Jumat, 28 April 2017

Kupersembahkan Puisi di Hari Bumi

TOLONG, DENGARKAN JERITAN PILUKU!
Oleh: Eka Sutarmi


Aku layaknya kau yang punya perasaan
Aku bisa sedih merintih bahkan bergembira ria
Jangan anggap aku adalah makhluk mati yang tak punya perasaan
Layaknya kau, aku juga makhluk yang Tuhan ciptakan untuk hidup mengisi semesta
Aku layaknya kau yang senantiasa sibuk dengan segala aturan yang harus kujalani
Selain berotasi, aku punya tugas untuk berevolusi, tawaf bersama matahari dan planet lainya
Aku juga berperan dalam pergantiang siang dan malam
Atas kuasa Tuhan, semua itu aku lakukan
Beryukurlah kau atas semuanya
Itulah aku … bumi dan kau … manusia, kita musti saling menjaga
Sejatinya kita adalah sahabat
Aku hanya bisa bersabar dan pasrah ketika kau melawanku, merusak bahkan membenciku
Aku sudah berusaha untuk bersahabat denganmu, santun padamu
Sudah seharusnya kan kalau kamu juga harus bersahabat dan santun padaku?
Percuma saja sebenarnya jika kamu berupaya melawanku dan menghardikku
Karena suatu saat pasti kamu akan kalah … itu sudah pasti
Maka agar kamu bisa selamat, hidup damai, jagalah baik-baik diriku
Peluklah aku seperti saat engkau memeluk kekasihmu
Kenali aku seperti engkau mengenali keluargamu
Aku adalah bagian dari hidupmu
Ketika aku bersandung sedih, kecewa, merintih, dan menangis
Engkau harus tahu apa yang seharusnya kau lakukan untukku
Jangan biarkan aku terlalu lama memendam jeritan pilu ini
Maukah engkau berdamai denganku?
Aku telah berusaha menjadi surga dunia bagi kehidupanmu
Banyak pesona, kenikmatan, dan keindahan yang bisa kau temukan
Sekali lagi, maukah kau berdamai denganku?
Andai kau mau …
Aku berjanji akan kupersembahkan kedamaian dan kemakmuran untuk kehidupanmu

 Pare, 09/01/2017

*Puisi diatas ditulis saat ada event cipta puisi bertema "Bumi" yang diselenggarakan oleh FAM Indonesia

Rabu, 26 April 2017

PIKNIK BARENG KE AGROWISATA KEBUN TEH KALIGUA, BREBES

Kebun teh adalah  salah satu destinasi wisata yang belum pernah saya kunjungi. Jadi, saya sangat antusias ketika acara penutupan English Program (09/4) para siswa mengajak pergi bersama-sama kesana. Ada sekitar 35 siswa yang ikut. Setelah dihitung biaya masuk wisata dan transportasi, kami harus membayar 30.000.

Bukan bus yang mengantarkan kami, tapi mobil pick-up. Naik mobil bak bukan hal yang aneh bagi saya, karena ketika duduk di bangku SD saya sering ikut ibu ke pasar naik mobil pick-up. Malah seru menurut saya bepergian dengan mobil pick-up.

 Dua m
obil pick-up siap berangkat

Medan jalan yang terjal dan menanjak, memakai mobil pick-up menjadi opsi terbaik. Perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar tiga jam. Dua mobil pick-up siap mengantar kami. Ada yang berdiri dan ada yang duduk. Saya memilih berdiri dibelakang bersama banyak teman lainnya.

Suasana hati yang riang, setelah perjalanan kurang lebih setengah jam, suasana hati saya menjadi gundah. Yang mulanya saya ikutan bercanda bersama yang lain, tiba-tiba saya terdiam seketika. Pandangan saya menjadi buram dan penuh kunang-kunang. Saya akan merepotkan teman jika saya pingsan di mobil, ada-ada saja.

Dengan nada yang lirih saya meminta untuk duduk di depan. Saya dikiranya mabuk. Saya hanya pusing saja, tidak merasa mual. Mobil berhenti sebentar, lalu saya pindah kedepan. Setelah duduk di depan, saya merasa lebih nyaman. Saya pun menikmati perjalanan hingga sampai tujuan.

Masuk di desa Pandansari Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah jalan semakin menanjak. Suasana pun semakin dingin. Jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 10, namun kabut tebal masih menyelimuti jalan menuju Kaligua. Jarak pandang hanya sekitar 30 meter saja.

Kabut Tebal diantara pohon pinus
Ada yang membuat saya terkesima dengan pemandangan alam disana. Masuk di desa tersebut, langsung disambut dengan tanaman berbagai macam sayur-mayur yang tumbuh subur. Dengan lahan tanah yang luas, sayuran itu sungguh terlihat elok. Seperti yang saya lihat, ada sayur Kol, Kubis, Buncis, Daun bawang, Tomat, Cabai, Bawang merah, dll. Para petani sayuran juga terlihat sibuk melakukan aktivitasnya disana.

Sebelum memasuki lokasi wisata perkebunan teh, mobil berhenti di lokasi kurang lebih 2 km dari kebun teh. Lalu, kami turun dari mobil. Ternyata disitu ada tempat unik, namanya Telaga Ranjeng. Bukan sekedar Telaga biasa, namun di dalam Telaga tersebut hidup ribuan ikan lele. Yang menjadi pusat perhatian adalah lele tersebut tumbuh membesar bak ikan lele raksasa. Karena konon ada mitos bagi orang yang mengambil ikan di telaga tersebut, menjadikan ikannya bisa terlindungi dari tangan jail. Saya hanya menyaksikan dari luar pagar saja. Banyak teman-teman yang masuk ke dalam pagar menyaksikan langsung dan juga memberi makan ikan.

Setelah puas menyaksikan Telaga Ranjeng, lalu persiapan untuk melanjutkan perjalanan yang kurang sekitar 2 km lagi. Saya yang semula duduk di depan, pindah ke belakang. Saya merasa sudah fresh lagi. Menyaksikan pemandangan juga lebih jelas dari belakang.

Melanjutkan perjalanan dari telaga ranjeng sekitar 2 km barulah sampai di gerbang loket masuk Agrowisata Kaligua. Pengunjung diharuskan membeli tiket masuk sebesar 15 ribu rupiah / orang. Karena sistemya kolektif, jadi hanya `beberapa orang saja yang menuju ke loket. Dari gerbang loket masuk ternyata masih cukup jauh untuk menuju tempat parkir. Hamparan perkebunan teh sudah mulai tampak jelas dari luar pintu masuk.

Sekitar 2 km lagi kami menuju ke tempat parkir yang berada tepat di tengah-tengah bukit teh. Dari atas mobil, kesegaran pemandangan alam kebun teh mulai terasa. Belum lagi ketika kami bersama-sama tea-walk disana.

Sungguh, hamparan kebun teh di lereng Gunung Slamet tidak hanya menyuguhkan pemandangan eksotik. Dari ketinggian 1.500-2.050 di atas permukaan laut, keindahan alam yang ijo royo-royo semakin sempurna ketika diri ini bisa menyaksikan langsung.

Bak permadani hijau

Perjalanan yang jauh dan melelahkan karena medan jalan yang cukup terjal, seketika terbayarkan setelah berada di tempat parkir kebun teh. Inilah waktu yang ditunggu-tunggu. Saatnya menikmati keindahan kebun teh dengan berjalan-jalan diantara teh yang menghijau, sungguh indah sekali.  


Hamparan hijau kebun teh


Teman saya yang sedang menikmati perjalanan di kebun teh

Selain menikmati pemandangan alam kebun teh, didalamnya juga ada fasilitas menarik untuk  pengunjung. Untuk mencapai tempat tersebut bisa dengan jalan kaki melewati jalan di tengah kebun teh.

Yang pertama adalah Mata Air Tuk Bening. Di tempat ini ada sumber air yang sangat bersih, dingin, dan segar. Sampai disini kami berhenti bersama-sama untuk menikmati air ini. Setelah berjalan-jalan menyusuri kebun teh, tempat ini bisa untuk melepas lelah. Di pancuran ini bisa menyegarkan diri dengan membasuh muka atau sekedar cuci kaki dan tangan. Karena airnya sangat jernih, sehingga bisa langsung diminum. Di tempat ini saya mengisi botol air minum saya dan saya minum saat haus di perjalanan.



Sedang menikmati mata air tuk bening yang bersih dan menyegarkan

Yang kedua yaitu Goa Jepang. Goa ini dulu merupakan tempat persembunyian tentara Jepang yang dulu berusaha merebut kebun teh. Tempat ini dibangun oleh tentara Jepang pada tahun 1942. Proses pengerjaannya dilakukan masyarakat kampung setempat lewat cara kerja paksa atau romusa.

Foto di mulut goa. Ampuun wajahku melas sekali
Penampakan ruang tahanan di dalam goa

Seperti halnya goa-goa ;pada umumnya, gelap, sempit, dan dingin. Kami bersama-sama menyusuri lorong goa dengan dipandu sang pemandu. Terlihat air menetes di beberapa titik goa dan sesekali mengenai tubuh. Dingin sekali. Di dalam goa,  pemandu memberikan penjelasan terkait dengan kegunaan goa ini. 

Didalamnya ada beberapa ruangan, diantaranya ruang sidang, ruang  tahanan, ruang ritual, ruang pembantaian, ruang senjata, dll. Masing-masing ruangan tersebut dilengkapi miniatur yang menunjukkan aktivitas disana. Misalnya di ruang pembantaian; di dalam ruangan tersebut digambarkan pembantaian warga Indonesia pada zaman penjajahan. Tidak ada 20 menit, seluruh bagian gua sudah ditelusuri.

Karena Bapak Kepala Sekolah berpesan untuk tidak hanya jalan-jalan saja, tapi sedikit ada kegiatan berbahasa Inggris disana. Akhirnya, setelah selesai menelusuri goa, sebelum sholat dhuhur, para tutor mengkondisikan siswa untuk berkumpul dan diberi pengumuman terkait apa yang harus mereka lakukan.

Siswa diminta untuk menyiapkan selembar kertas dan pen. Tugas mereka ada mencari kosakata yang berada di lokasi tersebut sebanyak minimal 50 selama 15 menit. Jika sudah selesai siswa mencari pasangannya. Tugas mereka adalah saling memberikan tebakan kosakata yang mereka dapatkan. Mereka mencari tempat masing-masing yang nyaman. Syaratnya jarak mereka harus berjauhan, agar kedengaranya lebih seru.  Menjadi pusat perhatian para pengunjung yang lain, karena mereka kelihatanya berteriak-teriak yang tidak jelas di tempat wisata. Ohh bukan…Mereka lagi belajar.

Hujan turun secara perlahan saat mereka sedang asyiknya belajar. Mereka disuruh untuk mempercepat belajarnya. Rintikan hujan semakin lama semakin deras, lalu hujan turun sangat lebat. Pengunjung menuju tempat yang teduh.  Menunggu hujan reda cukup lama. Kebun teh yang diguyur hujan semakin  menampakkan kesuburannya. Menunggu hujan reda sambil menikmati permadani hijau di kebun teh Kaligua.

Hampir pukul 13.30 hujan belum reda juga reda. Karena belum sholat, kami memaksakan untuk lari ke mushola. Lalu, segera mengambil air wudhu dan bergantian melaksanakan sholat dhuhur.

Hujan mulai reda. Kami bersiap untuk perjalanan pulang, tapi harus ke tempat semula dulu kan? Yaitu ke tempat parkir mobil dulu. Karena sudah terasa lelah, kembalinya tidak jalan kaki, tapi naik kereta mini. Dengan membayar seribu rupiah kami bisa sampai di tempat parkir. Sebenarnya kurang lama naik keretanya. Ketika berjalan kaki terasa lama, tapi ketika naik kereta ini sangat kilat.


 Memanfaatkan wahana kereta di Kaligua

Sebelum naik mobil, kami terlebih dahulu mengambil foto di spot menarik di tempat tersebut, seperti halnya di gardu pandang, di depan gerbang masuk, dll. Tidak lupa juga membawa oleh-oleh teh bubuk hitam khas Kaligua.


 Dari gardu pandang

 Foto ramai-ramai
Itulah sekelumit cerita saat piknik bareng ke kebun teh Kaligua, Brebes. Sungguh perjalanan ini sangat mengesankan...

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...