Mendadak
sekali kepala sekolah atau biasa kupanggil Baboo mengajakku pergi siang hari
tadi. Tidak sengaja saya berpapasan dengan beliau ketika saya turun ke lantai
bawah untuk menunaikan Shola Dhuhur berjamaah di aula asrama, sementara beliau
ke asrama untuk memindahkan perabotan ke sebuah ruangan. Sebelumnya saya
ditanya terlebih dahulu, ada kegiatan atau tidak Karena memang saya tidak ada
kegiatan penting yang saya kerjakan di siang ini, akhirnya saya memutuskan
untuk ikut. Pergi kemana ya? … ketika beliau mengajak, saya masih belum tahu
pasti akan diajak kemana, yang jelas akan pergi bersama sekitar sepuluh orang
murid di asrama.
Selesai
Sholat Dhuhur, bergegas menuju kamar untuk segera siap-siap. Segerombolan siswa
yang juga diajak oleh Baboo, sudah siap pergi dengan baju santainya. Owh …mereka
pakai baju santai, santai sekali.
Aku-pun ikuti gaya mereka untuk memakai baju santai. Setelah siap dengan baju
santaiku, langsung saja saya meyusul mereka. Kami semua menunggu
di halaman sekolah, menanti kedatangan Baboo.
Akhirnya
tahu juga, mau pergi kemana, yaitu “Nam Tok”. Begitulah jawaban singkat yang
dilontarkan oleh beberapa dari mereka yang mendengar pertanyaanku sebelum
berangkat. Aku paham maksudnya, “Nam Tok “ berati air terjun. Seringkali saya
mendengarnya, bahwa wilayah ini ada beberapa nama air terjun, namun sayangnya masih
sekedar mendengarnya saja. Kali ini aku akan benar-benar melihat wujud air terjun yang berada di Thailand.
Tidak dikasih tahu namanya apa, suasananya bagaimana … setelah sampai tujuan,
sudah pasti akan tahu sendiri.
Sepertinya
disana kami juga akan melakukan ritual juga, yaitu makan-makan. Dibawalah satu kotak peralatan makan,
beberapa botol air minum, lalu Baboo mengambil nasi yang masih baru matang dari
rumahnya, saya tahu itu nasi baru matang karena nasi masih penuh di baskom rice
cooker,…sengaja mungkin memasak buat kami
semua he he. Karena hanya nasi dan seperangkat peralatan makan yang kami bawa,
jadi kami berhenti terlebih dahulu di kedai penjual ayam pok pok panggang. Baboo
membelikan satu ekor utuh ayam panggang di kedai tersebut. Karena akan kami makan,
sekalian ayam tersebut dipotong-potong. Sudah ada lauk, nasi, dll … Sekarang siap
meluncur. Mobil dengan bak terbuka bagian belakang siap mengantarkan kami
semua menuju Nam Tok.
Kurang
lebih setengah jam perjalanan kami sampai di tempat tujuan. Mendekati tempat
yang kami tuju pemandangan begitu berubah drastis. Yang semula melihat rumah
berjejer disepanjang jalan, seketika itu juga kami disambut dengan suasana alam
yang luar biasa dengan pepohan nan hijau yang menjulang tinggi. Alamnya benar-benar masih asri.
Pesona alam yang terlihat dari dalam mobil saat sudah mendekati tempat tujuan |
Untuk
masuk ke area yang akan kami tuju tersebut terlebih dahulu harus membeli tiket
masuk. Baboo yang mengurusnya, kami tinggal mengganti uang yang harus
dibayarkan. Sempat saya menanyakan harga tiketnya, namun beliau tidak mau saya
bayarkan. Alhamdulillah. Sempat ada beberapa mobil yang antri untuk
membeli tiket masuk, tapi karena pelayanannya cepat, tidak perlu mengantri
lama. Di kantor pembelian tiket itu, sebenarnya ada papan yang berisi daftar
harga, mulai 10 bath hingga 200 bath. Karena ditulis dalam Bahasa Thai, jadi
tidak paham maksud persisnya.
Setelah
dari pembelian tiket, kami masih berjalan lagi sekitar 300 meteran untuk menuju
tempat parkir. Tempat parkir benar-benar penuh. Para mobil yang mungkin juga mebawa
rombongan (keluarga, teman, atau yang lainnya) sudah berjejer dengan sangat
rapi. Akhirnya dapat juga tempat parkirnya.
Semua
barang-barang yang kami bawa diturunkan dari mobil. Ada yang membawa tikar,
botol air minum, panci nasi, kotak peralatan makan, dll. Kami mencari tempat
dengan posisi yang nyaman untuk berehat. Selama berjalan mencari tempat
berehat, ku lihat ramai orang dengan berbagai cara menikmati alam yang begitu
indah nan asri ini, yang akan saya ceritakan selepas yang satu ini, he he.
Ada
tempat cukup nyaman yang telah kami temukan, dibawah pohon rindang dengan
tempat lesehan yang sudah disedikan. Lalu, tikar kami gelar dan
mengambil posisi duduk masing-masing. Sebelum mulai beraksi menikmati pesona alam ini,
terlebih dahulu menyantap bekal makan siang yang disiapkan oleh Baboo dari
rumah. Makan, makan, makan, habis sudah … merapikan peralatan sehabis makan,
membereskan sampah-sampah, dan siap berpetualang.
Kami
dibiarkan sebebasnya untuk menikmati alam disini, sementara Baboo menunggu
sambil duduk di kursi santai dibawah pohon rindang dan melaksanakan hobinya,
yaitu baca Koran. Koran-koran memang sengaja disiapkan dari rumah untuk dibaca
disini sambil menikmati pesona alam. Tidak hanya koran yang dibawa, mungkin
disambi mengerjakan tugas yang harus diselesaikan juga, karena saya melihatnya
ada berkas-kas dalam satu kantong tas yang dibawanya.
Ya,
saatnya menikmati alam. Oh..iya belum saya perkenalkan dulu tentang tempat ini.
Sesuai dengan papan yang saya baca di tempat ini, namanya adalah Tone Nga Chang
Wildlife Sanctuary, berada di Hat Yai, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.
Sesuai dengan namannya, bahwa tempat ini merupakan kawasan cagar alam yang
terkenal dengan satwanya dan juga pepohonan yang tumbuh dengan sangat subur. Air terjun Tone Nga Chang merupakan salah satu pesona alam
yang ada di tempat ini.
Papan ini yang membuat saya tahu nama tempat ini |
Fasilitas
yang ditawarkan di tempat juga sangat mendukung, diantarannya tempat rehat yang
lumayan banyak, kebersihan yang terjaga, penginapan (guest house), para penjaja
makanan dan pernak-pernik, dan masih banyak lagi.
Petunjuk arah Tone Nga Chang Wildlife Sanctuary |
Para
pengunjung yang datang ke Tone Nga Chang ini ternyata memiliki pesona
tersendiri dengan air terjunnya. Memang air terjunnya tidak setinggi yang saya
bayangkan, bahwa bertolak belakang dengan yang saya bayangkan. Sekilas penampakannya layaknya kali gedhe di kotaku, he he.
Keberadaanya yang masih asri, membuat air terjun disini sangat alami. Aliran airnya yang cukup deras, membuat air tetap bersih. Mungkin itu yang menjadikan para pengunjung begitu banyak yang datang untuk menikmati air terjun Tone Nga Chang.
Melihat ini jadi ingat kali dekat rumah he he |
Keberadaanya yang masih asri, membuat air terjun disini sangat alami. Aliran airnya yang cukup deras, membuat air tetap bersih. Mungkin itu yang menjadikan para pengunjung begitu banyak yang datang untuk menikmati air terjun Tone Nga Chang.
Salah satu bagian atau tingkatan air terjun Tone Nga Chang |
Air
terjun disini ada beberapa bagian atau lebih tepatnya tingkatan dengan pesona
yang berbeda-beda. Kami bisa menikmati semuannya atau cukup berada di tempat
yang sama. Berbagai cara dilakukan untuk menikmati air terjun disini, ada yang
dengan berenang, bermain air, atau hanya meloncat dari batu ke batu yang lain,
seperti halnya saya, he he. Tapi harus sangat hati-hati ketika ingin melawati
bebatuan yang ada disini. Beberapa dari kami banyak yang terjebak dengan
bebtauan yang ada, banyak yang ketika menginjakkan kaki di batu tersebut, malah
batunya banyak yang licin yang kami tidak ketahui. Jadi harus berhati-hati agar
tidak terpeleset.
Begitulah mereka menikmati pesona air terjun Tone Nga Chang |
Saya disini tidak ikut berenang layaknya pengunjung pada umumnya. Saya hanya mengikuti murid-murid kemana mereka ingin berenang. Sekirannya ada batu di tengah sungai yang nyaman, saya duduk disitu sambil mengawasi mereka, sesekali sambil bermain air dan meresapi suasana dengan sejuata pesona yang luar biasa ini…begitulah cara saya. Sesekali mereka berpindah, saya juga ikut berpindah dan melakukan hal yang sama.
Swimming
under water menjadi salah satu yang digemari para pengunjung. Sempat saya
ditawari oleh mereka untuk juga berenang, saya tidak sanggup dengan yang satu
ini. Sedikit takut dengan kedalaman soalnya, hiks hiks.
Ini seorang ibu yang mengajak outra kecilnya swimming under water. Sorry, niat saya mau ambil gambar anak-anak yang berenang di sebelah sana. |
Banyak
juga para pengunjung yang menggelar tikar di sekitar area air terjun. Ketika sudah lelah berenang bersama keluarga, bisa
berehat di tempat itu lalu menikmati makanan yang mereka bawa sekedar untuk
menghangatkan tubuh. Menyatu dengan alam
ketika berkunjung ke Tone Nga Chang adalah pilihan yang sangat bijak. Pesona
alamnya sungguh luar biasa.
Sempat
saya melihat ditempat tersebut ada papan yang bertuliskan nama-nama hewan yang
dilindungi di tempat ini, seperti macam-macam burung, kera, dan binatang-binatang
yang lain. Sayangnya saya tidak bertemu dengan mereka semua. Kami hanya melihat sejumlah kera yang berada di pepohonan, itu saja kami mengetahuinya
pas mau perjalanan pulang.
Setelah
puas menimati air terjun Tone Nga Chang, kami semua kembali ke tempat rehat
yang sebelumnya kami siapakan. Saya meminta mereka untuk segera ganti baju
kering, sholat, lalu bersiap pulang. Ada beberapa dari kami yang mampir ke penjaja
makanan terlebih dahulu. Sekitar hampir pukul setengah enam, kami baru meninggalkan
dari arena tersebut.
Terima
kasih alam Tone Nga Chang, yang telah memberika pesona luar biasa, khusunya
kepada saya yang pertama kalinya datang kesini
Cekrek-cekrek dulu sebelum pulang, bersama Baboo, Ust. Mohammad |
Itulah ceritaku saat berkunjung ke Tone Nga Chang Wildlife Sanctuary di Hat Yai pada Hari
Minggu, 28-02-2016
Thailand,
28-29 Februari 2016
wah, iri aku mbak eka. wis tidak bisa komentar banyak. mantap banget pengalaman dan ceritanya tentang thailand
BalasHapusHo ho ho,terima kasih Bund 😊
BalasHapus