Sabtu, 16 April 2016

Kisah-kasih di Hari Perpisahan


Selasa, 05.04.2016 aku berangkat lebih pagi dari hari-hari biasanya, bahkan belum ada satupun guru yang sudah ada di sekolah. Datang bukan untuk menjalankan tugas sekolah, namun aku mengangkut barang-barang bawaan ke halaman sekolah, serta menanti para guru lainnya yang mengantar  ke tempat seremonial perpisahan KPL Terpadu di Pattani. 

Setelah semua barang sudah siap dan dipastikan tidak ada yang tertinggal, saya mulai mengangkut barang-barang bawaan menuju lantai bawah, lalu kulanjutkan dengan ganti baju dan dandan. Sengaja kusisihkan barang dari kamar terlebih dahulu agar jika memang ada barang yang tertinggal mudah diketahui. Benar … ternyata ada stopmap hijau yang berisi lembaran tanda tangan belum masuk di tas ransel bersamaan dengan laptop dan buku-buku. 


Dandan yang cepat kilat karena serba simpel. Saya langsung turun ke lantai bawah dan mengangkut barang-barang menuju ke depan sekolah. Pertama yang saya bawa adalah koper, lalu kembali lagi untuk mengambil beberapa tas. Sebelumnya, saya menghampiri beberapa rumah yang ada di dekat sekolah untuk berpamitan, meminta do’a restu untuk keselamatan perjalanan saya dan kawan-kawan hingga tempat tujuan. 


Pelukan kasih di hari perpisahan itu benar-benar membuatku haru. Setiap orang yang saya temuai waktu itu tidak lepas dengan pelukan hangatnya. Air mata saya mebuncah deras ketika mundhir sekolah, Guru. Nuha berubah menjadi seseorang yang berbeda dari hari-hari biasannya, yang bawaanya selalu serius dan tegas, hingga saya merasa enggan setiap kali ingin ngobrol, namun di hari itu sungguh berbeda, akupun merasa tak sesungkan seperti hari-hari sebelumnya. 

Pada malam harinya menjadi yang pertama kalinya saya datang ke rumah beliau untuk sillaturrahim sekalian berpamitan. Awalnya saya akan di temani oleh Achan asrama, namun saya lebih memilih datang seorang diri. Pikir saya agar bisa ngobrol bebas sana-sini dengan beliau. Kubawakan beliau  kenang-kenangan yang saya bawa dari rumah. Sekitar setengah jam saja saya disana, karena waktu sudah menunjukkan jam istirahat. Kesana sudah terlalu mepet, jadi hanya sebentar saja waktunya. 


Selain Mundhir sekolah, para guru lainnya juga melakukan hal yang sama hingga tak kuasa air mataku menetes karena haru akan pelukan kasihnya. Ya, air mata kesedihan dan keharuan melihat sikap para guru yang hadir disekolah hari ini menyambut hari perpisahanku dengan penuh kasih. Yang biasanya mereka jarang ngobrol, karena tempat tugasnya yang berbeda, di hari ini semua saling sapa, saling mendo’akan, dan saling berpeluk kasih. Benar-benar  tidak menyangka jika di hari itu sungguh mengharukan. 


Jika hari-hari biasanya, kami saling sibuk dengan tugas masing-masing. Jika bertemu mungkin hanya sebatas senyum, sapa, salam  saja yang kami lakukan, tidak lebih, tapi di hari itu lebih dari yang ku bayangkan. Kasih mereka benar-benar mampu menyentuh lubuk hatiku sampai air mataku tak mampu ku tahan. Banyak dari mereka yang diringi haruku karena ingin berpisah dengan kasih mereka, memberian bingkisan kenang-kenangan untukku, entah isinya apa, karena setelah diberi tidak sempat langsung membukannya. 


Setelah semua guru yang datang sudah kusapa, lalu berpamitan, dan berpeluk kasih dengan penuh haru, kami mengakhiri hari kami bersama mereka dengan foto bersama. 

 Foto bersama menjelang berangkat ke acara seremonial perpisahan


Beberapa guru yang ikut mengantarkan saya ke tempat perpisahan di Pattani mulai memasuki mobil, sekitar 15 guru, ada guru Anuban, Prathom, dan Mattayom. Setelah itu saya menyusul.  Para guru yang tiduk ikut mengantar menyaksikan keberangkatan kami ke Pattani diiringi dengan lambaian tangan tanda perpisahan. Air mataku yang semula sudah mulai berhenti seketika membuncah kembali, melihat lambaian tangan kasih oleh para guru di sekolah.


Sebenarnya acara seremonial perpisahan di Pattani dimulai pada pukul 09. 00 jadi harus berangkat dari sekolah satu jam sebelumnya. Namun prosesi berpisah dengan para guru di sekolah memakan waktu yang tidak singkat, kami baru mulai meninggalkan sekolah sekitar pukul 09. 30, menempuh perjalanan satu jam menuju Gedung Obhocho, Pattani tempat seremonial perpisahan dilaksanakan.


Untuk memasuki gedung tersebut, awalnya sempat bingung karena banyak juga bangunan-bangunan lain di dekatnya. Setelah bertanya, akhirnya ketemu juga gedung yang ingin kami tuju. Kami satu rombongan masuk bersama-sama. Antara mahasiswa KPL dan rombongan pengantar terlebih dahulu diminta untuk mengisi daftar hadir yang telah disediakan.


Seketika masuk, gedung yang cukup mewah dan luas sudah  penuh dengan peserta KPL dan rombongan pengantar. Bahkan ratusan kursi yang ditata, terpenuhi semuanya, untuk yang datang di akhir-akhir kebanyakan berdiri dibagian belakang. Kalau terlihat ada kursi yang kosong, langsung saja dibuat untuk duduk. 

 Gedung Obhocho, Pattani yang cukup luas dan megah hari itu terpenuhi dengan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan seremonial perpisahan KKN-PPL di Thailand



 Terlihat para dosen perwakilan masing-masing kampus yang duduk disana,salah satunya Abah. Abad (Duduk paling kiri berbaju batik biru) dari IAIN T. Agung



  Mahasiswa peserta KPL, beserta para pengantar memenuhi Gedung Obhocho, Pattani 

Serangkaian acara di seremonial perpisahan ini satu per satu sudah selesai. Diakhir-akhir, serangkaian acara yang berhasil kami saksikan adalah menyanyikan lagu tanah air dilanjutkan musikalisasi puisi oleh grup dari perwakilan masing-masing kampus, beberapa sambutan-sambuatan, pemberian penghargaan kepada koordinator dari masing-masing kampus, penyampaian pesan-kesan oleh perwakilan peserta KPL yang mana diwakili oleh teman saya dari satu kampus, sumbangan lagu dari mahasiswa KPL Universitas Muhammadiyah Tanggerang, dan terakhir di susul dengan sayonara.

 Menyanyikan lagu tanah airku
Koordinator masing-masing kampus menerima piagam penghargaan


Pembacaan pesan-kesan oleh perwakilan mahasiswa KKN-PPL. Kebetulan yang menjadi perwakilannya adalah teman saya satu kampus, yaitu Miss. Tere


Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa acara selesai pada pukul 12. 00 dan selanjutnya persiapan naik Bus menuju Hat Yai-Sadao-Bukit kayu Hitam-Kuala Lumpur. Tidak terlalu melenceng dari waktu yang ditentukan, pukul 12. 15 seremonial perpisahan sudah diakhiri. Panitia segera meminta kami untuk membawa barang-barang menuju Bus yang telah parkir di halaman luar. 


Sebelum menuju Bus, suasana haru menyelimuti semua peserta KPL. Masing-masing keluarga (peserta bersama rombongan pengantar) mencari tempat sendiri-diri untuk saling berpeluk kasih yang terakhir kalinya.


 Suasana yang tampak ketika mahasiswa KPL akan menuju Bus


Sekiranya cukup, kami masuk ke mobil lagi untuk mengantarkan barang menuju Bus. Rombongan yang mengantarkan saya tidak menunggu sampai bus berangkat. Setelah saya masuk Bus, mereka melanjutkan perjalanan lagi. Suasana di sekitar Bus masih berselimut haru. Meskipun para peserta sudah memasuki Bus, namun banyak dari mereka yang masih menunggu di sekitar Bus hingga kami berangkat. Beberapa rombongan pengantar masih tak tertahankan juga air mata. Mereka begitu tidak tega meninggalkanya. 


Kami yang notabene bukan apa-apa mereka, memang sangat trenyuh dan menyentuh sekali ketika mereka sangat tulus dan senang hati menerima kedatangan kami. Perjumpaan yang sempat terjalin kurang lebih lima bulan ini benar-benar sangat mengesankan.


 Semoga persudaran diantara kita tetap akan terjaga.    
      

Catatan saya beberapa hari yang lalu, 
Panggul, 09-10.04.2016                                                                                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...