Selasa, 19 April 2016

Meresapi Cerita Berbahasa Jawa dalam Buku “Kadhung Kepencut” (1)



Bebicara tentang buku bacaan berbahasa Jawa, jujur … saya jarang sekali membeli dan membacanya, bahkan tidak pernah. Lebih sering buku yang saya baca adalah buku-buku popular berbahasa Indonesia. 
 
Rasa penasaranku tentang isi buku “Kadhung Kepincut” terbayarkan juga. Berawal dari pertemanan di facebook dengan Ibu. Eni Siti Nurhayati, membuat saya jadi tahu tentang buku ini, sebuah karya yang di dalamnya berisikan cerita pendek berbahasa Jawa.

Kenapa saya tertarik untuk memesan buku berbahasa Jawa ini? Apalagi kalau tidak dari catatan-catatan yang beliau posting dinding facebook yang selalu menarik untuk dibaca. Menarik karena narasinya ditulis menggunakan Bahasa Jawa, biasanya dalam bentuk cerpen dengan tokoh “Yu. Kanthi” yang selalu ada di dalamnya. Notabene saya yang tidak biasa membaca bacaan Bahasa Jawa karena seringkali menemukan kata-kata sulit yang tidak saya mengerti, ketika mengetahui catatan beliau itu saya menjadi jatuh cinta (kepincut) untuk selalu membacanya.

Sebagai orang Trenggalek, apalagi rumahnya di bagian ujung kulon Trenggalek , tentunya Bahasa Jawa menjadi Bahasa Daerah yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Jarang yang menggunakan Bahasa Indonesia, kecuali jika ada pendatang dari luar kota, misalnya pada saat hari raya biasanya ada yang pulang kampung dari tempat kerjannya di luar kota, kadang Bahasa percakapan yang mereka gunakan sudah berubah, tidak lagi menggunakan Bahasa daerah (Jawa Galekkan).

Namun sejatinya Bahasa Jawa tetap mendunia di kalangan orang T. Galek, khusunya di kampung tempat tinggal saya. Orang tua bahkan para guru mengajarkan untuk bertingkah laku sopan, salah satunya dengan Bahasa yang digunakan, bertutur dengan krama saat berbicara dengan orang yang lebih tua, yang penting jangan pakai “Bapak sare kula siram”, karena bukan malah menjadi sopan, tapi bisa berakibat fatal, ha ha ha . Dengan orang tuapun, saya berusaha untuk boso saat berbicara.

Jadi intinya, meskipun di awal saya hampir tidak pernah membaca bacaan Berbahasa Jawa, namun Bahasa Daerah tersebut masih melekat penuh dalam diri saya. O … iya waktu SD sampai SMP, Bahasa Jawa sempat jadi pelajaran favorit saya, tapi saya lebih karena menulis aksara jawa (Ha Na Ca ra ka) daripada mengarang atau membacanya.

Memang Bahasa Jawa yang sehari-hari saya dengar, saya gunakan, tapi kadang ketika membaca cerita berbahasa Jawa, isinya sulit dipahami. Seringkali tingkatan Bahasa Jawa yang digunakan terlalu tinggi (Misalnya menggunakan Bahasa Kedhaton, Bahasa Pewayangan, Bahasa Jawa Krama Inggil, dll).

Namun catatan-catatan Ibu. Eni yang sering ditulisnya menggunakan Bahasa Jawa keseharian yang ringan dan mudah dipahami, maka dari itu saya jadi kepencut membacanya, terlebih pada buku karangan beliau yang saya pesan belum lama itu.

Buku “kadung kepincut” ternyata tidak hanya buku ini berkisah tentang  jalinan kisah cinta seseorang yang disajikan secara menarik dan dramatis, juga ternyata bisa bikin kepencut beneran karena meskipun di tuliskan dengan Bahasa Jawa, namun Bahasanya mudah dipahami. Bahasa yang digunakan kebanyakan bahasa ngoko keseharian, namun jika dibaca berasa alus dan sopan, entah resep apa yang beliau gunakan. 

Makanya dengan membaca buku ini, secara tidak langsung saya akan belajar,  jika masih belum mampu mengarang tulisan Berbahasa jawa, sehendaknya saya tahu tentang penggunaan kata-kata Bahasa Jawa yang digunakan dalam cerita.

Karena saya sudah berhasil mengkhatamkan buku cerkak berbahasa Jawa “Kadhung Kepencut” ini, maka akan saya ceritakan bagaimana variasi cerita bertajuk romansa ini dalam bagian (2). 

See you my next story ... 


 Buku "Kadhung kepencut"

Tulungagung, 19.04.2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...