Rabu, 08 Oktober 2014

Make A Reflection




Mungkin bagi sebagaian besar kalangan mahasiswa jarang yang meyediakan buku tulis untuk setiap mata kuliah, karena saya melihat fakta yang ada jika sebagaian besar dari teman-teman saya dikelas menggabungkan catatan-catatan dalam sebuah buku tulis atau binder. Mungkin ini terjadi karena semua materi sudah diberikan dalam handout, sehingga tidak perlu lagi untuk susah-susah mencatat dalam buku tulis. Hal tersebut juga pernah saya alami.
Berbicara soal mencatat di bangku kuliah menurut saya tidak sama seperti mencatat saat berada di bangku SMP, atau SMA yang kegiatannya memindahkan tulisan dari papan tulis kedalam buku tulis, atau dari buku pedoman ke buku tulis, dll. Tapi di bangku kuliah ini ada istilah keren-nya  yaitu REFLEKSI. Beberapa dosen saya banyak yang menggunakan metode ini dalam mengajarnya untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Saya sangat suka dengan cara ini. Refleksi ini dilakukan dengan merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari, dan apa yang sudah dipahami dalam pelajaran tersebut dituangkan dalam bentuk catatan, mungkin membuat refleksi ini tidak harus di dalam buku tulis tapi bisa juga di selipkan di sisi handout yang masih kosong. Tapi saya lebih suka untuk membuat refleksi itu pada buku tulis tersendiri untuk setiap mata kuliah. Mencatat apa yang telah saya pelajari banyak sekali manfaatnya selain menjadikan ilmu yang kita dapat itu akan bertahan lama (mudah diingat) dan mudah untuk dipelajari, juga ada kebahagiaan tersendiri saat membuka catatan-catatan itu dan membacannya. Selain itu meskipun dibuka berkali-kali tidak membuat bosan, malah jika lama tak membuka catatan itu rasannya rindu sangat. Saya melakukan refleksi ini biasannya saat di rumah setelah mengikuti pelajaran tersebut, tidak di kelas. Jadi apa yang dijelaskan oleh dosen, dari pemateri, dari buku paket, atau cari informasi lebih dari internet saya gabung jadi satu menjadi suatu catatan yang saling melengkapi dan dituliskan kedalam buku tulis. Sebenarnya saya sudah mengenal hal ini sudah lama, tapi saya bisa merasakan manfaatnya baru semester akhir-akhir ini.  
Betapa senangnya ya….. para menulis yang sudah dengan susah payahnya menyusun kata-kata, merangkai ide, menemukan referensi yang sesuai, dan tentunya membaca dan akhirnya menjadi suatu buku yang indah dan bermanfa’at bagi orang lain. Mungkin setiap harinya buku itu di bolak-balik, di resapi dengan perasaan yang tentunya bahagia sekali.
 I WILL be…..Aamiin. Selamat Mencuba ya Guys…

Minggu, 21 September 2014

Ternyata HANDOUT itu penting lho.....

Handout sepertinya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, terutama kita sebagai mahasiswa. Setiap ada teman kita mau memulai untuk berdiskusi atau presentasi, mereka selalu memberikan handout-nya kapada kita. Handout itu tetunya ya berisi materi perkuliahan yang akan disampaikan dalam presentasi tersebut. Biasannya handout uga diberikan saat kita mengikuti sebuah seminar. Kalau sudah musimnya presentasi begini, sehari bisa dapat tiga sampai empat handout. Ternyata handout itu tidak sembarang kertas yang setelah materi perkuliahan selesai ditinggal begitu saja. Setelah saya membaca bukunya Phil Race dengan judul How to Study: Kiat-Kiat Belajar Praktis bagi Mahasiswa, banyak sekali hal yang sepele terutama berkaitan dengan belajar yang sering saya abaikan, salah satunya memanfaatkan materi handout yang belum maksimal. Dalam buku ini dijelaskan bahwa yang pertama kali dilakukan setelah kita menerima handout adalah membubuhkan nama dan tanggal. Hal ini akan menghindari kesulitan di kemudian hari ketika kita memerlukan handout itu tetapi dalam posisi yang sudah bertumpukan dengan kertas-kertas pekerjaan atau tugas yang lain. Kedua kalinya, jangan menyalin sesuatu yang sudah ada di dalam handout. Lebih baik kita menambahkan hal-hal baru daripada menyalin hal-hal yang sudah ada. Waktu dan energi lebih baik kita gunakan untuk mengambil keputusan tentang materi yang sedang kita pelajari saat itu. Ketiga, Jangan sampai tidak memperhatikan perkuliahan hanya karena telah memiliki handout. Memang mudah sekali bagi kita untuk berpikir, “Ah, saya kan sudah memiliki materi presentasi di handout ini. Jadi, saya tidak terlalu berpikir keras tentang semua itu sekarang selama kuliah berlangsung. Itu hal yang sangat berbahaya karena kita akan ketinggalan materi nantinya. Selain materi di handout, biasanya ada tambahan materi yang disampaikan oleh dosen kita dan itu perlu untuk diperhatikan dan akan lebih bagus lagi bila hal-hal yang penting yang disampiakan oleh dosen itu dicatat dalam handout tersebut. Kalau ada hal-hal yang penting di dalam handout itu, kita juga harus tanggap untuk segera menandainya.
Tidak kalah penting dengan hal-hal diatas, yaitu kita juga harus menyimpan handout-handout itu dalam suatu berkas yang sistematis. Mungkin dengan menyimpan handout itu berdasarkan mata kuliah. Hal itu akan menghemat waktu secara jangka panjang jika kita menyimpannya secara sistematis, sebagai contohnya misalkan saat kita mau UTS atau UAS belajar kita harus bongkar-bongkar materi di tumpukan berkas-berkas yang mugkin materi itu masih diragukan keberadaanya. He e pengalaman. Daripada westing time and energy, mending saat materi handout itu dibutuhkan, keberadaannya sudah jelas. Hal itu bisa terjadi jika kita mennyimpannya secara rapid an sistematis. Tips yang terakhir yaitu saat kita belajar, jangan hanya sekedar membaca handout. Tambahkan materi yang sama dari referensi lain agar dapat menambah pemahaman tentang materi tersebut. Mulai sekarang … mari kita manfa’atkan handout kita dengan sebaik-baiknya. Happy Monday....:)

Selasa, 16 September 2014

Sekilas Tentang Guru

          Berikut ini adalah kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh setiap guru yang dijadikan sebagai kualitas kinerja guru:
1.             Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum berdasarkan tingkat satuan pendidikan masing-masing. Disamping itu guru harus mampu menerapkan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yaitu menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang relevan dan menarik perhatian siswa sehingga sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

2.             Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan yang bangga akan tugas yang dipercayakan kepadannya untuk mempersiapkan generasi kualitas masa depan bangsa. Walaupun ada tantangan yang berat, tetapi harus dihadapi dengan tegar dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Guru sebagai pendidik juga harus dapat mempengaruhi kea rah yang sesuai dengan tata nilai yang diannggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan kepada siswanya tentang kedisiplinan diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuannya ini akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

3.             Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suru teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru harus memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat. Dengan adannya kemampuan tersebut, secara otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan masyarakat, misalnya orang tua siswa guru tidak akan mendapat kesulitan. Dalam kompetensi ini juga meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

4.             Kompetensi Profesional
Kompetensi professional ini adalah kemapuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek, diantarannya: Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan harus untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun item yang benar, lebih jauh agar tes yang digunakan harus dapat memotivasi belajar siswa.

SEMOGA CITA -CITA UNTUK MEJADI GURU YANG BERKUALITAS, PROFESIONAL BISA TERWUJUD. AAMIIN.

Sabtu, 31 Mei 2014

The great Grandma



The great Grandma
Oleh: Eka Sutarmi

            Nenekku  memang bukan satu-satunya orang yang menginspirasi di dalam keluarga saya, tanpa terkecuali Ibu, Bapak, Kakek, Paman, Bibi, dan Adhik pun juga  menjadi tokoh inspirator dalam hidup saya. Merekalah orang-orang hebat yang paling berperan dalam hidup saya, cinta sejati yang ada dalam diri saya. Tulisan yang bertema “Nenekku Inspirasiku” muncul di benak saya ketika saya ingat dengan cerita perjalan hidup nenek saya  yang berliku-liku, tetapi punya keinginan kuat untuk bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Nenek memang orang yang tidak berpendidikan, bahkan ia tidak pernah merasakan duduk bangku sekolah Tetapi dari pengalaman hidupnya itu, ia malah memiliki tekat yang kuat agar anak, cucunya bisa sekolah tinggi dan bisa menjadi orang yang sukses.
            Nenek saya  adalah sosok yang ulet, pemberani, dan bekerja keras. Ia lahir pada tanggal 09 September 1959 di tengah-tengah keluarga yang bisa dibilang banyak, ia anak ketiga dari sebelas bersaudara. Dibilang bekerja keras, karena pada saat masih anak-anak, sekitar usia 7 tahun ia sudah di percaya oleh orang tuanya untuk mengurusi adik-adiknya, memasak, menggembala kambing, dan juga merawat simbah-nya yang sudah tua. Nenek saya harus bisa membagi waktunya untuk menjalankan tugas-tugasnya tersebut. Semakin ia bertambah besar, tanggung jawab yang diberikan pun juga semakin besar. Adhiknya yang semakin tumbuh besar, dan tak ketinggalan yang bayi juga makin bertambah….yaa maklum kata simbah saya jaman dulu belum ada KB. Untuk menjalani kehidupan pada saat itu tidak semudah yang kita alami saat ini, banyak yang serba instan, Untuk makan saja satu keluarga saja nenek saya harus menumbuk singkong sebanyak satu sampai dua sak perhari. Nasi putih pada saat itu masih jarang, jadi yang dijadikan makan pokok yaitu nasi thiwul (nasi yang terbuat dari singkong). Selain itu, ia juga harus membantu ibunya untuk menjual barang dagangan, seperti kelapa, keropak, kunyit, jahe ke pasar. Perjalanan jauh dan beban berat yang di gendongnya seringkali membuatnya mengeluh, tapi apa boleh buat…mau tidak mau, kuat tidak kuat…ya harus kuat. Perjalanan jauh itu tidak ditempuh dengan kendaraan, ia harus jalan kaki…berangkat malam, pulang malam. Yang bikin saya terharu saat di kasih tahu ceritanya yaitu saat ia pulang dari pasar dan ia sangat ingin membeli buah nangka yang di dasarkan di pinggir jalan, tapi uangnya tidak mencukupi untuk membeli buah nagka tersebut, sehingga untuk membayar rasa inginya untuk menikmati buah nangka itu, nenek saya mengambil sisa buah nangka (dami) yang sudah dibuang. Makanya sampai saat ini nenek saya itu mewanti-wanti untuk tidak menyisakan makanan apapun, karena ya…mengingat jaman dulu, untuk beli jajan saja berpikirnya bisa lima sampai seratus kali.
            Lain cerita, suatu hari nenek saya itu diberikan saba’ dan grip (alat tulis-menulis jaman dahulu) oleh seseorang untuk peralatan sekolah, seingat saya seseorang yang memberinya alat itu namanya Ibu Masitorini. Uniknya alat tulis menulis itu sekali pakai, jadi jika ia sudah menuliskan satu lembar penuh, tidak bisa berganti dengan lembar yang baru lagi melainkan harus menghapusnya dan menulis di lembar yang sama. Karena menurut ceritanya saba’ itu hanya berupa satu lembar saja, dan bisa dipakai secara berulang-ulang. Istilahnya tulis-hapus, tulis lagi-hapus lagi, dan seterusnya. Kalau saat ini masih begitu ATM- nya, bisa-bisa bikin kepala langsung botak ya? He e e.  Ia sangat senang sekali pada saat itu, ia bisa merasakan bagaimana rasanya belajar. Tapi setelah satu minggu ia bersekolah, ketahuan sama ayahnya, Mbah Buyut Parmin (alm). Tidak berpikir panjang, Saba’ dan gripnya langsung di pecah olenya, karena mulai dari awal memang ayahnya tidak setuju kalau ada anak nya bersekolah…dari anaknya yang berjumlah sebelas itu, ternyata semuanya tidak ada yang di sekolahkan. Di usia yang kurang dari 10 tahun, nenek saya sudah disuruh menikah olah kedua orang tuanya, ia di jodohkan dengan seorang laki-laki ganteng, yang bernama Kakek Paijo. Beda umur mereka sangatlah jauh. Mau saya ceritakan kenapa menikah dibawah umur dibolehkan saat itu, saya lupa bagaimana itu bisa terjadi. Yang jelas mereka berdua telah resmi menjadi suami-istri.
            Pernikahan mereka berdua ternyata tidak sia-sia, kerja keras mereka berdua untuk mencari modal buat rumah tangga berhasil. Mereka akhirnya berhasil menyekolahkan anak pertamanya hingga ke perguruan tinggi. Usahanya tersebut tidak semudah yang saya bayangakan, ada cerita yang lebih menarik dan mengaharukan dibalik kesuksesanya itu. Benar-benar sebuah pengorbanan yang luar biasa untuk bisa menyekolahkan anak nya pada saat itu, Sangat jarang orang yang peduli pendidikan di zaman tersebut, karena sebagaian besar orang lebih memilih untuk mempergunakan uangnya untuk yang lain daripada untuk pendidikan. Tapi hal ini sangat berbeda dengan pola pikir nenek saya, ia memiliki prinsip bahwa dengan sekolah mungkin akan membuat hidupnya menjadi lebih mudah, tidak seperti yang nenek alami saat itu.      
            Anak pertama dari pasangan Paijo-Katijah ini namanya kanijan, ia adalah paman saya. Menurut ceritanya, ia adalah sosok orang yang penurut kepada orang tuanya. Dari masih bayi hingga anak-anak ia tidak pernah dengan yang namanya minum ASI, atau susu instan, ya.. karena keterbatasan ekonomi, serta gizi, sampai-sampai ASI nya tidak keluar dan tidak mampu untuk beli susu instan., untuk mengganti gizinya ia hanya di kasih minum air tajin (air rebusan beras) oleh nenek saya. Yang membikin saya terharu, pada saat masuk sekolah dasar paman saya itu tbuhnya paling kecil sendiri, dan baju yang dipakai kebesaran. Teman-temanya sering melepas celanannya dan diejek. Ia sempat putus asa dan malu untuk kembali bersekolah. Semangat yang tetap mengalir dari nenek saya terus tercurahkan kepada sang anak tercinta itu agar ia tetap semangat bersekolah. Memasuki sekolah menengah pertama, ia juga patah semangat karena banyak teman-temanya yang masuk di sekolah negeri, tapi ia tidak…ia diterima di salah satu sekolah swasta. Nenek saya masih tetap memberinya semangat agar ia tidak lagi patah semangat, sekolah swasta tidak apa-apa, yang penting sungguh-sungguh. Setiap hari nenek saya harus mengantarkan ke sekolah, mereka harus berangkat jam satu malam agar paginya ia sudah sampai di sekolah. Itu dengan sabar dilakukan oleh nenek saya. Yang juga membikin saya heran saat di kasih cerita oleh nenek saya itu, pernah suatu saat kakek saya menyuruh paman saya untuk berhenti sekolah, entah alasanya apa saya kurang tahu. Tapi hal itu juga tidak menyurutkan niat nenek saya untuk tetap berusaha menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Dan akhirnya dengan perjuangan dan do’a dari seorang ibu, ia berhasil lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang mapan, meskipun hanya sebagai guru SMA.




















UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...