Jumat, 29 April 2016

Goresan Cinta Buat Bunda (Buku Antologi Keduaku)




Buku Goresan Cinta Buat Bunda
 Hari Ibu (22 Desember) memang sudah berlalu, namun bukan berarti saya sudah tidak bisa lagi menuliskan tentang sosok Ibu. 

Kali ini saya akan mencoba meluapkan kebahagiaan saya karena telah hadirnya figur seorang  Ibu, yaitu dalam buku antologi yang berjudul “Goresan Cinta Buat Bunda”. Senang tentunya saya menyambut kehadiran buku ini, karena saya berkesempatan untuk ikut menyumbangkan ide sederhana saya de dalam buku tersebut. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang kedua kalinya, dan semoga juga akan hadir lagi kesempatan yang berikutnya. Saya yang notabene masih sangat awam tentang dunia kepenulisan, berkesempatan namanya naangkring dalam sebuah buku adalah pengalaman yang sangat luar biasa. 
 
Kesempatan pertama datang pada pertengahan Bulan Puasa lalu. Buku yang berjudul “Geliat Literasi: Semangat membaca dan menulis dari IAIN Tulungagung” berhasil terbit. Kala itu LP2M IAIN Tulungagung menggelar ajang menulis bersama dengan tema geliat literasi (baca-tulis), yang diperuntukkan untuk seluruh civitas akademika di IAIN Tulungagung, baik pegawai maupun mahasiswa. Sehingga, saya berkesempatan untuk berpartisipasi. Menjadi salah satu satu kontributor dari sekian banyak penulis yang ikut, senang pastinya, apalagi masih pengalaman pertama saya. 

Menjelang Hari Ibu kemarin, sekitar tiga bulan sebelumnya, LP2M memberikan kesempatan lagi untuk menulis. Tema yang diangkat adalah “Goresan Cinta Buat Bunda”. Tepat di bulan Desember, buku antologi ini terbit. Akhirnya, ide ringan yang saya ikutkan, bisa menjadi salah satu diantara tulisan menarik dan inspiratif para kontributor lainya. 

Dua minggu yang lalu, saya menemui Pak. Ngainun Naim dikantornya, untuk mendapatkan buku ini. Sementara sudah banyak orang yang telah mengkhatamkan membaca, buku saya masih berbungkus rapi. Tenang saja … ditengah-ditengah saya sedang pusing mengerjakan skripsi, karena banyak revisi, maka membaca buku bacaan seperti ini yang menjadi pelarian saya. Setelah pikiran tenang kembali karena efek dari dari bacaan ringan, maka saya kembali move-on pada skripsi. Sekarang buku tersebut masih dalam proses dibaca, setelah buku kadhung kepencut berhasil saya khatamkan.

Secara garis besar, buku “Goresan Cinta Buat Bunda” ini berisikan tentang ungkapan cinta kasih dari masing-masing kontributor untuk sosok Ibu. Setiap goresan cinta untuknya memiliki keunikan tersendiri, karena setiap tulisan memaparkan cerita menarik dan inspiratif tentang sosok Ibu dari sudut pandang yang berbeda.

Kesemua tulisan yang ada dalam buku antologi ini telah dipaparkan benang merah oleh Bapak. Ngainun Naim (editor) dalam pengantarnya, bahwa besarnya peranan Ibu dalam kehidupan menunjukkan bahwa Ibu memang seharusnya memperoleh penghargaan dan penghormatan dari kita. Ibu, dalam prespektif spiritualitas adalah kunci keberhasilan hidup. Dengan menghormati sosok Ibu, kita akan mencapai kematangan spiritual dan kesuksesan dalam hidup.

Kewajiban untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain), terutama terhadap sosok Ibu harus kita laksanakan, mengingat peran besar beliau dalam hidup kita. Beliau tidak hanya menjadi penentu kesuksesan hidup di dunia, tapi juga kehidupan di akherat. 

Di dalam buku ini, tulisan saya diberi judul “Lautan Cinta dan Kasih Sayang Ibu”. Aku menggangap bahwa Ibu-ku adalah orang yang nomor satu dalam hidupku. Ia telah memberikan cinta dan kasihnya sepenuh hati untuk anak-anaknya. Meskipun kadang Ibuku suka marah, namun marahnya demi sebuah kebenaran dan untuk kebaikan anaknya. AKU SAYANG IBU ….

 Cuplikan tulisan "Lautan Cinta dan Kasih Sayang Ibu"

Tulungagung, 29.04.2016

Rabu, 27 April 2016

Lakukan dengan Cinta


Bila kita melakukan pekerjaan yang dilandasi dengan perasaan cinta, maka segala sesuatunya tidak pernah akan membosankan. Bahkan kita seperti tidak merasa kalau sedang bekerja. “Kerjakanlah yang kau cintai, cintailah yang kau kerjakan, dan kehidupan akan mencintaimu.” Begitulah Bapak. Mario Teguh berkata. Melakukan segala sesuatu dengan cinta, berarti melakukannya dengan sepenuh hati dan totalitas, tidak setengah-setengah. Itulah mengapa, Cinta akan membuat apa yang kita kerjakan bisa membawa hasil yang maksimal. Namun sebaliknya, jika suatu pekerjaan dilakukan dengan tidak didasari rasa cinta atau dikerjakan dengan sepenuh hati atau totalitas, maka hasilnya juga akan kurang maksimal.

Lakukan dengan cinta (with love ), begitulah aku memaknai sebuah ungkapan yang tertuliskan dalam  boneka Teddy Bear. Aku baru menyadarinya. Secara tidak langsung ungkapan tersebut meminta kepada si-pemilik untuk melakukan segala sesuatu dengan cinta, terlebih ketika mengerjakan skripsi begini. Cinta tidak cinta harus berupaya untuk mencintainya. #saveskripsi

 Mengerjakan skripsi dengan penuh cinta

Tulungagung, 28-04-2016

Transaksi di Tempat Penukaran Uang Asing


Hari ini saya bersama salah satu teman saya janjian untuk menukarkan uang baht yang kami miliki di kios penukaran uang asing yang berada tak jauh dari kampus. Kebetulan sepulang dari Thailand kemarin masih ada uang baht (ada sebagian ringgit) yang tersisa dan kami sepertinya juga butuh, akhirnya uang tersebut berencana kami tukarkan. 

Jarak rumah teman saya dengan tempat penukaran uang asing lebih jauh daripada tempat tinggal saya. Sehingga saya minta teman saya untuk berangkat dulu, ketika sudah sampai di tempat, saya langsung menysusulnya. 

Ada beberapa tempat yang kami datangi. Karena, antara kios dengan kios yang lainnya menawarkan besaran kurs mata uang yang berbeda, ada yang nilainya tinggi dan ada yang rendah. Untuk itu, kami mendatangi beberapa kios penukaran uang asing untuk mendapatkan tawaran nilai kurs yang lebih tinggi.
Saya baru tahu pertama kali ini, kalau ternyata  tawar menawar harga juga berlaku saat ingin menukarkan mata uang asing. Teman saya  ini paham betul apa yang harus dilakukan saat berhadapan dengan petugas, yaitu harus pintar-pintarnya melakukan transaksi. Kalau tidak, maka saat petugas menawarkan harga yang tidak sesuai, kita tidak bisa mengetahuinya.    

Sesaat setelah kami masuk, petugas mempersilahkan untuk duduk, lalu menanyakan maksud kedatangan kami. Teman saya yang mengawali pembicaraan dengan petugas.

Satu per satu kios yang menjadi target kali ini, kami datangi. Setelah duduk dan ditanya keperluan kedatangan kami, teman saya tidak langsung memberitahu kalau akan menukarkan uang dari Baht ke Rupiah. Terlebih dahulu bertanya tentang kurs jualnya (Rupiah-Baht). Kami awalnya diberitahu bahwa saat itu nilai Rupiah terhadap Baht  Rp. 450,-, ada juga kios yang menawarkan Rp. 425,-, bahkan ada juga yang sampai memberinya harga Rp. 480,-. Teman saya meminta saya untuk mencatat setiap harga Rupiah terhadap Baht yang ditawarkan tersebut. Sayapun mengeluarkan HP saku saya dan mencatatnya di menu kakulator.

Setelah mengetahui informasi tersebut, teman saya baru menayakan nilai tukar uang Baht dengan Rupiah. Dari beberapa kios yang kami datangi rata-rata harga awal yang ditawarkan oleh petugas adalah Rp. 325,-. Seperti halnya kita melakukan transaksi layaknya sedang jual beli di pasar tradisional, jika tidak cocok dengan harga yang ditawarkan, kita bisa nego. Transaksi dimulai …. Kami tidak setuju dengan harga yang ditawarkan karena  selisihnya sangat jauh.
 “Mbak, selisihnya jauh sekali ya antara nilai tukar dari Rupiah ke Baht dan Baht ke Rupiah?” 
“Dimana-mana juga begini Mbk, kursnya tidak sama antara nilai jual dan nilai belinya.”
“Tapi ini banyak sekali selisihnya, kemarin saja waktu tukar masih sekitar 400 harganya.” Teman saya melontarkan alasan untuk menunjukkan kalau memang nilai beli kurs Baht terhadap Rupiah yang ditawarkan itu terlalu rendah. 
“Kapan itu Mbk?”
Ehmmm, sekitar satu minggu yang lalu?” 
“Benar saja Mbak, satu hari saja nilai tukar itu bisa berubah, bahkan dalam hitungan jampun bisa berubah, apalagi satu minggu.”
“Bagimana, Rp. 400,- boleh tidak Mbk?”
 
“Halo, ini Mbk-nya minta 400, bagaimana?” Setiap tawaran harga yang kami ajukan, maka petugas akan menelpon seseorang (mungkin pusat informasi tentang besaran kurs). Dalam hal ini petugas yang menjaga kios tidak berhak menyetujui ataupun menolak transaksi kami sebelum mendapatkan informasi dari seseorang tersebut. 
“Tidak boleh Mbk, tidak berani kami, Rp. 350 gimana,-?”
“Ga mau Mbk, Rp. 380,- sudah pol?” 
(Lalu, petugasnya menelpon seseorang lagi untuk menanyakan apa harga segitu diterima atau tidak)
“Dikurangi sedikit Mbk?” 
“Ya, sudah Mbk kalau tidak boleh tidak apa-apa, lain waktu saja, terima kasih.”
(Kami pun segera bergegas keluar. Namun petugas sempat menahan kepergian kami sambil menawari harga).
“Mbak, Mbak, tunggu dulu, Rp. 375,- apa mau?”

Ternyata teman saya ngotot tidak mau. Teman saya mengajak untuk mendatangi beberapa kios lainnya, siapa tahu bisa ditawar harga yang lebih mahal lagi. Sayangnya dari beberaa kios yang kami datangi dan setelah melalui proses yang hampir sama, yaitu tawar-menawar, harga tertinggi dimenangkan oleh kios yang pertama kami datangi, yaitu Rp. 375,-. Kalau menurut saya sich sudah lumayan tinggi, karena teman saya pernah tukar uang Bath ke Rupiah senilai Rp.350,-. Kata teman saya masih sayang dengan harga segitu. Ya sudah, akhirnya kami tidak jadi tukar uang.

Namun berkat saya diajak teman, akhirnya saya punya pengalaman ketika berada di tempat penukaran mata uang asing. Yang perlu diperhatikan adalah, sebelum menukarkan uang di kios penukaran uang asing (mungkin menukarkan mata uang asing di Bank akan lebih aman), kita harus tahu terlebih dahulu berapa kurs jual dan kurs belinya, agar tidak terjebak dengan nilai yang tidak standard. Penjual mana yang tidak mau untung banyak coba?..Akan tetapi jika ambil untungya terlalu berlebihan juga akan membuat resah si-pembeli. Dan hal itu telah kami rasakan ketika berada di tempat penukaran uang asing.

 Uang Baht untuk kenangan, Beberapa keping koin beserta dua lembar uang kertas

            Tulungagung, 27-04-2016           

Minggu, 24 April 2016

Adikku yang Anti Sate





Sb. Gambar: Sate

Sudah tahu kan apa itu Sate? Itu lho makanan yang terbuat dari daging yang  dipotong kecil-kecil, ditusuk, lalu dibakar menggunakan arang kayu. Setelah dibakar, sate biasana dilumuri saus kecap atau sambal kacang yang juga dilengkapi dengan irisan bawang merah. Sate biasanya dihidangkan bersama lontong. 

Bagi orang-orang pemggemar sate, maka memaknai makanan yang cukup popular ini sungguh sangat nikmat, bahkan nikmatnya tak ada duanya dengan makanan jenis lain. Sate yang nomor satu. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Adik. Bukan karena alergi dengan makanan berdaging atau tidak diperkenankan, namun tidak ingin makan saja. Rupanya Adikku pernah punya pengalaman yang kurang mengenakkan berkaitan dengan sate yang membuatnya hingga saat ini tidak ngeh dengan makanan lezat ini. 

Pernah saya tanyakan, katanya ia dulu enak-enak saja makan sate, namun kami pernah makan sate bersama keluarga di sebuah perayaan Agustus-an di kotaku. Setelah makan sepiring sate tesebut, ada yang membuatnya merasa aneh, menjadi mual, pusing, dan kepingin muntah, padahal kami yang lain baik-baik saja.

Sampai detik ini, ia masih memilih makanan yang lain daripada satenya. Lebih anehnya lagi, Adik juga tidak suka dengan bau asap bakaran sate. Ketika melewati jalan yang ada penjual sate sedang bakar-bakar, ia segera menutup hidung hingga radius beberapa meter sampai bau sate hilang. Katanya, akan merasa pusing jika ada aroma sate yang menusuk hidung.

Mungkin apa yang dialami Adikku itu seperti apa yang saya alami ketika berhadapan dengan Buah Durian. Dikala orang-orang menganggap Buah Durian ini saebagai raja buah yang sangat lezat, namun bagiku lebih enak Buah Pisang dan Pepaya. Saya bau aroma Durian brengg sudah juga merasa pusing.


Refleksi Ujian Kompre



Tepat pada Hari Kartini, 21 April 2016 giliran saya dan teman-teman yang melaksanakan ujian kompre gelombang dua. Ada sekitar 90 mahasiswa dari seluruh fakultas TIK yang ikut ujian kompre , termasuk yang mengulang. Saya bersama teman seangkatan yang ikut KPL di Thailand menjadi satu team, maksud saya ada di ruang yang sama dengan dosen penguji yang sama.
 
Ada dua dosen  yang menguji kami, Pak. Susanto dan Pak. Kharis. Dosen penguji tidak bisa diketahui sebelumnya, tapi saat ada teman yang sudah masuk ruang ujian baru tahu. Sehingga mendapat dosen penguji belau berdua merupakan sebuah kebetulan. Beliau berdua juga kebetulan tidak bisa masuk dalam waktu bersamaan, karena pagi hari Pak. Kharis ada acara, yaitu mengisi sambutan di upacara Hari Kartini yang di gelar oleh Jurusan PGMI di lapangan kampus. 

Round pertama ke penguji satu terlebih dulu (Pak. Susanto). Satu per satu memasuki ruang ujian sesuai dengan giliran yang dijadwalkan. Saya mendapatkan giliran keempat setelah ketiga teman saya selesai. Dalam kesempatan ini beliau mendapat tugas untuk menguji bidang pendidikan dan kejurusan. Pertanyaan yang beliau berikan tidak langsung tanya dan jawab, namun terlebih dahulu diberikan situasi terkait kehidupan nyata, lalu diminta untuk memberikan solusinya. 

Pertama kami terlebih dahulu diminta untuk menulis sebuah paragraf bebas, ketika gilirannya masuk lembaran tersebut dibawa. Dari paragraph tersebut, diminta untuk menjelaskan. Ketika saya meminta murid saya untuk menulis paragraph, apa yang ingin saya jelaskan? Maka dalam kesempatan ini Pak. Santo berpura-pura menjadi murid saya. Disinggung juga tentang konsep dasar pendidikan, teknik mengajar Bahasa Inggris, serta masih banyak pertanyaan tentang kejurusan dan pendidikan yang lainnya. 

Ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak. Santo, saya tidak merasa grogi. Semuanya saya hadapi dengan tenang. Apalagi sudah pernah diajar oleh Pak. Santo selama beberapa semester yang konon sosoknya menjadi idola mahasiswa seantero kampus, jadi berhadapan dengan beliau seperti ketika ngobrol santai begitu. Beliau juga termasuk salah satu dosen favorit saya, he he he. Tenang bukan berarti semua pertanyaan yang beliau ajukan, bisa saya berikan solusi dengan sempurna. Namun, dengan ketenangan, saya lebih terlihat yakin dalam melontarkan jawaban sesuai dengan apa yang saya ketahui. Benar atau salah, bukan persoalan … kalau benar atau salah saya persoalkan, pasti saya tidak akan yakin dengan diri saya sendiri. Kalau berdasarkan ukuran pribadi saya, apa yang saya lakukan sudah maksimal, feeling ­ku sich bisa lolos he he . Semoga bisa lolos beneran ….

Setelah semua sudah mendapat gilirannya untuk menghadap Pak. Santo, kini berlanjut untuk ronde kedua bersama Pak. Kharis. Sempat menunggu kehadiran beliau dalam waktu yang lama. Pertama salah seorang teman saya menemui di kantornya tapi tidak ada. Selang beberapa menit lagi, beliau dihubungi lewat via SMS. Dibalas...katanya sebentar lagi. Hampir satu jam lebih beliau tidak datang juga. Kami berharap tidak ditunda esuk hari. Mendekati waktu istirahat, baru muncul. Karena waktu sudah mepet, beliau mengajak untuk masuk setelah isirahat, sekitar pukul 13. 00. Ada yang tetap di kampus, namun saya memilih pulang ke kos bersama salah seorang teman.

Pukul satu kurang beberapa menit saya dan teman saya kembali lagi ke kampus untuk melanjutkan ujian kompre yang ronde ke dua. Bersama Pak. Kharis, kami akan diuji seputar keagamaan dan penelitian. Hampir pukul setengah dua kami, baru masuk. Kali ini tidak satu per satu yang masuk ruangan, melainkan 3-2-2, pertama tiga orang, untuk yang selanjutnya dua-dua. Saya kebetulan mendapat giliran untuk maju yang kedua, setelah ketiga teman saya selesai. 

Pastinya suasana akan berbeda berhadapan dengan Pak. Santo dan Pak. Kharis. Kami belum ada pernah diajar beliau. Namun saya sering berhadapan dengan beliau, khususnya ketika ada kegiatan di Himpunan Mahasiswa (HMJ), beliau sering diminta untuk hadir memberikan sambutan atau membuka acara. Jadi nervest-nya lumayan berkurang, karena sudah pernah bertemu beberapa kali dengan beliau. 

Hampir satu jam lebih, ketiga teman saya yang mendapat giliran maju pertama diuji oleh Pak. Kharis. Dalam benak kami, apa saja yang ditanyakan oleh beliau kok lama sekali. Mungkin bagi mereka yang berhadapan langsung, tidak terasa duduk lama di ruangan ujian, karena harus berpikir dan menjawab solusi pertanyaan yang dilontarkan, namun kami yang menunggu merasa sangat lama, sudah tidak sabar ingin segera diuji dan selesai. 

Setelah ditinggal membuka-buka materi dan ngobrol sana-sini, akhirnya selesai juga. Kini giliran saya dan teman saya yang memasuki ruang ujian menghadap Pak. Kharis. Saya buat tenang dan fokus. Satu pertanyaan untuk kami berdua, jadi gantian, tinggal siapa yang bisa menjawab terlebih dahulu. 

Di tahap pertama aman, kami disodorkan lembaran ayat Al-Qur’an dan diminta untuk membacanya dengan tartil. Jurus dari saya belajar  mengaji Al-Qur’an Metode ‘Ustmani dengan Kyai. Saiful Ponpes. Garum-Blitar saya keluarkan. Syukurlah, tidak banyak komentar yang di berikan. Saya puas (masih saja pakai tolok ukur pribadi he he). Pertanyaaan lanjutan ternyata juga dikaitakan dengan kegiatan keagamaan yang dilakoninya setiap  hari. Hmmm, level-nya sudah kontekstual dan praktis bukan lagi konseptual dan teoritis. Saya menjawab apa adanya dengan penuh yakin. Lagi-lagi abaikan soal benar dan salah, lalu tunjukkan wajah yang penuh dengan keberanian dan keyakinan saat memberikan solusi setiap persoalan yang diberikan. Tipsnya dijamin manjur ... 

Pertanyaan terakhir tentang keagamaan membuatku klepek-klepek, namun aku berusaha untuk tidak takut dan pantang menyerah. "Sebagai pertanyaan yang terakhir, coba sebutkan hadist atau ayat Al-Qur’an sebanyak-banyaknya tentang pentingnya menuntut ilmu, birrul walidain (berbakti kepada orang tua), pentingnya Sholat, dan Puasa!". Kata “sebanyak-banyaknya” mungkin terkesan jurus mematikan, karena pasti saya tidak bisa menjawabnya, namun aku memaknai lain, dimana saya bisa bebas (tidak terikat) mau menyebutkan hadist atau firman Allah yang mana saja, yang penting berkaitan. Lha satu saja belum tentu bisa, kok mau sebutkan semuanya.

Hadist-hadist tertentu, berhasil saya sebutkan, dan ada ayat Al-Qur’an tentang puasa yang berhasil saya ingat. Sudah lumayanlah ... Yang saya pelajari kebanyakan bukan hadist-hadistnya, namun lebih ke teori. Jadi sudah untung-untungan saya bisa mencicil menjawab. Sebenarnya kurang memuaskan jawaban yang saya lontarkan terkait hal ini, namun tetap saja obsesi saya untuk lolos tertanam kuat, he he, memang begitu adanya kemampuan saya. Saya sudah belajar dari kesalahan yang saya lakukan, dimana setelah selesai ujian, langsung saja kucari beberapa Hadist dan juga ayat Al-Qur’an yang berkaitan untuk saya pelajari lagi. Akhirnya yang semula masih belum lengkap, saya bisa melengkapinya dan yang awalnya saya sebenarnya tahu, namun ketika ingin diucapkan menjadi sulit, setelah saya berusaha mencarinya, bisa segera saya pelajari, dan itu malah akan ingat lebih lama. 

Tentang penelitian, Pak. Kharis lebih banyak memberikan pertanyaan kepada teman saya. Saya cukup dilontarkan pertanyakan tentang judul penelitian dan jenis penelitiannya saja. Ketika saya bilang penelitian saya tentang library research atau studi pustaka dengan judul penelitian bla bla bla. Beliau mengatakan sudah jelas. Pertanyaan lebih detailnya diajukan kepada teman saya yang penelitiannya berupa kualitatif.

Entah kapan hasil ujian kompre gelombang dua ini diumumkan, karena sampai saat ini belum keluar hasilnya. Pikir saya sich lolos, namun kalau memang mengulang saya juga harus siap. Berarti masih ada hal-hal tertentu yang masih perlu saya pelajari kembali.

T.Agung,  24-04-2016

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...