Sengaja saya tidak meminta Ustadz disekolah
untuk menjemput saya di Stasiun Hat Yai (Stasiun terdekat dengan tempat tinggal
saya). Saya ingin mencoba pulang mandiri dengan berbekal satu lembar kertas
alamat yang saya peroleh dari Ustadz sebelum berangkat beberapa hari yang lalu.
Sebenarnya kertas alamat terebut saya gunakan untuk mengisi form perpanjangan
visa. Tidak kepikiran saya gunakan untuk senjata naik angkutan. Tak ada
salahnya kan mencoba...baru kalau sudah keadaan gawat darurat saya akan telphon
Ustadz di sekolah untuk menjemput, misalnya saya tidak diturunkan di alamat
yang benar, tidak ada angkot , dll.
Beberapa teman lainnya juga turun di stasiun yang sama. Kami tidak langsung
pulang ke wilayah kami masing-masing, melainkan bersama-sama cari makan siang terlebih
dulu. Saya ikut mereka saja, terserah mau dimana makan siangnya (yang penting
halal dan tidak mahal he he). Kami sepakat untuk makan siang di food park
yang ada di central festival Hat Yai.
Dari Stasiun, kami naik tuk-tuk (panggilan angkot di Thailand) ke Central
Festival. Beberapa tuk-tuk masing kosong parkir di depan Stasiun, akhirnya
teman saya meminta sopir tuk-tuk tersebut untuk mengantar kami, beruntung ia
mau. Kemudian, kami ber-sepuluh naik dan mengambil posisi masing-masing. Karena
yang menawar harga teman saya, jadi saya tidak tahu berapa uang yang harus saya
bayarkan. Setelah sampai di depan Central Festival, teman saya meminta uang
sebanyak 30 bath kepada masing-masing dari kami. Kami pun membayar sebanyak 30
bath.
Ternyata 30 bath tersebut hanya mengantar kami sampai di Central Festival
saja , tidak sekalian mengantar kami pulang. Wahhh...ada yang tidak beres. Saya
memberi tahu teman-teman bahwa saya pernah sekali naik tuk-tuk bersama teman di
sekolah dari Stasiun ke Sekolah habis 15 bath saja. Padahal jarak antara
Stasiun-sekolah dengan Stasiun-Central lebih jauh yang dari Stasiun ke sekolah.
Ikhlas saja.
Bersama-sama kami masuk ke Central Festival dan menuju ke lantai paling
atas, tempat makanan. Kami tinggal menukar uang 100 Bath (setara 40. 000)
dengan sebuah kartu. Dengan kartu tersebut, kita tinggal memilih makanan yang
kami suka, dengan syarat hargannya harus dibawah 100 bath. Pesan makanan dan
memberi kartu tersebut kepada penjualnya. Jika masih sisa, maka kita menukarkan
lagi kartunya dengan uang kembalian di tempat penukaran kartu semula. Kami pun
memilih menu makan siang di tempat yang sama, tetapi dengan menu yang berbeda.
Teman-teman yang cowok selesai makan lebih dulu. Kami menitipkan kartu kami
kepada mereka untuk ditukarkan dengan uang kembalian, karena masih sisa,
lumayan buat naik tuk-tuk pulang. Mereka pergi lebih dulu, sementara kami
menyelesaikan makan. Setelah selesai, kami langsung turun, tidak berkeliling
dulu, dan menanti teman-teman cowok di halaman Central Festival.
Hampir dua jam lebih kami menanti mereka, kelihatannya mereka masih belanja
dulu. Eh, bukan menati mereka, tetapi menanti uang kembalian kami buat bayar
angkot pulang.
Setelah mereka datang dan memberikan uang kembalian kami, langsung kami
menuju ke tempat parkir tuk-tuk yang ada di depan Central Festival. Kami
berpisah disini dengan mereka, mereka harus pergi dengan menggunakan Van,
karena tempat tinggal mereka jauh. Sedangkan ke-tiga teman saya ingin bermalam
di tempat saya. Ingin beristirahaht
dulu, dan melanjutkan perjalanan kembali esok hari. Dengan senang hati saya
mempersilahkan mereka menginap di tempat saya. Sebelumnya saya sudah bilang
kepada teman asrama bahwa ada teman yang ingin menginap disana, ternyata beliau
mengiyakan.
Mereka bertiga megikuti saya saja, karena baru sekali ini mereka pergi ke
Hat Yai. Saya memberanikan diri untuk menanyakan satu per satu sopir angkot
dengan menunjukkan selembar kertas berisi alamat lenkap yang kami tuju. Dengan
penjelasan yang sedikit terbata-bata, akhirnya sopir angkot tahu alamat yang
saya maksudkan. Sayangnya, hargannya belum cocok. Ada salah satu sopir angkot
yang meminta 300 bath untuk 4 orang, gilaaa, mahal bener. Akhirnya ada
salah satu sopir tuk-tuk yang bersedia dengan ongkos 15 bath per orang untuk pergi ke
alamat yang saya maksudkan. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa dapat angkot
juga.
Saya yakin, sopirnya sudah benar-benar tahu alamat yang telah saya jelaskan
dengan menunjukkan selembar kertas yang berisi alamat tersebut. Sempat membuat
deg-degan, karena jalur yang biasa saya lewati dengan menggunakan mobil pribadi
dan angkutan umum berbeda. Pertanyaan yang sama dilontarkan beberapa kali
kepada saya, yang membuat saya tidak tenang, “Benar ini kan jalannya?”..jujur
saja saya bilang kepada mereka bahwa saya tidak pernah lewat jalur ini, dan
sangat asing. Saya minta mereka tenang dan ikuti saja sang sopir.
Ploong rasannya, setelah tuk-tuk sampai juga di jalur yang pernah saya
lewati. Berarti memang putar-putar dulu untuk mencari penumpang.
Biasannya saya turun di dekat jalan raya, angkot tidak biasa masuk gang
sekolah. Tapi kali ini, kami diantar sampai halaman sekolah. Yang mulannya 60
bath untuk 4 orang, kami kasih 100 bath, karena sopirnya telah baik hati. Senang,
akhirnya saya bisa membawa teman saya ke tempat tinggal saya dengan lancar. Kami
sampai rumah dengan selamat.
Cerita perjalanan pulang setelah naik kereta pada 11.02.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar