Senin, 18 April 2016

Antara Pecel, Bakso, dan Soto



Masih ingin bercerita tentang unek-unek saya pada beberapa hari yang lalu yang belum sempat saya terealisasikan menjadi kata-kata nyata. 
 
Perjalanan dari Thailand tanggal 5 April, sampai di Malaysia 6 April, lalu tiba di kota tercinta pada 07 April. Menempuh perjalanan sekitar empat jam dari Surabaya menuju Kota. Tulungagung dengan menggunakan Bus kampus. Ketika kami masih berada di Bandara KL, bus kampus sudah standby di Surabaya, sehingga saat kami tiba tidak pernu menunggu lama dan langsung melakukan perjalanan pulang.

Ketika masih di Thailand saya sudah menghubungi keluarga untuk diminta menjemputku pada Kamis pagi, agar saya bisa secepatnya pulang ke rumah. Kebetulan Pakde dan Bude hari itu ada keperluan ke Kediri, jadi sekalian saya dijemput mereka. 

Kami tiba di kampus masih dini hari, yaitu sekitar pukul empat. Terlihat sudah ada orang tua teman kami yang menunggu disana untuk menjemputnya, selang beberapa lama datang para orang tua teman-teman lain datang.

Saya waktu itu bingung, karena nomor saya masih tidak aktif untuk menghubungi keluarga saya, apakah mereka sudah datang apa belum. Akhirnya saya minta sumbangan jaringan internet kepada teman saya yang masih belum dijemput untuk menghubungi teman kos, bahwa saya sudah sampai. Kebetulan salah satu teman sedang On, jadi saya menghubunginya. Saya meminta teman untuk memberitahu Adik saya yang jadi satu kos untuk menjemput.

Tak berselang lama, Adik saya datang. Rindu yang tertahankan dengannya, hari itu akhirnya bisa terlepaskan. Waktu itu, Adik saya yang membantu mengangkut barang-barang menuju kos, diantaranya koper dan beberapa tas. Sampai di kos, teman-teman rupannya juga sudah bangun, lalu saya menghampiri mereka. Rinduku dengan mereka yang juga tertahankan, akhirnya bisa terlepaskan juga.

Saatnya menghubungi Pakde…saya meminjam HP adik untuk menghubunginya. Ternyata, Pakde sudah datang dari sebelum jam empat dan menunggu di SPBU dekat kampus. Saya kira masih siangan sedikit, waladalah. Saya memberitahunya bahwa saat itu sudah berada di kos.

Rupannya selain Pakde dan Bude, kakung saya dan keponakan ganang juga ikut.
Sesegera saya dan adik saya diminta untuk bersiap, lalu ikut ke Kediri. Tujuan kesana adalah untuk tes psikologi di RS. Gambiran. Saya kurang tahu hasilnya akan dibuat apa, yang jelas untuk memenuhi persyaratan suatu hal. Selama mereka melakukan test, kami diminta untuk menjaga keponakan ganang.

Berangkat ke Kediri dari kos masing cukup pagi. Tentunya waktu berangkat belum makan. Sehingga, kami berhenti di sebuah pedagang bergerobak yang sudah dikerumuni banyak pembeli di pagi itu. Yups, apalagi kalau bukan bersinggah untuk sarapan. Karena saya merasa capek, jadi sempat tertidur di perjalanan, tiba-tiba saja dibangunkan untuk diajak makan. Sepertinya saat sarapan, kami sudah berada di Kediri, yang lokasinya tidak jauh dari RS. Gambiran.

Ada beberapa variasi menu yang tersedia, diantaranya Nasi Urap, Nasi Lodho, Nasi Campur, dan Nasi Pecel. Adik saya memilih Nasi Urap, sementara Kakek dan Pkde memilih Nasi. Lodho, keponakan ganang hanya dipesankan Nasi irisan telur yang ditaburi serundeng, sementara saya dan budhe memilih pecel. Kami makan bersama-sama dengan tempat duduk lesehan, ditemani segelas teh hangat, dan kebetulan langit paginya mendung, jadi semakin cocok saja.

Nasi Pecel akhirnya bisa kunikmati lagi setelah sekian lama puasa untuk makan Nasi Pecel. Makanan tradisional ini memang tak ada duannya jika dinikmati saat sarapan. 

Ternyata bukan hanya saya saja yang menikmati Nasi Pecel di pagi itu, teman-teman saya yang lain yang juga menahan rindu dengan Nasi Pecel, menjadikannya menu sarapan. Saya tahu dari grup WA yang saling memposting foto-foto menu sarapan di kala itu.

Selesai makan, kami menuju arah rumah sakit. Yang masuk hanya Pkde dan Bude saja, sementara kami menjaga keponakan ganang sembari menunggu di area parkir. Kami menunggu cukup lama, menjelang waktu Dhuhur baru selesai. Katanya, memang soal test psikologinya jumlahnya tidak main-main dan mulek jadi perlu waktu yang lama pengerjaanya.

Setelah selesai, kami langsung kembali. Menempuh perjalanan satu jam menuju Kota Tulungagung. Disana masih harus berhenti lagi di tempat-tempat tertentu untuk mencari barang kebutuhan. Sebelumnya, bersinggah dulu di Masjid Agung untuk melaksanakan Sholat Dhuhur. 

Sholat selesai, mampir dulu di Warung Bakso. Bakso yang ada di sekitar alun-alun Tulungagung menjadi menu makan siangnya. Ohh..Bakso. Dalam hati aku merasa bersorak, karena selama di Thailand tidak ada Bakso, adanya pentol bulat yang berbahan dasar ikan. 

Perjalanan pulang dari Tulungagung menuju Trenggalek sudah cukup sore. Kami berhenti lagi di Gondang, Tulungagung yang terkenal dengan Soto Ayam Kampung-nya, yaitu di Warung Soto “Condong Raos”. Kan siang belum makan Nasi, jadi disini penggantinya, he he. Kami sekeluarga seperti sudah langganang menikmati Soto Condong Raos yang ada tepat di jalan raya Tulungagung – Trenggalek ini.  Rasanya memang seger dan cocok untuk dinikmati bareng dengan keluarga. 

Antara Pecel, Soto, dan Bakso telah menjadi menu pembuka (ku) sesampainya pulang dari Thailand, yang mana di sana tidak ada makanan begonoan.  

1 komentar:

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...