Minggu, 24 April 2016

Refleksi Ujian Kompre



Tepat pada Hari Kartini, 21 April 2016 giliran saya dan teman-teman yang melaksanakan ujian kompre gelombang dua. Ada sekitar 90 mahasiswa dari seluruh fakultas TIK yang ikut ujian kompre , termasuk yang mengulang. Saya bersama teman seangkatan yang ikut KPL di Thailand menjadi satu team, maksud saya ada di ruang yang sama dengan dosen penguji yang sama.
 
Ada dua dosen  yang menguji kami, Pak. Susanto dan Pak. Kharis. Dosen penguji tidak bisa diketahui sebelumnya, tapi saat ada teman yang sudah masuk ruang ujian baru tahu. Sehingga mendapat dosen penguji belau berdua merupakan sebuah kebetulan. Beliau berdua juga kebetulan tidak bisa masuk dalam waktu bersamaan, karena pagi hari Pak. Kharis ada acara, yaitu mengisi sambutan di upacara Hari Kartini yang di gelar oleh Jurusan PGMI di lapangan kampus. 

Round pertama ke penguji satu terlebih dulu (Pak. Susanto). Satu per satu memasuki ruang ujian sesuai dengan giliran yang dijadwalkan. Saya mendapatkan giliran keempat setelah ketiga teman saya selesai. Dalam kesempatan ini beliau mendapat tugas untuk menguji bidang pendidikan dan kejurusan. Pertanyaan yang beliau berikan tidak langsung tanya dan jawab, namun terlebih dahulu diberikan situasi terkait kehidupan nyata, lalu diminta untuk memberikan solusinya. 

Pertama kami terlebih dahulu diminta untuk menulis sebuah paragraf bebas, ketika gilirannya masuk lembaran tersebut dibawa. Dari paragraph tersebut, diminta untuk menjelaskan. Ketika saya meminta murid saya untuk menulis paragraph, apa yang ingin saya jelaskan? Maka dalam kesempatan ini Pak. Santo berpura-pura menjadi murid saya. Disinggung juga tentang konsep dasar pendidikan, teknik mengajar Bahasa Inggris, serta masih banyak pertanyaan tentang kejurusan dan pendidikan yang lainnya. 

Ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak. Santo, saya tidak merasa grogi. Semuanya saya hadapi dengan tenang. Apalagi sudah pernah diajar oleh Pak. Santo selama beberapa semester yang konon sosoknya menjadi idola mahasiswa seantero kampus, jadi berhadapan dengan beliau seperti ketika ngobrol santai begitu. Beliau juga termasuk salah satu dosen favorit saya, he he he. Tenang bukan berarti semua pertanyaan yang beliau ajukan, bisa saya berikan solusi dengan sempurna. Namun, dengan ketenangan, saya lebih terlihat yakin dalam melontarkan jawaban sesuai dengan apa yang saya ketahui. Benar atau salah, bukan persoalan … kalau benar atau salah saya persoalkan, pasti saya tidak akan yakin dengan diri saya sendiri. Kalau berdasarkan ukuran pribadi saya, apa yang saya lakukan sudah maksimal, feeling ­ku sich bisa lolos he he . Semoga bisa lolos beneran ….

Setelah semua sudah mendapat gilirannya untuk menghadap Pak. Santo, kini berlanjut untuk ronde kedua bersama Pak. Kharis. Sempat menunggu kehadiran beliau dalam waktu yang lama. Pertama salah seorang teman saya menemui di kantornya tapi tidak ada. Selang beberapa menit lagi, beliau dihubungi lewat via SMS. Dibalas...katanya sebentar lagi. Hampir satu jam lebih beliau tidak datang juga. Kami berharap tidak ditunda esuk hari. Mendekati waktu istirahat, baru muncul. Karena waktu sudah mepet, beliau mengajak untuk masuk setelah isirahat, sekitar pukul 13. 00. Ada yang tetap di kampus, namun saya memilih pulang ke kos bersama salah seorang teman.

Pukul satu kurang beberapa menit saya dan teman saya kembali lagi ke kampus untuk melanjutkan ujian kompre yang ronde ke dua. Bersama Pak. Kharis, kami akan diuji seputar keagamaan dan penelitian. Hampir pukul setengah dua kami, baru masuk. Kali ini tidak satu per satu yang masuk ruangan, melainkan 3-2-2, pertama tiga orang, untuk yang selanjutnya dua-dua. Saya kebetulan mendapat giliran untuk maju yang kedua, setelah ketiga teman saya selesai. 

Pastinya suasana akan berbeda berhadapan dengan Pak. Santo dan Pak. Kharis. Kami belum ada pernah diajar beliau. Namun saya sering berhadapan dengan beliau, khususnya ketika ada kegiatan di Himpunan Mahasiswa (HMJ), beliau sering diminta untuk hadir memberikan sambutan atau membuka acara. Jadi nervest-nya lumayan berkurang, karena sudah pernah bertemu beberapa kali dengan beliau. 

Hampir satu jam lebih, ketiga teman saya yang mendapat giliran maju pertama diuji oleh Pak. Kharis. Dalam benak kami, apa saja yang ditanyakan oleh beliau kok lama sekali. Mungkin bagi mereka yang berhadapan langsung, tidak terasa duduk lama di ruangan ujian, karena harus berpikir dan menjawab solusi pertanyaan yang dilontarkan, namun kami yang menunggu merasa sangat lama, sudah tidak sabar ingin segera diuji dan selesai. 

Setelah ditinggal membuka-buka materi dan ngobrol sana-sini, akhirnya selesai juga. Kini giliran saya dan teman saya yang memasuki ruang ujian menghadap Pak. Kharis. Saya buat tenang dan fokus. Satu pertanyaan untuk kami berdua, jadi gantian, tinggal siapa yang bisa menjawab terlebih dahulu. 

Di tahap pertama aman, kami disodorkan lembaran ayat Al-Qur’an dan diminta untuk membacanya dengan tartil. Jurus dari saya belajar  mengaji Al-Qur’an Metode ‘Ustmani dengan Kyai. Saiful Ponpes. Garum-Blitar saya keluarkan. Syukurlah, tidak banyak komentar yang di berikan. Saya puas (masih saja pakai tolok ukur pribadi he he). Pertanyaaan lanjutan ternyata juga dikaitakan dengan kegiatan keagamaan yang dilakoninya setiap  hari. Hmmm, level-nya sudah kontekstual dan praktis bukan lagi konseptual dan teoritis. Saya menjawab apa adanya dengan penuh yakin. Lagi-lagi abaikan soal benar dan salah, lalu tunjukkan wajah yang penuh dengan keberanian dan keyakinan saat memberikan solusi setiap persoalan yang diberikan. Tipsnya dijamin manjur ... 

Pertanyaan terakhir tentang keagamaan membuatku klepek-klepek, namun aku berusaha untuk tidak takut dan pantang menyerah. "Sebagai pertanyaan yang terakhir, coba sebutkan hadist atau ayat Al-Qur’an sebanyak-banyaknya tentang pentingnya menuntut ilmu, birrul walidain (berbakti kepada orang tua), pentingnya Sholat, dan Puasa!". Kata “sebanyak-banyaknya” mungkin terkesan jurus mematikan, karena pasti saya tidak bisa menjawabnya, namun aku memaknai lain, dimana saya bisa bebas (tidak terikat) mau menyebutkan hadist atau firman Allah yang mana saja, yang penting berkaitan. Lha satu saja belum tentu bisa, kok mau sebutkan semuanya.

Hadist-hadist tertentu, berhasil saya sebutkan, dan ada ayat Al-Qur’an tentang puasa yang berhasil saya ingat. Sudah lumayanlah ... Yang saya pelajari kebanyakan bukan hadist-hadistnya, namun lebih ke teori. Jadi sudah untung-untungan saya bisa mencicil menjawab. Sebenarnya kurang memuaskan jawaban yang saya lontarkan terkait hal ini, namun tetap saja obsesi saya untuk lolos tertanam kuat, he he, memang begitu adanya kemampuan saya. Saya sudah belajar dari kesalahan yang saya lakukan, dimana setelah selesai ujian, langsung saja kucari beberapa Hadist dan juga ayat Al-Qur’an yang berkaitan untuk saya pelajari lagi. Akhirnya yang semula masih belum lengkap, saya bisa melengkapinya dan yang awalnya saya sebenarnya tahu, namun ketika ingin diucapkan menjadi sulit, setelah saya berusaha mencarinya, bisa segera saya pelajari, dan itu malah akan ingat lebih lama. 

Tentang penelitian, Pak. Kharis lebih banyak memberikan pertanyaan kepada teman saya. Saya cukup dilontarkan pertanyakan tentang judul penelitian dan jenis penelitiannya saja. Ketika saya bilang penelitian saya tentang library research atau studi pustaka dengan judul penelitian bla bla bla. Beliau mengatakan sudah jelas. Pertanyaan lebih detailnya diajukan kepada teman saya yang penelitiannya berupa kualitatif.

Entah kapan hasil ujian kompre gelombang dua ini diumumkan, karena sampai saat ini belum keluar hasilnya. Pikir saya sich lolos, namun kalau memang mengulang saya juga harus siap. Berarti masih ada hal-hal tertentu yang masih perlu saya pelajari kembali.

T.Agung,  24-04-2016

2 komentar:

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...