Minggu, 28 Februari 2016

Menilik Pesona Alam Tone Nga Chang, Hat Yai



Mendadak sekali kepala sekolah atau biasa kupanggil Baboo mengajakku pergi siang hari tadi. Tidak sengaja saya berpapasan dengan beliau ketika saya turun ke lantai bawah untuk menunaikan Shola Dhuhur berjamaah di aula asrama, sementara beliau ke asrama untuk memindahkan perabotan ke sebuah ruangan. Sebelumnya saya ditanya terlebih dahulu, ada kegiatan atau tidak Karena memang saya tidak ada kegiatan penting yang saya kerjakan di siang ini, akhirnya saya memutuskan untuk ikut. Pergi kemana ya? … ketika beliau mengajak, saya masih belum tahu pasti akan diajak kemana, yang jelas akan pergi bersama sekitar sepuluh orang murid di asrama.  

Selesai Sholat Dhuhur, bergegas menuju kamar untuk segera siap-siap. Segerombolan siswa yang juga diajak oleh Baboo, sudah siap pergi dengan baju santainya. Owh …mereka  pakai baju santai, santai sekali. Aku-pun ikuti gaya mereka untuk memakai baju santai. Setelah siap dengan baju santaiku, langsung saja saya  meyusul mereka. Kami semua menunggu di halaman sekolah, menanti kedatangan Baboo. 

Akhirnya tahu juga, mau pergi kemana, yaitu “Nam Tok”. Begitulah jawaban singkat yang dilontarkan oleh beberapa dari mereka yang mendengar pertanyaanku sebelum berangkat. Aku paham maksudnya, “Nam Tok “ berati air terjun. Seringkali saya mendengarnya, bahwa wilayah ini ada beberapa nama air terjun, namun sayangnya masih sekedar mendengarnya saja. Kali ini aku akan benar-benar melihat  wujud air terjun yang berada di Thailand. Tidak dikasih tahu namanya apa, suasananya bagaimana … setelah sampai tujuan, sudah pasti akan tahu sendiri.

Sepertinya disana kami juga akan melakukan ritual juga, yaitu makan-makan. Dibawalah satu kotak peralatan makan, beberapa botol air minum, lalu Baboo mengambil nasi yang masih baru matang dari rumahnya, saya tahu itu nasi baru matang karena nasi masih penuh di baskom rice cooker,…sengaja mungkin memasak buat kami semua he he. Karena hanya nasi dan seperangkat peralatan makan yang kami bawa, jadi kami berhenti terlebih dahulu di kedai penjual ayam pok pok panggang. Baboo membelikan satu ekor utuh ayam panggang di kedai tersebut. Karena akan kami makan, sekalian ayam tersebut dipotong-potong. Sudah ada lauk, nasi, dll … Sekarang siap meluncur. Mobil dengan bak terbuka bagian belakang siap mengantarkan kami semua menuju Nam Tok.

Kurang lebih setengah jam perjalanan kami sampai di tempat tujuan. Mendekati tempat yang kami tuju pemandangan begitu berubah drastis. Yang semula melihat rumah berjejer disepanjang jalan, seketika itu juga kami disambut dengan suasana alam yang luar biasa dengan pepohan nan hijau yang menjulang tinggi. Alamnya benar-benar masih asri. 

Pesona alam yang terlihat dari dalam mobil saat sudah mendekati tempat tujuan

Untuk masuk ke area yang akan kami tuju tersebut terlebih dahulu harus membeli tiket masuk. Baboo yang mengurusnya, kami tinggal mengganti uang yang harus dibayarkan. Sempat saya menanyakan harga tiketnya, namun beliau tidak mau saya bayarkan. Alhamdulillah. Sempat ada beberapa mobil yang antri untuk membeli tiket masuk, tapi karena pelayanannya cepat, tidak perlu mengantri lama. Di kantor pembelian tiket itu, sebenarnya ada papan yang berisi daftar harga, mulai 10 bath hingga 200 bath. Karena ditulis dalam Bahasa Thai, jadi tidak paham maksud persisnya. 

Setelah dari pembelian tiket, kami masih berjalan lagi sekitar 300 meteran untuk menuju tempat parkir. Tempat parkir benar-benar penuh. Para mobil yang mungkin juga mebawa rombongan (keluarga, teman, atau yang lainnya) sudah berjejer dengan sangat rapi. Akhirnya dapat juga tempat parkirnya. 

Semua barang-barang yang kami bawa diturunkan dari mobil. Ada yang membawa tikar, botol air minum, panci nasi, kotak peralatan makan, dll. Kami mencari tempat dengan posisi yang nyaman untuk berehat. Selama berjalan mencari tempat berehat, ku lihat ramai orang dengan berbagai cara menikmati alam yang begitu indah nan asri ini, yang akan saya ceritakan selepas yang satu ini, he he.

Ada tempat cukup nyaman yang telah kami temukan, dibawah pohon rindang dengan tempat lesehan yang sudah disedikan. Lalu, tikar kami gelar dan  mengambil posisi duduk masing-masing. Sebelum mulai beraksi menikmati pesona alam ini, terlebih dahulu menyantap bekal makan siang yang disiapkan oleh Baboo dari rumah. Makan, makan, makan, habis sudah … merapikan peralatan sehabis makan, membereskan sampah-sampah, dan siap berpetualang.

Kami dibiarkan sebebasnya untuk menikmati alam disini, sementara Baboo menunggu sambil duduk di kursi santai dibawah pohon rindang dan melaksanakan hobinya, yaitu baca Koran. Koran-koran memang sengaja disiapkan dari rumah untuk dibaca disini sambil menikmati pesona alam. Tidak hanya koran yang dibawa, mungkin disambi mengerjakan tugas yang harus diselesaikan juga, karena saya melihatnya ada berkas-kas dalam satu kantong tas yang dibawanya.

Ya, saatnya menikmati alam. Oh..iya belum saya perkenalkan dulu tentang tempat ini. Sesuai dengan papan yang saya baca di tempat ini, namanya adalah Tone Nga Chang Wildlife Sanctuary, berada di Hat Yai, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. 

Papan ini yang membuat saya tahu nama tempat ini
 Sesuai dengan namannya, bahwa  tempat ini merupakan kawasan cagar alam yang terkenal dengan satwanya dan juga pepohonan yang tumbuh dengan sangat subur. Air terjun Tone Nga Chang merupakan salah satu pesona alam yang ada di tempat ini.

Fasilitas yang ditawarkan di tempat juga sangat mendukung, diantarannya tempat rehat yang lumayan banyak, kebersihan yang terjaga, penginapan (guest house), para penjaja makanan dan pernak-pernik, dan masih banyak lagi.

Petunjuk arah Tone Nga Chang Wildlife Sanctuary

Para pengunjung yang datang ke Tone Nga Chang ini ternyata memiliki pesona tersendiri dengan air terjunnya. Memang air terjunnya tidak setinggi yang saya bayangkan, bahwa bertolak belakang dengan yang saya bayangkan. Sekilas penampakannya layaknya kali gedhe di kotaku, he he.

 
Melihat ini jadi ingat kali dekat rumah he he

Keberadaanya yang masih asri, membuat air terjun disini sangat alami. Aliran airnya yang cukup deras, membuat air tetap bersih. Mungkin itu yang menjadikan para pengunjung begitu banyak yang datang untuk menikmati air terjun Tone Nga Chang. 

Salah satu bagian atau tingkatan air terjun Tone Nga Chang

Air terjun disini ada beberapa bagian atau lebih tepatnya tingkatan dengan pesona yang berbeda-beda. Kami bisa menikmati semuannya atau cukup berada di tempat yang sama. Berbagai cara dilakukan untuk menikmati air terjun disini, ada yang dengan berenang, bermain air, atau hanya meloncat dari batu ke batu yang lain, seperti halnya saya, he he. Tapi harus sangat hati-hati ketika ingin melawati bebatuan yang ada disini. Beberapa dari kami banyak yang terjebak dengan bebtauan yang ada, banyak yang ketika menginjakkan kaki di batu tersebut, malah batunya banyak yang licin yang kami tidak ketahui. Jadi harus berhati-hati agar tidak terpeleset.



Begitulah mereka menikmati pesona air terjun Tone Nga Chang

Saya disini tidak ikut berenang layaknya pengunjung pada umumnya. Saya hanya mengikuti murid-murid kemana mereka ingin berenang. Sekirannya ada batu di tengah sungai yang nyaman, saya duduk disitu sambil mengawasi mereka, sesekali sambil bermain air dan meresapi suasana dengan sejuata pesona yang luar biasa ini…begitulah cara saya. Sesekali mereka berpindah, saya juga ikut berpindah dan melakukan hal yang sama.

Swimming under water menjadi salah satu yang digemari para pengunjung. Sempat saya ditawari oleh mereka untuk juga berenang, saya tidak sanggup dengan yang satu ini. Sedikit takut dengan kedalaman soalnya, hiks hiks

Ini seorang ibu yang mengajak outra kecilnya swimming under water. Sorry, niat saya mau ambil gambar anak-anak yang berenang di sebelah sana.
Banyak juga para pengunjung yang menggelar tikar di sekitar area air terjun. Ketika sudah lelah berenang bersama keluarga, bisa berehat di tempat itu lalu menikmati makanan yang mereka bawa sekedar untuk menghangatkan tubuh. Menyatu dengan alam ketika berkunjung ke Tone Nga Chang adalah pilihan yang sangat bijak. Pesona alamnya sungguh luar biasa. 

Sempat saya melihat ditempat tersebut ada papan yang bertuliskan nama-nama hewan yang dilindungi di tempat ini, seperti macam-macam burung, kera, dan binatang-binatang yang lain. Sayangnya saya tidak bertemu dengan mereka semua. Kami hanya melihat sejumlah kera yang berada di pepohonan, itu saja kami mengetahuinya pas mau perjalanan pulang.

Setelah puas menimati air terjun Tone Nga Chang, kami semua kembali ke tempat rehat yang sebelumnya kami siapakan. Saya meminta mereka untuk segera ganti baju kering, sholat, lalu bersiap pulang. Ada beberapa dari kami yang mampir ke penjaja makanan terlebih dahulu. Sekitar hampir pukul setengah enam, kami baru meninggalkan dari arena tersebut. 

Terima kasih alam Tone Nga Chang, yang telah memberika pesona luar biasa, khusunya kepada saya yang pertama kalinya datang kesini

Cekrek-cekrek dulu sebelum pulang, bersama Baboo, Ust. Mohammad


Itulah ceritaku saat berkunjung ke Tone Nga Chang Wildlife Sanctuary di Hat Yai pada Hari Minggu, 28-02-2016

Thailand, 28-29 Februari 2016

2 komentar:

  1. wah, iri aku mbak eka. wis tidak bisa komentar banyak. mantap banget pengalaman dan ceritanya tentang thailand

    BalasHapus
  2. Ho ho ho,terima kasih Bund 😊

    BalasHapus

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...