Pengalaman Penulis dalam
Mengajarkan Vocabulary
Oleh:
Eka Sutarmi
Kosakata (Vocabularies) merupakan salah satu elemen penting yang
harus dikuasi oleh siswa ketika belajar Bahasa Asing, karena kosakata merupakan
aspek dasar untuk belajar Bahasa Asing, dalam hal ini adalah Bahasa Inggris. Semakin
banyaknya perbendaharaan kata yang siswa miliki, siswa akan semakin mudah dalam
menguasai ketrampilan berbahasa, antara lain mendengarkan (Listening), berbicara (Speaking), membaca (reading),
dan menulis (writing), begitu juga sebaliknya. Menyimak pendapat Tarigan dalam bukunya yang berjudul “Pengajaran Kosa Kata”
bahwa “Kualitas ketrampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kualitas
kosakata yang dimilikanya. Semakin kaya kosa kata yang dimilikinya maka akan
semakin besar pula kemungkinan untuk dapat terampil berbahasa.” Dari pernyataan
tersebut bisa menarik benang merahnya bahwa penguasaan kosakata yang baik dan
memadai akan sangat menunjang penguasaan Bahasa Inggris yang baik.
Mengingat pentingnya kosakata bagi
pembelajar Bahasa Asing, maka sudah menjadi tugas pengajar untuk
mengembangkankan kemampuan kosakata kepada para siswa. Guru harus mampu memberikan
model atau pengajaran kepada siswa bagaimana agar kosakata dalam Bahasa Inggris
bisa tersampaikan dengan mudah dan menyenangkan, sehingga siswa juga akan mudah
memahami bahkan mudah mengingat kosakata yang telah mereka pelajari sebelumnya.
Penyampaian materi tentang kosakata harus dilakukan dengan semenarik mungkin
agar siswa memiliki motivasi yang kuat saat belajar kosakata, siswa merasa
senang dan mereka bisa terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,
tidak hanya sebatas duduk di tempat dan menjelaskan penjelasan dari guru saja.
Lagu, gambar, puzzle, dan vocabulary
card adalah media atau perantara yang sudah saya gunakan untuk menyampaikan
materi vocabulary kepada siswa selama saya mengajar di sekolah Thayai Wittaya
School. Media tersebut saya gunakan sesuai dengan kebutuhan, berdasarkan materi
yang akan saya sampaikan, kadang hanya dengan lagu saja, perpaduan lagu dan
gambar, perpaduan puzzle dan gambar, dll. Saya memilih media tersebut selain
penggunaanya yang mudah dan praktis, cara membuatnya juga gampang, serta sangat
efektif dan menyenangkan untuk mengenalkan kosa kata Bahasa Inggris kepada
siswa. Respon siswa juga sangat bagus ketika saya gunakan media tersebut dalam
pembelajaran.
Berikut ini saya caritakan bagaimana
media tersebut saya terapkan untuk memperkenalkan kosa kata Bahasa Inggris
kepada siswa:
1.
Lagu dan gambar
sebagai cara praktis dan menyenangkan untuk mengajar kosakata di tingkat SD
Saya menggunakan lagu dan
gambar untuk mengajar Bahasa Inggris di tingkat dasar (Prathom) kelas 1. Setiap
kali mengajar, kedua media tersebut tidak boleh lupa. Anak-anak seusia mereka
memang masih kesulitan jika materi hanyak sekedar disampaikan secara lisan,
tanpa ada perantara pendukung, seperti halnya lagu dan gambar.
Awalnya, sebelum saya mulai
mengajar, saya diberi pengarahan terlebih dahulu oleh guru Bahasa Inggris yang
mengajar SD kelas 1. Pengarahan
yang diberikan bahwa untuk kelas 1, mereka masih belajar B. Inggris lewat lagu
dan kartu gambar (flashcard), dan sesekali juga dengan meminta mereka untuk menggambar.
Tantangan mengajar anak setingkat SD kelas 1
salah satunya memang harus bisa se-kreatif mungkin dalam mengemas materi yang
disampaikan. Kurang tepat jika hanya memberikan instruksi saja, guru hasrus
memberikan pemahaman sekreatif mungkin mengenai materi yang disampaikan kepada
murid-murid tersebut agar mereka bisa meresponnya dengan cepat dan
menyenangkan. Jika perlu guru juga ikut mempraktekkan juga apa yang telah
diinstruksikan kepada murid-murid. Dengan begitu, pasti mereka tidak akan
merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Lagu dan gambar adalah media kreatif versi
penulis yang telah digunakan selama mengajar SD kelas satu. Penyampaian materi
lewat perpaduan keduannya mampu membuat siswa mudah dan menyenangkan dalam
mengenal kosa kata Bahasa Inggris, dengan syarat lagu dan gambar harus
disesuaikan dengan materi yang disampaikan.
Materi pertama yang saya sampaikan kepada
mereka yaitu tentang “Emotions”, diantaranya; Happy, Sad, Angry,
dan Surprise. Lagu berjudul “If You’re Happy” dan empat flashcard
bergambar monster dengan emotions (ekspresi) yang berbeda-beda menjadi media untuk
menyampaiakn materi ini. Sesuai dengan RPP yang telah saya buat lewat kedua
media ini, saya kembangkan dengan berbagai macam cara.
Dengan peralatan seadannya, speaker usang yang
sudah tidak terlalu keras suarannya dan laptop untuk memutar musiknya, maka
lagu tersebut siap saya putar. Biasannya saya memutarkan lagunnya di awal dan
diakhir pembelajaran. Saya ulangi lagu yang berduarsi sekitar tiga menitan itu
sampai beberapa kali hingga siswa bisa menyayikannya dengan lancar. Kami
menyanyi bersama-sama, sesekali saya juga meminta mereka untuk menyertai
gerakannya sesuai dengan lirik lagu yang dinyanyikan. Ketika mereka hafal lagu
tersebut, berarti mereka telah bisa melafalkan kosa kata yang ada dengan baik.
Gerakan-gerakan yang mereka lakukan ketika bernyanyi juga telah menunjukkan
partisipasi aktif siswa ketika materi tersebut disampaikan dengan lagu.
Sementara gambar (flashcard) saya
fungsikan untuk memahamkan siswa lebih jauh. Masing-masing emotions ada
gambar yang mewakili, saya tunjukkan setiap gambarnya, dan memberitahu siswa
bagaimana ekspresi setiap monster tersebut. Untuk mengetahui pemahaman siswa,
saya juga menanyakan kepada mereka maksud setiap gambar. Saya tunjukkan gambar
monster tersebut dan siswa meresponnya, serta disertai gerakan-gerakan yang
sesuai. Sambil bernyanyi, dengan menunjukkan gambar juga akan menarik perhatian
siswa. Sekitar empat kali tatap muka materi ini sampaikan hingga mereka mampu
mengenal kosakata tentang emotions dengan baik.
Materi kedua yaitu tentang “Frog Family”.
Tahapan yang saya pakai untuk mengajar materi ke dua ini tidak jauh berbeda
dengan cara yang saya gunakan sebelumnya, memakai lagu dan gambar. Hanya saja
gambar Frog Family saya harus terlebih dahulu membuatnya. Materi
sebelumnya gambar sudah tersedia, tinggal pakai, karena sudah satu paket dengan
materi siswa, sementara untuk materi Frog Family ini saya sudah berusaha
mencarinya hanya ketemu satu gambar saja, lainnya entah kemana, sehingga saya
harus membuat gambarnya dulu.
Sebenarnya materi kedua ini tujuannya hanya
ingin membuat siswa bisa mudah mengenal kosakata tentang anggota keluarga atau family,
tetapi agar materi ini bisa menjadi menarik, maka menggunakan frog family,
yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, adik, dan bayi sebagai mediannya. Pastinya
gambarnya juga menyesuaikan, dibuat sedemikian rupa agar bisa mengilustrasikan
kosakata yang dimaksudkan. Lagu yang saya pakai berjudul “Where is Father
Frog”. Lirik lagunya yang mudah dan semangat membuat siswa sangat menyukai
lagu ini. Mereka bersuara dengan sangat kompak dan lantang ketika saya minta
mereka untuk bernyanyi. Ada yang membuat
saya semangat untuk menyampaikan materi ini, selain gambar yang saya tunjukkan kepada
siswa, saya juga menyuguhkan cerita tentang Frog Family kepada siswa dari
gambar yang saya buat. Siswa juga sangat antusias menyimak cerita yang saya
berikan, dari cerita tersebut siswa akan mengenal kosakata lebih jauh lagi,
karena selain bercerita saya juga memberikan pemahaman kepada siswa terkait
kata-kata yang saya gunakan.
Penyampaian materi ini juga memakan waktu empat
kali pertemuan hingga siswa benar-benar mampu memahami materi dengan baik.
Setelah siswa mampu mengahafal lagunya dengan gambar sebagai pendukung, diakhir
pertemuan saya memberikan evaluasi kepada siswa terkait materi yang telah saya
berikan. Membagi siswa menjadi beberapa grup, yang setiap grupnya terdiri dari
6 anak. Masing-masing grup memerankan frog family, ada yang jadi Ibu,
Ayah, dll, sedangkan ada satu anak yang menjadi instruktor. Tugas instruktor adalah
melontarkan pertanyaan sederhana kepada teman mereka, misalnya, “Where is
Father frog?” maka siswa yang jadi Father frog akan mengangkat
tangannya dan berkata “Here I’am”, dst. Siswa yang menjadi instruktor
juga akan menyanyikan lirik lagu “Where is father frog” bersautan dengan
masing-masing siswa sesuai dengan perannya. Berikut ilustrasinya:
Instruktor :
“Where is Father frog?” (x2)
Siswa (Father frog) : (Sambil mengakat tangannya) “Here
I’am!” (x2)
Instruktor :
“How are you today?” (x2)
Siswa (Father frog) : “Very hot?” (x2)
Sang
instructor akan secara bergantian bertanya kepada masing-masing peran hingga
selesai dengan lagu tersebut. Hasilnya, siswa bisa melakukannya dengan
semangat. Cara ini juga telah membuat siswa yang mulannya sedikit pasif jadi
berusaha untuk bisa aktif. Saya rasa siswa telah mampu memahami materi
bertemakan “Frog Family” dengan baik.
Materi ketiga adalah tentang
kosakata yang ada di kelas. Materi ini baru saja saya sampaikan pada minggu
kemarin sehingga masih belum kelar, dalam penyampaiannya juga butuh sekitar
tiga hingga empat kali tatap muka. Sejumlah 8 kosakata yang ada di kelas bisa
tersampaikan dengan baik menjadi tujuan utama saya untuk materi ini. Lagu
berjudul “Classroom song” dan perpaduan gambar-gambar yang menunjukkan
ilustrasi kosakata tersebut menjadi pemandu siswa untuk mengenal kosakata ini
dengan mudah dan menyenangkan. Karena saya cari gambar sama sekali tidak ada,
jadi gambarnya juga buat sendiri looohh. Saya tempelkan gambar-gambar itu di
papan tulis. Sebelum saya putarkan lagunya, saya mengenalkan kepada siswa
tentang nama-nama gambar tersebut. Saya menunjuk gambar yang telah saya tempel,
menyebutkan namannya, sementara siswa berusaha untuk menirukannya. Setelah
beberapa kali pengulangan, barulah mengenalkan vocabulary tersebut dengan lagu.
Menyanyi bersama-sama sambil saya menunjukkan gambar sesuai dengan lirik
lagunya. Karena masih baru satu kali pertemuan, maka untuk materi ini masih
perkenalan awal saja.
Itulah sedikit gambar bagaimana saya
menyampaikan materi vocabulary kepada siswa kelas 1 SD dengan perantara
lagu dan gambar. Dengan kedua media tersebut, tujuan pembelajaran kosakata
kepada siswa telah berhasil tercapai. Indikator pencapaian dalam mengajar
kosakata ini antara lain; Pertama, siswa mampu mengenal kosakata Bahasa
Inggris mengenai materi tertentu dengan baik, dan kedua, siswa mampu
mengucapkan kosakata yang saya sampaikan dengan pelafalan dan juga disertai
nada yang benar. Saya kira kedua indikator ini menjadi tujuan terpenting ketika
mengajarkan kosakata kepada siswa. Sebenarnya mehami cara penulisan kosakata
juga penting dijadikan indikator pencapaian dalam mengajar kosakata, tetapi
sengaja tidak saya ikutkan, jadi saya hanya fokus dengan bagaimana mengenal
kosakata tersebut dan cara melafalkannya.
Dengan perpaduan lagu dan gambar ternyata
sangat efektif sekali, saya bisa menyampaikan materi dengan mudah sementara
siswa juga bisa dengan senang memahami materi yang saya sampaikan
2.
Materi clothes
tersampaikan dengan baik lewat gambar dan puzzle
Beberapa minggu yang lalu
kosakata tentang clothes berhasil diterima siswa dengan baik. Gambar dan
puzzle adalah media yang saya gunakan untuk menyampaiakan materi ini.
Siswa dengan mudah dan senang ketika saya menyuguhkan materi clothes menggunakan
cara tersebut. Berbeda dengan tujuan
pembelajaran yang saya gunakan di tingkat dasar, siswa tidak hanya mampu
mengenal kosakata dan melafalkannya dengan benar, tetapi siswa juga harus tahu
bagaimana cara penulisannya.
Sesuai
dengan topik yang saya sampaikan, yaitu tentang Clothes (Pakaian), jadi
saya menggunakan beberapa macam pakaian sebagai bahan materinya, seperti jumper,
T-shrit, skirt, top, dress, shoes, socks, etc. Ada sekitar 13 kosa kata
tentang clothes yang saya berikan kepada mereka.
Saya
cari terlebih dahulu nama-nama pakaian, lalu saya list. Masing-masing jenis
pakaian, saya buat gambar. Bukan kertas HVS yang saya pakai untuk menggambar
tetapi kertas linen (biasanya untuk membuat sertifikat). Kertas linen lebih
kaku dan tebal sehingga cocok jika dipakai media untuk menggambar dan lebih
praktis saat ditujukkan kepada siswa, tidak lentur. Karena saya tidak bisa
menggambar otodidak, jadi saya cari modelnya dari internet, kemudian saya
meniru gambar tersebut. Setelah selesai menggambarnya, saya beri warna agar
terlihat lebih menarik. Gambar-gambar ini saya buat sehari sebelum
mengajar.
Selain
gambar, saya juga membuat puzzle di kertas karton berukuran cukup besar
(ukurannya kurang tahu persisnya, tidak sempat saya ukur). Karena akan saya
gunakan untuk mengajar 2 kelas, jadi saya membuat dua puzzle di dua sisi
kertas karton itu. Saya kira mereka akan asyik melakukan permainan ini.
Kamis, 22 Januari 2012, saya begitu tidak sabar ingin mengajar dengan media yang saya buat, yaitu menggunakan gambar dan puzzle untuk menyampaiakan kosa kata tentang clothes. Materi ini untuk kelas M-1/1 dan M-1/2 (setara SMP kelas 1). Langsung saja saya ceritakan bagaimana kedua media tersebut saya gunakan.
Sangat
mudah untuk saya lakukan, pertama saya menuliskan kosa-kata tentang clothes di
papan tulis, dan meminta siswa untuk memindah di buku catatan mereka. Saya
hanya meminta siswa untuk menulis kosa-kata dalam Bahasa Inggris saja, tidak
perlu mereka mengartikannya. Setelah selesai, giliran saya menunjukkan gambar clothes.
Sambil menunjukkan gambar kepada siswa, saya menyebutkan namanya, sedangkan
siswa menirukan. Saya mengulanginya beberapa kali untuk setiap kosa kata hingga
siswa bisa mengucapkan setiap kosa kata dengan benar.
Langkah
selanjutnya, baru mereka menulis artinya dalam Bahasa Thai di buku catatan
mareka, di samping kosa kata yang telah mereka tuliskan diawal tadi. Saya
menunjukkan ganbar kembali dan menanyakan kepada siswa nama gambar tersebut ke
dalam Thai. Siswa berusaha untuk menuliskan artinya, satu persatu kosa kata
berhasil mereka ketahui artinya dalam Bahasa Thai setelah saya menunjukkan
gambarnya kepada mereka.
Sambil
melihat catatan masing-masing, saya menunjukkan gambar kembali secara acak
sambil menyebutkan nama-namanya. Selain saya meminta siswa untuk menirukan
kembali, mereka juga saya minta untuk menyebutkan artinya dalam Bahasa Thai.
Saya ulangi berkali-kali agar mereka bisa sedikit hafal. Sesekali saya meminta
mereka untuk tidak melihat buku saat menyebutkan artinya dalam Bahasa Thai.
Saya tidak tahu betul Bahasa Thai yang mereka ucapkan salah atau benar. Saya
yakin apa yang mereka ucapkan sudah benar, karena mereka begitu serempak saat
menyebutkan arti dari masing-masing kosa kata ke dalam Bahasa Thai. Setelah
saya ulangi berkali-kali mereka hafal juga. Tanpa melihat buku, saya meminta
mereka untuk mengucapkan Bahasa thai, sementara saya menyebutkan dalam Bahasa
Inggris sambil menunjukkan gambarnya.
Di akhir
pembelajaran, saya memberitahukan kepada siswa jika sebelum pulang terlebih
dahulu bermain puzzle. Saya menunjukkan bentuk puzzle di hadapan
siswa. Tidak ada gambar di dalam puzzle tersebut, sehingga saya memberitahu
mereka agar mengingat-ingat ejaan dari setiap kata yang telah dipelajari. Ada
beberapa kata yang sengaja saya buat jebakan, kata-katannya hampir mirip, jadi
siswa harus teliti.
Untuk
memastikan bahwa siswa sudah bisa mengeja, maka sebelum memulai permainan ini,
saya mengetest mereka terlebih dahulu. Saya menunjukkan gambar kembali, siswa
menyebutkan nama gambar yang saya tunjukkan dalam Bahasa Inggris dengan
disertai ejaan (spelling) yang benar. Mereka sangat bagus dalam hal
eja-mengeja, mereka dengan serempak mengeja abjad satu per satu dari gambar yang
saya tunjukkan.
Setelah
selesai, saatnya mereka bermain “misteri kata”, cara bermainnya juga sangat mudah.
Saya membagi siswa menjadi 2 grup, grup A dan Grup B. Mereka saya minta maju ke
depan kelas. Aturan mainnya, masing-masing grup harus bekerja sama untuk
menemukan kosa kata yang tersimpan dalam puzzle tersebut. Saya berikan boardmarker
warna biru untuk grup A dan warna hitam untuk grup B. Setelah hitungan ketiga,
mereka mulai mencari kata-kata yang tersembunyi di dalam kotak lalu menandainya
dengan boardmarker. Saya memberitahukan kepada siswa bahwa ada 13 kosa
dalam kotak itu, sehingga ketika saya hitung belum genaap 13, mereka harus
berlomba-lomba menemukan kata-kata itu kembali.
Setelah
semua kosa kata ditemukan, sekarang giliran saya untuk menghitungnya. Saya
tuliskan kata-kata apa saja yang mereka temukan dan memberikan poin
masing-masing kata bernilai 100. Grup yang berhasil menemukan kata lebih banyak
adalah pemenangnya.
Saya
kira mereka sudah bisa menguasai materi tentang clothes denga baik.
Dengan berbekal kosa kata tersebut, mereka akan lebih mudah memahami latihan
atau avtivity berikutnya, seperti memahami dialog, menulis deskripsi tentang favorite
clothes, dll.
3.
Gambar memudahkan siswa menulis text
descriptive singkat
Memang fungsi dari gambar yang saya gunakan
untuk menyampaikan materi kali ini sedikit berbeda dengan yang sebelumnya. Tentunya
untuk bisa menuliskan teks deskripsi singkat, siswa sudah mendapatkan bekal kosakata
sebelumnya, yang bisa membantu siswa membuat kalimat demi kalimat untuk
mendeskripsikan gambar yang saya berikan.
Materi yang dibahas dalam kesempatan kali ini
adalah “animals”. Penguasaan kosakata dari materi ini saya ambilkan dari
teks bacaan, jadi siswa memahami kosakata dari text bacaan yang tersedia.
Dengan menguasai kosakata tersebut maka bisa dijadikan bahan oleh mereka ketika
menuliskan deskripsi singkat dari gambar yang saya berikan. Penyampaian materi
tentang animal kali ini memerlukan waktu tiga kali pertemuan.
Di buku panduan (Sky Book 1, pg: 56) ada
dua teks bacaan tentang deskripsi binatang, yaitu Chimpanzees dan Tiger.
Di halaman tersebut sudah ada gambar yang cukup mewakili, sehingga saya tidak
perlu menyediakan gambar saat menjelaskan kedua binatang itu.
Pertemuan pertama, hanya text yang pertama saja
yang bisa tersampaikan, tentang Chimpanzees. Menjelaskan isi bacaan yang
terlihat hanya sedikit itu ternyata tidak cukup bila disampaikan 5-10 menitaan,
satu pertemuan baru kelar. Terlebih dahulu saya meminta mereka untuk
membaca sekilas bacaan tersebut, sementara saya menuliskan bacaan di papan
tulis agar saat menjelaskan bisa lebih mudah. Setelah keduanya selesai, saya
memandu siswa untuk membacanya agar mereka bisa mengucapkannya dengan benar.
Terakhir, membahas isi bacaan bersama-sama dan yang paling akhir adalah meminta
mereka untuk menuliskan bacaan tersebut di buku catatan lalu menterjemahkan ke
dalam Bahasa Thai. Ketika mereka bisa menyalin bacaan ke dalam Bahasa Thai,
saya anggap mereka sudah bisa memahami maksudnya. Saya test pemahaman mereka,
ketika saya menyebutkan per kalimat atau per kata dalam Bahasa Inggris, siswa
segera memberikan responnya dalam Bahasa Thai dengan tanpa melihat buku.
Senang, akhirnya mereka bisa memahami teks bacaan tentang Chimpanzees
dengan baik.
Cara yang saya gunakan pada pertemuan pertama,
saya pakai di pertemuan kedua untuk membahas bacaan yang selanjutnya, tentang Tiger.
Poin yang dibahas dari deskripsi gambar kedua mirip dengan yang dibahas pada
bacaan sebelumnya, sehingga siswa dipertemuan kedua lebih mudah memahami bacaan
tersebut.
Pertemuan terakhir, saya meminta mereka untuk
menuliskan deskripsi singkat tentang binatang berdasarkan gambar yang saya
berikan. Saya membagikan gambar tentang favorite animal kepada sswa. Hanya
ada empat macam binatang saja yang saya berikan kepada siswa, diantarannya,
Gajah, Zebra, Singa, dan Jerapah. Saya memilih keempat gambar tersbeut karena
menurut saya ada keunikan masing-masing yang menarik untuk di deskripsikan.Saya
tunjukkan gambar tersebut kepada mereka.
Saya tidak langsung memberikan gambar kepada
mereka, melainkan harus menjawab pertanyaan saya terlebih dahulu, “What is
your favorite animal?”Saya lontarkan pertanyaan tersebut kepada setiap
siswa sebelum mereka menerima gambarnya. Siswa harus menjawab pertanyaan saya
dengan lengkap, “My favorit animal is …(Tiger/Elephant/Giraffe/Lion)”,
jika tidak lengkap maka saya meminta
mereka untuk mengulanginya sampai benar. Masing-masing dari mereka mendapatkan
gambar sesuai dengan pilihannya.
Setelah masing-masing dari mereka mendapatkan
gambar yang saya berikan, lalu menempelkan gambar tersebut pada kertas A4 yang
mereka bawa, menuliskan deskripsi binatang favoritnya masing-masing, dan
menghias pekerjaan mereka sedemikian rupa. Karena mereka sudah belajar dari dua
hewan sebelumnya, saya kira cukup mudah untuk mereka dalam mendeskripsikan
hewan favoritnya.
Dengan menggunakan gambar, maka imajinasi siswa
akan terbangun tentang gambar tersebut, sehingga mampu memudahkan siswa untuk
menuangkan imajinasinya menjadi deskripsi singkat. Sejauh ini mereka telah
mampu melakukan yang terbaik. Mereka dengan rasa senang mendapatkan gambar sesuai
pilihannya lalu menuliskan deskripsi singkat tentang gambar tersebut.
4.
Bermain make a match dengan gambar dan vocabulary
card
Permainan make a match telah saya
gunakan diawal-awal dulu untuk menyampaikan materi tentang doing hobbies di
tingkat Mattayom atau setara SMP kelas 2. Kosa kata yang berkaitan dengan
materi ini saya sampaikan dengan menggunakan permaianan ini.
Untuk bermain permainan make a match,
saya menyediakan gambar beserta vocabulary card. HVS berukuran tebal
dipotong menjadi dua bagian. Yang satu untuk membubuhkan gambar tentang doing
hobbies, sedangkan bagian yang satunya untuk menuliskan nama gambar
tersebut atau yang saya sebut dengan vocabulary card. Terlebih dahulu saya memperkenal gambar dan vocabulary
card tersebut kepada siswa. Agar mereka bisa melakukan permainan ini dengan
mudah, tentunya siswa harus paham terlebih dahulu kosakata yang akan dijadikan
target permainan.
Sudah
ada daftar kosakata di buku panduan halaman 46. Saya meminta mereka untuk
menyalin kosakata tersebut dibuku mereka, tidak perlu mereka mengartikannya.
Setelah selesai, giliran saya menunjukkan gambar doing hobbies. Sambil
menunjukkan gambar kepada siswa, saya menyebutkan namanya, sedangkan siswa
menirukan. Saya mengulanginya beberapa kali untuk setiap kosa kata hingga siswa
bisa mengucapkan setiap kosa kata dengan benar.
Langkah
selanjutnya, baru mereka menulis artinya dalam Bahasa Thai di buku catatan
mareka, di samping kosa kata yang telah mereka tuliskan diawal tadi. Saya
menunjukkan ganbar kembali dan menanyakan kepada siswa nama gambar tersebut ke
dalam Thai. Siswa berusaha untuk menuliskan artinya. Satu persatu kosa kata
berhasil mereka ketahui artinya dalam Bahasa Thai setelah saya menunjukkan
gambarnya kepada mereka.
Setelah gambar selesai saya tunjukkan, sekarang giliran vocabulary card, yang tertuliskan nama gambar tentang doing hobbies. Ketika saya menunjukkan kartu tersebut, maka siswa harus membacanya dan menyebutkan artinya dalam Bahasa Thai. Antara gambar dan vocabulary card memang memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama untuk memperkenalkan kosakata tentang materi ini.
Ketika
siswa sekirannya sudah mengenal dengan baik kosakata yang telah saya berikan,
saatnya game make a match dilakukan. Saya bagi masing-masing
kartu kepada siswa. Sebenarnya saya ingin membagiakan satu siswa satu kartu,
tapi karena kartu yang saya buat sangat terbatas, jadi siswa yang tidak
mendapat bagian bisa bekerja sama dengan temannya. Secara acak, siswa ada yang
mendapatkan kartu berisi gambar dan sebagian siswa lagi ada yang mendapatkan
kartu bertuliskan nama kosakata tersebut.
Sebelum
memulai permainan, saya meminta mereka untuk mengangkat gambar yang mereka
pegang, memastikan saja bahwa dari mereka sudah punya gambar di tangan. Dalam
hitungan tiga mereka secepatnya berhambur untuk saling mencari pasangannya.
Yang mendapatkan kartu bergambar, mereka akan mencari nama gambar tersebut,
atau sebaliknya. Hanya dua menit saja waktu yang saya berikan. Siapa yang sudah
mendapatkan pasangannya, segera maju ke depan. Setelah dua menit selesai, maka
mereka harus berhenti mencari pasanannya. Kali ini mereka semua telah berhasil
mendapatkan pasangan masing-masing. Mereka berjejer di depan, mulai yang paling
cepat hingga yang terakhir berjejer secara urut.
Dalam permainan
ini saya mengumumkan pemenangnya yaitu yang bisa menemukan pasangannya paling
cepat dan menghukum siapa yang mendapatkan pasangan tidak sesuai. Masing-masing
dari mereka saya lihat hasilnya, ternyata mereka bisa melakukannya dengan
sangat baik, tidak ada yang salah dalam memilih pasangannya, he he. Akhirnya
saya hanya mengumumkan pemenangnya salah satu dari mereka yang berhasil
menemukan pasangannya paling cepat.
5.
Vocabulary card untuk gussing game
Biar
tidak salah paham mengenai vocabulary card, saya jelaskan kembali,
karena saya sendiri yang memberikan namannya. Meskipun namannya se-keren itu,
tapi bentuknya benar-benar sangat sederhana. Hanya berupa potongan kertas HVS
yang tertuliskan vocabulary di dalamnya. Saya menyalin kosakata yang
telah saya sampaikan ke dalam potongan kertas tersebut.
Jika
tidak ada activity lain yang saya
gunakan, dari potongan kertas atau istilah keren saya vocabulary card,
saya menggunakannya hanya sekedar untuk mengulang kosakata yang telah saya
sampaikan sebelumnya. Daripada tidak ada media sama sekali, ternyata hanya
sekedar potongan kertas saja sudah bisa membuat mereka senang ketika belajar
kosakata. Cara ini cukup fleksible, bisa dimanfaatkan untuk berbagai topik
kosakata yang disampaikan.
Biasannya
saya menggunakan potongan kertas tersebut dengan menunjukkan kepada siswa.
Lalu, meminta siswa untuk membacannya dan menyebutkan artinya dalam Bahasa
Thai. Jika ada yang pelafalannya kurang tepat, saya akan segera mengulanginya
dan siswa menirukan. Tumpukan vocabulary card yang ada di tangan akan
terus bergeser hingga semua kosakata berhasil mereka sebutkan dengan lancar dan
benar, kalau belum bisa menyebutkan kosakata dengan lancar dan benar maka akan
terus diulangi dari awal lagi hingga mereka bisa melakukannya dengan baik.
Sebenarnya ini juga bisa lho disebut guessing game, kan sudah meminta
sisa untuk menebaknya. Tapi ada guessing game yang lebih dari sekedar
membaca kosakata yang ada di potongan kertas tersebut dan menyebutkan artinya.
Baru
saja guessing game ini saya gunakan pada hari Jum’at kemarin untuk
mengajar SMP kelas 3, kebetulan materinya sangat pas jika guessing game dipakai
untuk menyampaikan materi ini. Topik yang dibahas yaitu tentang personality,
macam-macam karakterisitik setiap orang, baik yang negative maupun positif.
Kira-kira ada sekitar 15 kosa kata.
Memang
sebagai pemanasan, saya mereview kembali dengan cara yang telah saya ceritakan
sebelumnya, dengan menunjukkan potongan kertas kepada siswa, sedangkan, mereka
membacanya dan menyebutkan arti kata tersebut dalam Bahasa Thai. Setelah
beberapa kali pengulangan, akhirnya mereka bisa melakukannya dengan baik.
Permainan pun dimulai, saya membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari dua orang saja. Saya membagikan vocabulary card kepada setiap grup, masing-masing grup mendapatkan dua kartu. Aturan mainnya, kartu tersebut tidak boleh diketahui oleh kelompok lain, jadi sebagai kartu rahasia. Setelah setiap kelompok sudah mendapatkan vocabulary card, saya meminta meeka untuk bediskusi dengan partner-nya. Saya beri waktu sekitar 10 menit-an.
Bersama
partnernya, mereka berdiskusi tentang mini drama untuk berperan sebagai orang
yang memiliki karakter yang ada di potongan kertas yang telah mereka dapatkan. Guessing
game ini ternyata bisa membuat siswa berlomba-lomba untuk aktif dikelas,
masing-masing kelompok menginginkan mendapatkan skor banyak dengan menebak mini
drama yang telah diperankan oleh masing-masing kelompok. Grup yang tidak tampil
hanya diperbolehkan menjawab setelah mereka menyelesaikan setiap acting-nya.
Grup yang telah berhasil mengangkat tangan terlebih dahulu akan saya tunjuk
untuk menjawab apa karakter yang telah diperankan. Ketika jawaban yang
dilontarkan salah, saya akan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
menjawabnya.
Hasilnya
benar-benar tidak saya duga sebelumnya, mereka begitu lihai memainkan perannya.
Bahkan saking konyol-nya dalam memerankan adegan tersebut, saya bersama siswa
lain yang melihatnya sampai tidak bisa menahan tawa lepas kami.
Ketika
mereka mepresentasikan adegannya, saya menilai penampilan mereka, serta
menghitung skor dari kelompok siswa yang bisa menebak adegan yang diperankan.
Pemenang diberikan kepada grup yang bisa memainkan perannya dengan baik dan
menghibur dan juga kelompok siswa yang mendapatkan poin terbanyak dalam menebak
adegan yang diperankan.
Mengenalkan
kosakata dengan cara ini benar-benar mengesankan dan menyenangkan. Ketika siswa
bisa memainkan perannya dengan baik, maka mereka telah paham maksud dari kosa
kata yang saya berikan, sedangkan siswa yang lainnya bisa dengan mudah memahami
kosakata yang dimaksud lewat mini drama yang mereka tampilkan.
Kelima
cara diatas adalah bagaimana saya mengenalkan kosakata Bahasa Inggris kepada
siswa dengan cara yang menyenangkan. Saya bisa mengakatan menyenangkan karena
ukuran saya dari antusias siswa ketika cara tersebut saya gunakan dan siswa
juga sangat mudah memahami kosakata yang saya berikan lewat cara tersebut.
Itulah mengapa saya menganggapnya cara yang suda saya lakukan ini sangat
menyenangkan untuk memperkenalkan kosakata kepada siswa.
Memang
hanya materi-materi tertentu saja yang saya sampaikan dengan menggunakan cara
diatas, karena ada beberapa materi yang membuat saya kesulitan untuk menemukan
media yang sesuai. Untuk penyampaian materi yang tidak menggunakan media
pembelajaran, saya akan menjelaskan secara
kepada siswa, biasannya meminta siswa untuk mencatat dan juga memberikan
banyak latihan terkait materi yang saya berikan.
Ketika
ada materi baru, jika cara yang telah saya gunakan itu sesuai dengan meteri
tersebut, saya bisa menggunakannya kembali dengan tahapan-tahapan yang sama.
Semoga cara yang sudah saya gunakan ini bisa bermanfa’at. Sekian ^__^
Thailand, 3-7 Februari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar