Catatan ini barangkali
seperti catatan anak SD yang ketika disuruh gurunya untuk menceritakan
pengalamannya setelah berlibur. He e, mungkin ada benarnya, karena saya akan
bercerita tentang unek-unek saya tentang apa yang saya lakukan ketikan libur
tahun baru ini. Sebenarnya hanya cerita sepele saja, tapi entah mengapa saya
ingin segera menuangkan uneg-uneg saya ke dalam tulisan. Tanganku juga sudah
tidak sabar untuk memainkan keyboard laptopku yang hampir satu minggu tidak
kupakai.
Libur sekolah, khususnya
sekolah Thayai Wittaya School lebih lama dari hari-hari biasanya. Selain libur
akhir pekan, juga ditambah bonus libur di tahun baru (akhir tahun dan tahun
baru). Selama hari libur, semua kegiatan baik di sekolah maupun di asrama
sekolah ditiadakan. Semua murid yang tinggal di asrama bisa menikmati libur
sekolahnya di rumah, begitu juga dengan para guru.
Awalnya, saya sempat bingung
mau kemana saya selama hari libur itu. Sebenarnya tidak masalah, kalau terpaksa
saya harus tinggal seorang diri di asrama. Ada tugas tersendiri yang harus saya
kerjakan saat hari libur (Baca Catatanku: Ketika Akhir Pekan Tiba). Memang jika tidak
ada yang mengajakku pergi, tidak ada pilihan lain kecuali tetap tinggal di
Pondok, mau pulang ke Indo juga tidak memungkinkan, he e.
Beberapa minggu yang lalu,
saya sempat diajak ke rumah salah seoran guru ke rumahnya, tapi untuk kali ini
beliau tidak bisa mengajakku lagi karena akan berlibur bersama keluarga ke
rumah mertuanya. Berharap ada guru lain atau siapa yang dengan senang hati
mengajakku pergi (Dalam hati saya takut tinggal di asrama sendirian, hiks hiks
hiks).
Waktu itu masuk sekolah
berakhir pada hari Rabu, sehingga esok hari sudah mulai libur. Ternyata di hari
terakhir itu, salah seorang guru mengajak saya untuk pergi ke rumahnya. Beliau
adalah Guru Bahasa Melayu di sekolah, Guru. Syarifa. Saya biasa memanggilnya
Kak. Syarifa. Kami sudah saling akrab dan beliau juga sangat baik. Jika ingin
pergi, saya diminta untuk segera mempersiapkan barang yang harus saya bawa. Karena
momen ini yang saya tunggu-tunggu, jadi saya sangat mengiyakan tawarannya, he
e. Setelah Sholat ‘Asar berjama’ah, segera bergergas menuju asrama dan
mempersiapkan barang-barang yang harus saya bawa.
Karena mendadak, agak dilema juga
dengan barang-barang yang harus saya bawa, bawa baju berapa, bawa laptop atau
tidak, bawa buku apa, dll. Akhirnya saya memutuskan untuk bawa beberapa potong
baju, perlengkapan pribadi, buku tulis dan pensil, serta satu buku bacaan.
Sengaja saya tidak membawa laptop, karena berat dan perjalanannya cukup jauh.
Biarkan buku tulis dan pensil tersebut
yang saya gunakan untuk menulis jika ada sesuatu yang ingin saya tuliskan.
Berharap ada sesuatu yang bisa kutuliskan sebagai oleh-oleh selama liburan kali
ini.
Rabu, 30 Desember, sekitar pukul
17.00 kami diantar oleh dua orang pergi ke terminal bus di Hat Yai. Kira-kira
30 menit dari sekolah. Sampai di terminal, kami memesan tiket dan menuju ke
kendaraan yang ingin kami naiki. Seperti halnya, di terminal lain, kendaraan
berjejer sesuai dengan tempat tujuan. Kami ingin menuju ke Narathiwat. Mencari
papan nama yang bertuliskan wilayah tersebut
dan naik kendaraan yang berjejer paling depan. Aku duduk di bangku no. 2
dari depan. Meskipun transportasi umum, tapi sangat nyaman, porsi penumpang
yang pas dan full AC. Setelah semua kursi penuh, kami segera berangkat.
Perjalanan dari Hat Yai ke
Narathiwat memakan waktu sekitar 3,5 jam. Karena baru pertama kali saya datang,
saya benar-benar menikmati setiap perjalanan. Sayangnya perjalanan kami di
malam hari, jadi tidak begitu terlihat jelas pemandangan di luar. Meskipun
begitu, tapi tidak mengurangi kesan perjalanan kali ini.
Layaknya saya pulang ke
kampung halaman. Rumah beliau ternyata juga berada di sebuah kampung di salah
satu tempat di Narathiwat. Banyak bukit disana. Karena mobil yang kami naiki
tidak bisa mengantarkan kami sampai di rumah, jadi orang tua beliau yang
menjemput ke tempat kami turun. Masih harus berjalan lagi sekitar 15 menit-an
untuk sampai di rumah.
Keluarga beliau sangat baik, kedatangan
saya disambut dengan baik. Hampir pukul 09. 00 kami tiba di rumah. Ibu beliau
segera menyiapkan tempat tidur untuk saya. Sebelum tidur, saya diminta untuk
makan terlebih dahulu.
Setiap hari saya dimanjakan
dengan masakan yang begitu lezat. Kebetulan, Ibu Kak. Syarifa setiap pagi
jualan nasi di depan rumah, jadi saya selalu menyantap nasi yang dijualnya.
Setiap hari Ibu beliau selalu bangun pagi, karena setiap saya bangun, masak
sudah beres dan mulai mempersiapkan masakan yang harus dijual di depan rumah.
Ketika saya tanya jam berapa ia bangun, ternyata ia setiap pagi selalu bangun
pukul 3.00 atau kadang-kadang jam 3. 30.
Disana saya begitu dijamu
dengan baik, tidak lah etis jika saya tidak melakukan apa-apa. Setiap pagi saya
membantu mencuci piring. Sesekali membantu memasak, menyiapkan nasi untuk
dijual, ikut berbelanja, dan masih banyak lagi, pokoknya melakukan apa yang
sekiranya bisa membantu.
Selama disana saya juga
bertemu orang-orang dikampung. Begitu ramah mereka semua, kami saling menyapa
dan kadang berbincang-bincang pula. Kebersamaan juga masih kental di kampung
ini. Pernah sekali, di hari Sabtu saya diajak ke masjid terdekat untuk
menghadiri acara Maulid Nabi. Setelah mengikuti serangkaian acara maulid, kami
semua makan bersama. Seekor sapi disembelih untuk menjamu warga satu kampung
yang ada disitu. Masak bersama-sama dan makan juga bersama-sama. Sangat senang
berkesampatan bersama mereka.
Di Narathiwat saya juga
mendapat kenalan keluarga yang juga begitu baik. Sebelumnya kami hanya mengenalnya
lewat telephon saja, karena ada barang titipan yang harus saya berikan kepada
mereka. Sesekali saya menghubunginya untuk memberikan penjelasan terkait barang
tersebut. Kebetulan rumahnya di Narathiwat, jadi sekalian saya membawa barang
titipan untuknya. Siapa tahu mereka tahu saya dimana, dan bisa mengambil barang
tersebut.
Tidak hanya sekedar mengambil
barang saja ke rumah, tetapi juga menjemput saya dan Kak. Syarifa untuk diajak
jalan bersama keluarganya. Seperti apa yang dikatakan oleh teman saya, bahwa
keluarga ustad Yusuf ini sangat baik. Selama KPL angakatan kemarin, teman saya
tinggal bersama beliau. Selama tinggal bersama keluarga Ustadz, ia diperlakukan
layaknya leluarganya sendiri. Senang sekali bisa mengenalnya.
Di hari kamis, keluarga
ustadz menjemput saya bersama Kak. Syarifa. Setelah saya minta Kak. Syarifa
untuk menjelaskan alamat rumah ke Ustadz lewat telephon, akhirnya beliau bisa
menemukan alamat rumah. Kami tunggu kedatanganya. Sekitar pukul 10. 30, mereka
sampai, kami-pun segera naik ke mobil untuk menuju ke tempat destinasi pertama.
Buffee bersama Keluarga Ust. Yusuf di Narathiwat |
Kami diajak ke Buffee di
salah satu tempat di Narathiwat. Disana kami makan bersama dengan menu serba
ada. Berbagai menu disuguhkan, dan kami tinggal memilih menu dan mengambil
sesukanya. Ada menu yang sudah siap santap dan juga ada menu harus dimasak
dulu. Menu mentahan yang disediakan seperti daging, ikan, cumi, udang, sayuran,
dll. Setiap meja disediakan tungku jika kami bersedia untuk makan hasil masakan
sendiri. Cukup lama kami menikmati tempat ini sambil ngobrol sana-sini. Tidak
terasa juga sudah banyak jenis menu yang sudah kami cicipi. Kalau makan disini,
katanya memang harus makan banyak. Rugi katanya jika tidak mencoba semua
masakan, he e. Ronde pertama makan sebelum Sholat Dhuhur, lalu istirahat
Sholat, dan dilanjut makan lagi dironde kedua setelah Sholat Dhuhur dengan menu
yang berbeda pastinya. Terima kasih ustadz.
Yummi...Menikmati Makanan yang dijajakan di Pantai |
Sekitar pukul 15.00 kami baru
keluar dari tempat makan itu. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah pantai di
Narathiwat. Pantainya cukup indah dengan penjaja makanan di sepanjang jalan
menuju pantai. Disana kami tidak terlalu lama, membeli makanan untuk dimakan
bersama disana lalu melanjutkan perjalanan kembali.
Masjid Agung Narathiwat |
Waktu sudah menunjukkan pukul
empat lebih, waktunya Sholat ‘Asar. Kami mampir di Masjid agung Naratiwat untuk
Sholat ‘Asar, setelah itu perjalanan pulang. Ustadz Yusuf dan istrinya menyuruh
kami untuk menginap di rumahnya, akhirnya k memutuskan untuk menginap semalam
di rumahnya. Meskipun baru saja kami bertemu, sudah seperti keluarga sendiri.
Mereka semua benar-benar memiliki kebaikan yang begitu tulus.
Keesokan harinya, sekitar
pukul 08. 00 kami diantar ke rumah Kak. Syarifa bersama Ustadz. Yusuf dan
keluarga. Kami memutuskan untuk berangkat pagi agar mereka semua bisa menikmati
nasi pagi yang dijual oleh Ibu Kak. Syarifa. Keluarga Ustadz diterima dengan
begitu baik di rumah ini, bagai bertemu dengan saudara baru. Segera Ibu Kak.
Syarifa menghidangkan nasi sarapan buat mereka semua. Merekapun menyantap
sarapan tersebut dengan penuh kenikmatan, saya juga sarapan bersama mereka.
Setelah selesai makan pagi
dan berbincang-bincang diantara kami semua dengan cukup lama, keluarga Ustadz
Yusuf berpamitan untuk pulang. Berharap di lain waktu kami bisa bertemu
kembali.
Minggu, 03 Januri, kami
berdua (Kak. Syarifa dan saya) kembali ke Songkhla, karena esok hari sudah
masuk sekolah. Sekitar pukul 14. 30, kami berangkat dari Narathiwat dengan
menggunakan Bus kecil, sampai di terminal bus Hat Yai, Songkhla tepat pukul 18.
00. Saya bersama Kak. Syarifa berpisah disini, karena saya harus ke asrama
sementara Kak. Syarifa ke tempat kos-nya.
Karena saya berada di
kampung, keramaian perayaan tahun baru di Thailand ini tidak bisa saya
saksikan, entah dimana tempatnya. Tahun-tahun baru sebelumnya saya juga jarang
sekali menyaksikan perayaan tahun baru. Saya lebih memilih ke kampung halaman,
meskipun jauh dari keramaian perayaan tahun baru. Itulah cerita pesona tahun
baru (ku).
Songkhla, South Thailand
03-04 Januari 2016
Thailand selatan beda dengan suasana kota thailand pada umummnya; banyak temanku orang pattani yg kuliah di Indonesia :-D
BalasHapusBenar sekali Mas. Rullah...wilayahnya mirip" dengan daerah-daerah tertentu di Indo, he e. Bahkan di tempat-tempat tertenti kaya kampung di desa saya wkwk. Terima kasih sudah berkunjung :), salam blogger
BalasHapus