang mau, kadang tidak. Kalau yang sudah biasa, tanpa dipersilahkanpun ada yang langsung singgah. Bisanya ngobrol dulu sambil menikmati kopi pagi. 

Kalau ada tetangga yanag pergi ke kebun, suara eklek akan terdengar terlebih dahulu dari jarak beberapa meter. Itulah peralatan tradisional kebesaran orang-orang di desa saya jika mau bepergian ke kebun atau hutan untuk mencari rumput atau kayu bakar, menebang pohon, atau untuk keperluan lain. Peralatan tersebut untuk meletakkan benda tajam yang dibawanya, seperti arit, golok, dll. 

Alat tersebut terbuat dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa agar bisa untuk meletakkan benda tajam ayang dibawanya (menyerupai saku, namun berlubang). Lalu, dikasih lubang kecil dibagian kanan kirinya untuk menaruh tali pengikat. Cara pakaianya cukup dengan meletakkan arit atau golok di benda itu dan diikatkan di pinggang. Eklek ditaruh belakang. Selain agar aman, memakai eklek juga lebih praktis saat membawa benda tajam. Kalau mau menggunakan tinggal mengambilnya, jika sudah selesai dikembalikan lagi. 

Kalau dipakai, eklek tersebut akan bersuara seirama dengan dengan cara jalan pemakainya. Jika berjalan cepat, irama eklek akan cepat pula, begitu juga sebaliknya. Ya, bunyi eklek itu akibat gerakan saat berjalan  yang menyebabkan eklek bergerak mengenai senjata yang dibawa yang bunyinya klek..klek..klek

Dalam sepagi bisanya ada beberapa orang yang lewat dengan membawa eklek. Lewat irama eklek yang dipakainya, kadang kami sampai hafal siapa pemakaianya. Begitaulah secuil cerita pagiku.

Pengembangan Diri-Improvement to Be Better Person



Judul Buku : Self Development (Melejitkan Potensi Personal, Sosial, dan

Spiritual)
Penulis         : Dr. Ngainun Naim
Penerbit       : Lentera Kreasindo
Cetakan        : I, November 2015
Tebal             : x + 222 hal; 14.5 x 20.5 cm
ISBN              : 978-602-1090-64-0



 Buku Motivasi Pengembangan Diri

Buku yang cocok sekali untuk dibaca semua orang, sebagai upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, hidupnya lebih berkualitas dan bermakna. Begitulah kesan saya setelah berhasil menikmati seluruh isi bagian dari buku yang berjudul “self development (melejitkan potensi personal, sosial, dan spiritual)”. Dalam buku ini, Bapak Ngainun Naim memaparkan dengan jelas bagaimana  usaha  untuk mengenali dan menggali potensi diri, lalu bagaimana mengembangkannya dalam rangka meraih kesuksesan hidup. Yang jelas buku motivasi tentang pengembangan diri ini akan menjawab pokok permasalahan tersebut dengan segenap langkah praktis dan kisah inspiratif para tokoh yang disajikan secara menarik oleh penulis. Tinggal bagaimana kesadaran kita untuk mempraktekannya, karena dengan kesadaran akan menunbuhkan motivasi tinggi untuk memperbaiki diri.


Tentunya kita semua menginginkan sebuah perubahan untuk menjadi pribadi yang berkualitas. Semua orang menginginkannya. Sebagai ungkapan pembuka, penulis memaparkan bahwa sepanjang memiliki akal sehat, rasanya tidak ada yang menginginkan kegagalan datang menghampiri. Bahkan keseluruhan hidup manusia sesungguhnya dilakukan dalam kerangka menuju sukses. Ya, ternyata menggapai kesuksesan dalam hidup telah menjadi visi besar setiap pribadi manusia. Semua orang pada hakikatnya ingin hidupnya sukses, bisa lebih baik lagi dari waktu ke waktu.


Hidup manusia yang senantiasa dihadapkan pada situasi dinamis, maka kita diharapkan siap dan mampu menghadapi perubahan. Solusi ampuh yang harus kita tempuh adalah dengan terus belajar. Belajar akan mewujudkan suatu perubahan. “Orang disebut belajar jika dalam dirinya terdapat perubahan pengetahuan, wawasan, sikap, ketrampilan, dan kearifan dalam hidup. Penulis juga menegaskan bahwa belajar, dalam kerangka ini, tidak harus di bangku sekolah. Belajar sebagai sarana pengembangan diri bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, kursus, seminar, mendengarkan ceramah, dan sebagainya (hal. 30).”


Sejauh yang berhasil saya pahami dari buku ini bahwa untuk meraih kesuksesan hidup lewat pengembangan diri, mengoptimalkan potensi diri yang kita miliki menjadi kunci penting. Potensi merupakan suatu kemampuan yang dapat dikembangkan. Yang menjadi permasalahan adalah banyak dari kita  yang belum menyadari akan keberadaan potensi yang dimiliki itu, sehingga tidak bisa mengembangkanya. 


Proses juga sangat ditekankan dalam rangka menggapai kesuksesan. “Hidup adalah proses”, seperti itu salah satu signifikansi yang dijelaskan oleh Bapak Ngainun naim terkait pengembangan diri. Disamping itu, tidak diperbolehkan rupanya menjadikan keterbatasan atau kekurangan yang kita miliki untuk memutus semangat mencapai kesuksesan. 


Dalam sub bab yang berjudul “melampaui keterbatasan”, penulis menyuguhkan beberapa kisah hidup sosok yang mengagumkan karena semangat untuk berubah dibalik keterbasan yang dimilikinya. Dari dalam diri sosok yang semasa hidupnya serba keukarangan, tersingkap Brian Tracy yang hidupnya dipenuhi kesuksesan. Dari dalam diri sosok yang dianggap bodoh semasa sekolahnya, tampil sosok spektakuler Thomas Alva Edison (kisah selengkapnya di hal 56-61). Kesuksesan yang digenggamnya tersebut terjadi semata-mata karena komitmen dan semangatnya untuk berubah. 


Dalam persoalan semacam ini, penulis secara menarik membedakan antara orang sukses dan orang bukan sukses dari sisi kekurangan yang dimiliki. “Keterbatasan sesungguhnya selalu ada pada setiap orang. Perbedaan antara orang sukses dengan orang yang bukan sukses terletak pada bagaimana mereka memandang kekurangan. Orang sukses melihat kekurangan sebagai titik pijak untuk berkembang dan melampauinya. Sementara orang yang gagal justru menyesal dan meratapi terhadap kekurangan yang dimilikinya (hal. 62).” 


Proses pengembangan diri ini harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Potensi personal menjadi aspek penting dalam pengembangan diri. Salah satu aspek potensi personal yang penting untuk dipertimbangkan adalah akhlak, tanpa akhlak yang baik sukses tidak mungkin bisa dicapai dengan mulia. Kalau kita sering mengabaikan kebaikan-kebaikan kecil dan sederhana, saatnya mulai sekarang untuk senantiasa mengupayakan berbuat baik meskipun hanya sederhana. Selain akhlak, perilaku yang bersifat personal yang harus kita tingkatkan dalam upaya pengembangan diri diantaranya integritas (jujur/amanah), disiplin-diri, sabar, dan syukur (diulas di hal. 63-121). 


Integritas sudah pasti menjadi penentu kesuksesan seseorang. “Kesuksesan yang tidak ditopang oleh kepribadian berintegritas akan cepat runtuh. Integritas – bersikap terbuka, jujur, dan konsisten- ikut mengantar orang menjadi jawara dalam bidang apapun (hal. 74-75).” Dalam perilaku ini, patut kita meneladani sosok Bung Hatta yang dikenal dengan pemimpin yang penuh integritas. Tidak hanya berintegritas tinggi dalam memimpin negara, namun juga diterapkanya di dalam keluarga. 


Terkait dengan disiplin-diri, ketika membaca isi bagian di dalamnya kita diajak untuk merenung sejenak bahwa budaya disiplin belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan kita. Kesadaran untuk mendisplinkan diri masih sangat lemah. Penulis menawarkan lima tahapan untuk mewujudkan budaya disiplin; Pertama dipaksa (karena aturan/system yang berlaku), kedua terpaksa melakukannya, ketiga bisa, keempat  biasa, kelima menjadi budaya. Meskipun kelihatan sepele, namun jika tidak didasari dengan kesadaran dalam diri dan komitmen yang kuat tetap saja berat menjalankannya. “Disiplin mempunyai kekuatan luar biasa yang dapat mengantar individu, kelompok, dan bahkan bangsa untuk meraih berbagai hal yang diinginkan. Disiplin menjadi langkah teknis dan praktis untuk meraih apa pun harapan dan cita-cita (hal. 96).”


Kusuksesan tanpa dijalani dengan penuh kesabaran juga tidak akan berhasil. Orang yang sukses pasti memiliki kesabaran tingkat tinggi. Mereka harus berjuang dalam waktu yang lama untuk menjemput kesuksesannya. Keberhasilan sesorang juga tidak lain karena dalam hidupnya selalu dipenuhi dengan rasa syukur. Tips menumbuhkan rasa syukur yang diberikan oleh penulis sepertinya perlu untuk kita terapkan dalam kehidupan. Bahwa, kita harus melihat sesuatu yang ada pada kita sebagai sebuah kelebihan. Rasa syukur itu tidak perlu menunggu datangnya momentum yang menjadikan kita secara natural harus bersyukur, tetapi kita sendiri yang menciptakan momentum itu. Membangun momentum itu harus dilakukan dengan memandang segala hal yang kita terima, sampai pada hal yang paling kecil sekali pun, sebagai anugerah dan nikmat yang luar biasa yang dianugerahkan oleh Allah SWT (hal. 113).


Selain dengan melejitkan potensi personal yang kita miliki, pengembangan diri juga harus mempertimbangan potensi sosial. Potensi sosial dalam hal ini lebih mengacu pada bagaimana sikap kita terhadap orang lain sebagai makhluk sosial. Agar hubungan dengan orang lain menjadi nyaman dan selalu rukun, ada beberapa poin penting yang harus kita jalankan. Diantaranya, dengan mneyadari kehadiran orang lain, menghargai orang lain, memahami perbedaan, dan tidak boleh mengeluhkan orang lain. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain juga penting untuk diterapkan dalam kehidupan. Memaafkan akan menghasilkan kehidupan yang harmonis. Hati adalah sumber kehancuran bila saling membenci. Apalagi iri, dengki dan iri hati akan membuat kita sengsara jika dilampiaskan dalam perilaku yang buruk.  Kita seharusnya malah bisa memaknai sisi kelebihan orang lain sebagai sebuah anugerah dari Allah dan bisa memafaatkanya sebagai sarana belajar. Begitulah solusi yang diberikan oleh penulis agar kita bisa terhindar dari sifat tercela ini. Ketika menginginkan diri kita sukses, nilai-nilai kebajikan semacam itu harus tertanan kuat dalam diri kita.


Tebarkanlah kebaikan kepada orang lain, itulah energy positif. Energi ini akan mengantarkan orang lain menuju kehidupannya yang lebih baik. Energi ini juga menhasilkan manusia yang berkarakter.  Pesan yang disampaikan dalam hal ini bahwa kita harus bahagia diatas kebahagiaan orang lain. “Manusia-manusia yang di dalam dirinya sarat dengan kemuliaan akan selalu mampu menebarkan kebaikan. Ia akan merasakan kebahagiaan manakala mampu menebarkan kebaikan kepada orang lain. Inilah manusia-manusia mulia yang selalu hadir bagi kesuksesan dirinya sendiri dan orang lain. Rusaknya kehidupan sekarang ini karena semkain banyaknya manusia egois dan hanya mementingkan hawa nafsunya semata. bagi manusia semacam ini, aspek yang penting adalah dirinya sendiri. Sementara orang lain tidak masuk dalam kamus hidupnya (hal. 166).”


Selain aspek personal dan sosial, self-development juga harus memberi perhatian pada aspek spiritual. Pengembangan diri tanpa didukung aspek spiritual tidak akan berhasil. Kesuksesan tidak akan lepas dalam aspek spiritual. Jika ingin berhasil, Jangan sekali-kali lupakan spiritual. Kekuatan doa mampu mengubah nasib. Kecerdasan spiritual merupakan suatu kunci agar doa - doa yang dipanjatkan terkabul.


Itulah tiga potensi pokok yang harus digali secara terus menerus sebagai upaya untuk mewujudkan pribadi yang lebih baik lagi, berkualitas dan bermakna. Saya pribadi bisa menyimpulkan bahwa potensi menjadi kunci penting dalam rangka pengembangan diri ini. Manusia yang berkeinginan adanya pengembangan dirinya sangat perlu memiliki keseimbangan antara ketiga potensi tersebut, yaitu potensi personal, potensi sosial, dan potensi spiritual. Perpaduan yang seimbang dari ketiganya akan memungkinkan seseorang mampu mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. 


Terlebih lagi, dalam buku ini menyajikan ungkapan-ugkapan syarat inspirasi dan motivasi dari para ahli yang dipakai sebagai pembuka sub-sub tema yang dibahas. Bahasa yang digunakan oleh penulis juga sangat mudah dipahami. Kita akan mudah menemukan intinya saat membaca. Ketika ada istilah-istilah asing atau ilmiah, beliau juga menyertakan pembahasan secara detail di dalamnya.

 Secara tidak langsung, melalui buku ini kita diajak bersama-sama meningkatkan kesadaran kita untuk upaya pengembangan diri. Pengembangan diri akan mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Jadi, mari belajar dan terus mengembangkan diri. Selamat berjuang menjadi pribadi yang diperbarui dan memberi manfaat bagi sesama ^_^


Panggul-Trenggalek, 29-30 Agustus 2016

Senin, 22 Agustus 2016

Sebab Hujan


 Bunga tembelek di pekarangan rumah; Hijau dan berbunga;

Memasuki bulan kedelapan, hujan masih turun. Kadangkala derasnya guyuran hujan seperti musim hujan saja. Juni yang konon bulan musim kemarau yang hujan tidak turun pada bulan itu, namun ia tetap saja turun dengan segala ketabahannya. Lalu, disusul bulan Juli dan ternyata hujan masih saja turun hingga bulan Agustus kini. 


Di bulan musim kemarau pastinya banyak pepohonan yang daunnya berguguran, tanah gersang, rerumputan mengering. Namun berkat kerinduan hujan di musim kemarau, alam kampungku tetap berhiaskan hijaunya pepohonan dan rerumputan. Kambing peliharaan orang tua saya masih bisa menikmati rumput-rumput hijau di musim kemarau ini. Airpun berlimpah. Sawah masih bisa diolah seperti sedia kala. 


Di kala hujan berhari-hari tidak kunjung reda dan hasil panen,  seperti padi dan cengkih belum kering, sebenarnya tidak jadi soal meskipun sedikit rempong, karena harus mensiasati agar tidak berjamur dan membusuk. Namun setelah hujan selama beberapa hari, akhirnya panas datang. Hasil panenpun selamat. 


Panggul-Trenggalek, 23 Agustus 2016

Dia yang Bertoga



Momen istiwema itu pada akhirnya tiba juga. Kemarin, tepatnya pada tanggal 13 Agustus 2016, di dalam ruang yang cukup besar dan megah itu dia mengenakan baju toga dan berkumpul bersama seluruh kawan-kawannya. Ia menyambut hari itu dengan penuh semangat dan riang. Setelah dinyatakan lulus selama masa studi hampir 4 tahun, hari itu dia diwisuda bersama ribuan calon sarjana lainnya. Sudah tentu momen ini menjadi momen yang membahagiakan untuknya dan juga keluarga. Orang tua mana coba yang tidak senang melihat anaknya selesai menempuh studi yang mana itu merupakan juga berkat doa dan perjuangannya. 

Dari rumahnya yang cukup jauh disana, rombongan keluarga di pagi buta sudah berangkat, mengingat acara akan dimulai pada pukul 07.00. Ternyata selain orang tuanya yang ikut, datang pula adik, kakek, dan nenek. Kesempatan ini adalah kali pertama mereka datang di tempatnya menimba ilmu itu. Sungguh momen yang special dan kan terkenang. 

Sebelum pukul tujuh, keluarga besarnya telah sampai di kos. Sementara ia dan teman-temannya masih sibuk berdandan. Mungkin banyak teman-temanya yang sibuk berdandan di salon yang sudah booking jauh-jauh hari, ia lebih memilih yang hemat. Kebetulan ia ditawari untuk berdandan dengan salah seorang temannya dan ia setuju. Sehingga Tidak perlu antri dan bangun pagi-pagi. Setelah sholat Subuh, dandan baru dimulai. Ya, memang ia tidak terlalu peduli dengan segala kirebetan yang biasanya terjadi saat menjelang wisuda, seperti hunting kebaya, booking salon, cari high heels, dan seperangkat kiribetan lainya. Wisuda yang hemat. 

Setelah selesai berdandan, baju toga dikenakanya dan bersiap meluncur ke tempat acara. Dengan naik di mobil sewaan keluarga, ketiga temannya diajak berangkat bersama-sama. Setibanya di kampus, suasana pagi itu sangat ramai. Jalan raya depan kampus padat dengan kendaraan yang mengantar putra-putrinya yang akan diwisuda. Karena mobil harus diparkir di luar kampus, jadi ia dan keluarganya turun tepat di depan pintu masuk. 

Terdengar dari ruang wisuda bahwa acara akan dimulai, para hadirin segera diminta untuk memasuki ruang wisuda dan menempati tempat duduk yang telah disediakan. Acarapun dimulai tepat pada waktu yang telah terjadwalkan. Ia sangat antusias mengikuti serangkaian prosesi yang ada. Meskipun guyuran hujan sempat membuat panik, namun rasa bahagia tetap terpancar di wajah mereka. Acarapun berlangsung khidmat hingga akhir. 

Kini, empat tahun telah berlalu semenjak Allah memberikan kesempatan kepadanya untuk menimba ilmu. Aku yakin, bahwa hari saat dia diwisuda kemarin adalah hari yang akan terus diingat olehnya. Sebagai orang yang sangat mengenalnya, aku ingin mengucapkan selamat. Selamat atas kelulusannya. Semoga ilmu yang diraih selama ini bisa berkah dan bermanfaat. Untuk saudaranya yang juga kini tengah kuliah di kampus yang sama, selamat menempuh semester barunya. 

Finally, acara selesai kurang lebih pukul 13. 00. Ia dan keluarganya tidak langsung pulang. Terlebih dahulu menghampiri stand foto yang tidak terlalu antri untuk mengabadikan kenangan pada momen istimewa itu. 

Begitulah sepenggal cerita yang bisa saya abadikan di momen wisudanya. 

                    

                                 Dia dan kelarga; orang tua, kakek, nenek, dan adik.



Bersama orang tua

 Dia dan teman-temanya


Panggul-Trenggalek, 22-08-2016

Jumat, 12 Agustus 2016

Diary Akhir Skripsi



Setelah menyelesaikan sidang pada beberapa waktu yang lalu, tentu saya menerima catatan revisi dari dosen penguji. Setelah diujikan, saya baru menyadari kalau ternyata memang ada beberapa hal yang harus saya kaji ulang dan masih perlu perbaikan. Meskipun semangat sidang saya terpatahkan saat mengetahui catatan revisi yang diluar dugaan, tetapi mau tidak mau jika ingin segera tuntas saya harus segera mengerjakannya. 
 
Bahagia bukan main ketika saya telah menyelesaikan jilid kuning, karena berarti saya bisa ikut ujian skripsi. Apalagi ketika tiba waktunya giliran saya untuk sidang skripsi. Kamis, July, 21st 2016 is my turn. Saya waktu itu tidak membayangkan kalau ternyata ada seabrek poin yang harus saya revisi. Bayangan saya hanya yang indah-indah waktu menjelang sidang. Meskipun banyak catatan dari dosen penguji, namun keluar dari ruang sidang tetap saja lega dan istimewa. Selain saya bersyukur karena telah bisa melewati tahapan ini, juga beberapa teman saya datang ke kampus untuk menyambut ekspresi saya keluar dari ruang sidang.

Sengaja saya tidak langsung mengerjakan catatan perbaikan itu, karena masih bingung harus memulai dari mana. Saya diamkan untuk beberapa waktu agar saya bisa benar-benar merelakan kesalahan yang telah saya perbuat. Karena waktu yang menuntut saya untuk menyelesaikannya, maka hati saya tergerak untuk segera take action

Saya selesaikan revisi selama satu minggu lebih. Saya memilih mengerjakannya di rumah. Orang tua saya juga sedikit bertanya-tanya ketika saya pulang setelah ujian, lalu tidur larut malam lagi. Waktu menjelang sidang memang saya berpamitan kepada mereka, kalau saya sudah selesai mengerjakan skripsi, lalu meminta doa restu untuk ujian. Mereka kira kalau sudah ujian, sudah selesai. Tapi saya masih mengerjakan lagi. Saya mencoba bercerita kepada mereka kalau ada koreksi dari beberapa dosen penguji saya dan saya harus memperbaikinya. Cukup mereka tersenyum sambil menghela nafas panjang =D

Selesai saya mengerjakan, saya kembali lagi ke markas Tulungagung. Lalu saya mengeprint ulang, kemudian diserahkan kepada beberapa dosen penguji untuk meminta ACC dan TTD. Tiga dosen penguji, saya harus menunggu satu minggu untuk bisa bertemu. Pertama saya bertemu sekretaris penguji yang merupakan dosen pembimbing saya. Saya menghubungi beliau hari Jum'at, 5 Agustus 2016, hari itu juga saya langsung bisa menemuinya. Tidak ada revisi ulang dari beliau, setelah dicek langsung dibubuhkan tanda tangan.

Kedua, yang saya hubungi adalah penguji utama, Bapak Fuadi. Namun sayang, saya tidak bisa menemui beliau di hari yang sama. Beliau bisa ditemui pada hari Senin, karena masih ada tugas di Jakarta. Tibalah hari Senin, saya mendapat info dari beliau untuk datang ke kantor jam 08. 00. Saya bersama teman-teman datang tepat waktu. Menunggu beberapa saat, beliau akhirnya datang juga. Di hari itu, ruangan beliau penuh, karena banyak mahasiswa yang ingin meminta tanda tangan pengisian KRS. Kami yang ingin konsultasi revisi skripsi, diminta maju terlebih dahulu. Beliau juga tidak memberikan revisi ulang.

Terakhir, saya harus menemui Mr. Sukarsono, selaku ketua penguji. Sesuai jadwal yang ditentukan, saya bisa menemui beliau pada hari Selasa pukul 12. 00. Karena saya kurang datang lebih awal, sesampainya disana beliau sudah tidak di kantor. Juga ada beberapa teman yang menungu kedatangan beliau, karena untuk TTD KRS. Setelah menunggu sekian menit, ada teman yang mendapat SMS kalau ternyata beliau masih keluar, kami diminta mengumpulkan berkas-berkasnya di meja dan bisa diambil sekitar jam 14. 00. Sayapun melatakkan skripsi saya di mejanya dan berharap ketika saya ambil sudah dibubuhkan tanda tangan. Lengkap sudah…setelah saya cek lembar demi lembar tidak ada kertas lekukan atau catatan-catatan lainya, artinya revisi aman.
 
Setalah semua dosen penguji memberikan tanda tangan pertanda ACC, kemudian yang paling akhir meminta tanda tangan dekan fakultas. Untuk meminta tanda tangan beliau tidak bisa langsung ditemui, harus menyerahkan berkasnya terlebih dahulu ke bagian administrasi. Saya diminta mengambil pada esok harinya (hari Kamis). Saya datang ke kantor sore hari. Saya langsung menemui pegawai administrasi untuk mengambil berkas. Tidak lupa saya meminta stempel.

Setelah berkas tanda tangan selesai, saya baru menggandakan skripsi saya sebanyak tiga kali. Tidak perlu waktu lama, karena tidak antre dan hanya print-copy, kecuali yang berwarna. Membayar 95. 000, saya sudah bisa membawa tiga eksemplar skripsi, lumayan murah. 

Kemarin sore, saya baru mengumpulkan skripsi final ke kantor. Sebelum saya kumpulkan, saya melampirkan berkas tanda tangan penguji dan dekan fakultas yang saya cari sejak beberapa hari sebelumnya itu. Cukup gampang waktu pengumpulannya, saya tinggal mengisi nama terang dan NIM pada lembar absen yang disediakan. 

Alhamdulillah, diary skripsiku akhirnya bisa saya akhiri dengan segala cerita di dalamnya. Tepatnya pada hari ini telah dilaksanakan yudisium, berarti saya dan teman-teman resmi dinyatakan lulus. Akhirnya segala riuh rendah dan hiruk pikuk itu usai sudah. Terimakasih untuk semua yang telah menemani dan menyemangati saya di sepanjang perjalanan hingga saya tiba di garis finish. Saya tau pasti ini bukanlah tujuan akhir dari perjalanan ini. Ada perjalanan baru yang menanti di depan.Tapi apapun yang terjadi saya akan terus melangkah, karena seorang pejalan memang ditakdirkan untuk terus berjalan. 

Itulah sepenggal cerita yang ingin saya tuangkan pada malam ini dan sekaligus menjadi diary akhir skripsi saya ^_^

Tulungagung, 12.08.2016

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...