Di keheningan malam ini, akan kutuliskan sedikit kenanganku saat
duduk di bangku Putih Abu-Abu. Rasannya tak ada salahnya ku menuliskan tentang
hal ini sebagai bentuk rasa rinduku pada masa itu, masa yang penuh dengan
kenangan itu.
Konon bangku SMA adalah masa yang penuh dengan kenangan.
Banyak yang beranggapan bahwa momen SMA itu sulit untuk dilupakan. Ternyata
memang benar adanya, ada keseruan tersendiri yang saya rasakan selama mengenyam
bangku SMA. Beralih kostum dari mulanya
memakai seragam putih biru menjadi putih abu abu ada kebanggaan tersendiri.
Dengan memakai seragam itu lebih dewasa aja nampaknya, he e, apakah kalian
merasakan juga? Mungkin karena fase inilah yang bisa membuat masa SMA menjadi
terkenang.
SMAN 1 Panggul menjadi pilihan utama saya untuk melanjutkan
sekolahku setelah dari bangku SMP. Selain jaraknya yang tidak terlalu jauh,
juga menjadi satu-satunya SMA tervaforit di kotaku (karena ya cuma SMA ku itulah satu satunya SMA
yang ada di kota tempat saya tinggal, Panggul-Trenggalek, he he he).
SMAN 1 Panggul |
Saya masuk sekolah tersebut dengan lewat jalur MIPA (test
tulis). Masih ingat sekali jika waktu penerimaan siswa baru, kami yang lolos
jalur MIPA di minta untuk berkumpul, dan dibacakan berdasarkan nomor urut atau
ranking. Saya berada di urutan ke-15 dari sekian yang ikut jalur ini,
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa diterima di sekolah favorit, hiks hiks.
Sekolah (ku) |
Kini masa putih abu, tinggalah sebatas kenangan. Tiga tahun
sudah saya tidak lagi memakai seragam putih abu-abu, sebagai seragam kebesaran
di zaman SMA. Sampai sekarang seragam sekolah yang dulu pernah saya pakai itu
masih tersimpan rapi di almari baju Sengaja saya tidak memberikannya kepada
saudara atau adik kelas yang sedang duduk di bangku SMA, biarkan seragam itu
menjadi saksi bahwa aku pernah merasakan indahnya masa putih abu.
MOS (Masa Orientasi Siswa) adalah masa pertama yang mempertemukan
saya dan teman-teman. Masa dimana saya dan teman-teman seangkatan menjadi
korban plonco para kakak kelas. Saat itu panitia MOS-nya selain ganteng-ganteng
dan cantik-cantik juga pintar sekali ber-acting. Hmm dramatis pokonya,
saya sempat takut dengan acting mereka. Sayangnya, saya berusaha keras
untuk mengingat-ingat apa saja yang dilakukan para kakak kelas, tidak lagi
ingat.
Yang jelas, kami harus
menjalankan segala tugas yang diperintahkan oleh kakak kelas jika kami tidak
ingin dihukum. Ada kalanya juga mereka juga ber-acting galak,
marah-marah, ketika ada teman-teman yang tidak memenuhi tugas yang mereka berikan. Tapi dibalik acting mereka yang menakutkan, mereka dengan tulus membimbing kami agar bisa mengenal lingkungan belajar baru kami. Saya sangat berterima
kasih kepada kakak kelas, karena bermula dari situlah kami bisa mengenal dengan
baik lingkungan sekolah-ku.
Waktu penempatan kelas, saya kebetulan berada di kelas X-F. Kami
diacak kembali, sehingga berbeda dengan kelas saat MOS. Selama kelas X, kami
belajar bersama-sama dengan penuh keharmonisan, membuatku rindu saja pada masa
itu, kangen dengan suasana nervest yang mewarnai kelas disaat waktu ulangan
tiba, kesedihan saat remidial diumumkan. dan masih banyak lagi tentunya
kenangan-kenangan yang lain.
Ada cerita yang mungkin sedikit dramatis di kelas X ini,
ceritanya begini, salah satu guru kami di kelas X itu bernama Pak. Pardi, guru
Ekonomi (sebelumnya ma’af, karena saya perlu nama Bapak untuk saya cantumkan
dalam tulisan ini :)). Beliau guru yang sangat baik dan penuh kesabaran ketika
mengajar. Tapi yang membuat kami kurang nyaman diajar olehnya adalah karena
beliau itu perokok berat. Tidak bisa atau bahkan inspirasinya tidak muncul jika
mengajar tidak sambil merokok. Karena kenyamanan kami terganggu saat mengikuti
kelas beliau, ide kami muncul untuk membuat tulisan peringatan yang isinnya “dilarang
merokok saat mengajar” dan tulisan tersebut ditempel di dinding tepat di
samping meja guru. Setelah mengetahui peringatan itu, sontak Pak Pardi untuk
beberapa pertemuan tidak mau mengajar di kelas kami, jelas saja beliau
tersinggung. Kami merasa bersalah, dan akhirnya satu kelas bersama-sama masuk
ke kantor menemui beliau untuk meminta ma’af. Kami akhirnya bisa memaklumi,
karena dengan merokok itu bisa membuatnya nyaman dalam mengajar.
Masih teringat juga dalam benakku saat di kelas X, saya pernah
menjadi bendahara kelas yang gagal. Dari SD hingga SMP, saya sama sekali belum
merasakan jadi pengurus kelas yang satu ini. Ketika SMA kelas X, saya diberi
kesempatan untuk menjadi bendahara kelas. Saya lupa kronologinya bagaimana saya
bisa menjadi bendahara kelas, yang jelas saya waktu itu saya tidak mengajukan diri.
Tugas pokok saya menjadi bendahara kelas adalah mengumpulkan
uang kas dari teman-teman, serta menerima dan menyetorkan uang pembayaran buku
atau pembayaran yang lain kepada guru yang bersangkutan. Saya gagal menjadi
bendahara kelas karena saya tidak bisa menjaga dengan baik uang yang terkumpul
dari teman-teman, sebagian uang (dengan jumlah yang tidak sedikit) hilang
ketika di kelas.
Sebelumnya saya sudah menghitung jumlah uang yang terkumpul dan
saya juga telah memisahkan antara uang kas dan uang pembayaran buku LKS. Tidak
tahu siapa yang mengambil uang tersebut. Pada waktu itu memang dalam suasana tidak
ada pelajaran, karena jam kosong atau memang jam istirahat, saya lupa. Ketika
saya membuka dompet tempat saya menyimpan uang, hanya tinggal uang kas saja,
sedangkan yang hilang adalah uang pembayaran buku. Padahal uang harus saya
berikan kepada sekolah saat itu juga. Mengetahui uang pembayaran hilang,
sayapun segera lapor ke teman-teman, siapa tahu ada dari mereka yang tahu.
Ternyata mereka semua tidak ada yang tahu. Jika yang hilang uang saya sendiri,
kirannya saya bisa mengiklaskannya, tapi ini adalah uang teman-teman bahkan
uang sekolah.
Segera saya menemui seorang guru yang mengkoordinir pembayaran
buku tersebut (Bu. Dwi Andriyani), saya menjelaskan yang sejujurnya atas
kejadian yang baru saja saya alami. Karena uang itu adalah uang sekolah, saya harus
bertanggung jawab, mengganti uang tersebut. Alhamdulillah, pada akhirnya uang
yang hilang itu bisa tergantikan. Sungguh
tegannya yang mengambil uang kami. Masih mau jadi bendahara kelas lagi? He e, sedikit trauma.
Itulah sedikit cerita saat saya masih duduk di bangku kelas X,
bagaimana dengan kelas XI dan XII, simak yuk …
Di kelas XI, saya dapat kelas XI IPA 3. Pertama kali masuk di
kelas ini terasa kurang nyaman, karena
harus beradaptasi lagi dengan teman-teman baru. Kenyamanan yang telah terjalin
di kelas X berubah seketika saat memasuki kelas XI, khawatir dengan guru yang
mengajar, teman-teman baru. Saya terlanjur senang diajar para guru di kelas X,
hampir semua guru di kelas X menjadi guru favorit saya. Pernah juga saya
menuliskan nama-nama mereka di salah satu buku pelajaran dan mengurutkannya
mulai dari guru yang paling menjad idola saya. Ups!, tapi hanya sebatas
saya saja yang tahu (dokumen rahasia he he he). Selama setahun bersama
teman-teman di kelas X, terasa berat juga jika harus berpisah. Ingin rasannya
tetap di kelas X saja.
Lama kelamaan masuk di kelas X1 IPA 3 seru juga. Karakter dari
masing-masing teman mulai ku ketahui, mereka adalah teman-teman yang baik dan
tentunnya sangat kompak. Guru-guru yang mengajar di kelas X1 IPA 3 juga tak
kalah seru dan menyenangkan. Saya juga mengabadikan nama-nama guru yang waktu
itu mengajar di kelas IPA 3, saya urutkan nama mereka mulai dari yang paling
saya idolakan (masih rahasia juga he he he). Ketika saya punya guru idola,
setiap mereka mengajar, saya akan semangat mengikuti pelajaran yang mereka
ajarkan. Senang bisa dapat kelas XI IPA 3.
Awalnya saya benar-benar delima dengan kelas penjurusan ini. Di
sekolahku hanya dua program saja, program IPA dan program IPS. Disisi lain saya
pengen masuk IPS, tapi saya tertarik juga dengan kelas IPA. Pada akhirnya, saya
ikuti pembagian dari sekolah saja dan saya masuk di kelas IPA 3. Kelas IPA 3
merupakan gabungan dari kelas X-E dan X-F, dengan penghuni yang mayoritas
cewek, cowoknya hanya beberapa saja.
Ada jargon yang menarik juga lhoo dari kelas IPA 3. Agar kelas
kami tetap selalu kompak, kami membuat identitas kelas dengan sebutan
“SYNISTER: A friend in one soul in two bodies”, dengan harapan kita bisa
selalu menjaga kebersamaan dan juga bisa menjadikan kelas XI IPA 3 sebagai
kelas the Master of Science.
Synister SMANEPA: A friend in one soul in two bodies |
Entah dari mana nama itu di dapat. Atas
kesepakatan kami satu kelas, akhirnya jargon tersebut berhasil diresmian. Thuk
thuk thuk (ketok palu 3 x).
Di kelas XI ini, pernah suatu ketika ada lomba kebersihan kelas.
Dengan siap siaga segala kemungkinan untuk menghias kelas agar tampil yang
terbaik kita lakukan, mulai bersihkan kelas bersama, menempel gambar-gambar,
menghias dinding, hingga menyewa pot-pot bunga untuk sementara waktu agar kelas
kami terlihat lebih hidup. Begitu kompaknya kami saat itu. Kebetulan ada
beberapa teman saya yang cukup pintar untuk menggambar. Dengan harapan kelas
kami bisa menjadi yang terbaik, kami berusaha semaksimal mungkin untuk
menghiasnya, salah satunnya dengan melukis dinding kelas dengan mencantumkan
jargon kelas kami.
Menghias dinding kelas dengan jargon kebanggaan |
Dinding kelas berhiaskan jargon "SYNISTER" |
Setelah di check oleh para guru yang menilai, bukanlah
kegembiraan karena bisa memenangkan momen ini tetapi kami malah di marahin, karena
telah merusak fasilitas sekolah. Akhirnya hasil jerih payah teman-teman
menggambar itu diminta untuk membersihkan kembali.
Yang masih teringat juga, ketika kelas XI IPA 3 di cap oleh
guru-guru sebagai kelas IPS 4. Bermula dari wali kelas yang mencetuskan nama
itu akhirnya lama-kelamaan menyebar ke guru-guru yang lain. Memang kami sering
membuat guru jengkel ketika diajar. Pernah juga waktu itu di hukum satu kelas
cuman gara-gara tidak mencatat saat di ajar kimia.
Selanjutnya yang sampai saat ini masih tergambar jelas dalam
ingatan saya adalah jika ada PR berangkat begitu pagi ke sekolah dan kami
mengerjakannya bersama-sama. Kami kadang sangat kompak jika ada PR tidak
mengerjakannya di rumah he e. We’re so sorry teachers.
Juli 2011, saya naik ke kelas XII. Ulangan harian, ujian
praktek, ujian nasional, ujian sekolah menjadi menu utama, dibuat pusing dengan
banyak sekali ujian berlangsung ketika menginjak kelas XII. Masuk jam ke-0
(sebelum pelajaran dimulai, pukul 06. 00-07. 00) menjadi jam tambahan untuk
mempersiapkan try out hingga ujian nasional.
Di kelas XII, para guru yang mengajar seringkali memberikan
motivasi agar di kelas XII ini kami bisa siap menghadap UAN. Motivasi yang diberikan diantaranya agar kami tekun belajar, rajin berdo’a,
sholat malam, dll. Mendekati ujian nasioanal, kami juga mengadakan pertemuan
seminggu sekali di sekolah untuk membaca yasin tahlil bersama, berharap kami
diberikan kelancaran berfikir saat ujian nasional nanti. Di kelas XII, sepertinya masjid sekolah tambah ramai saja, ketika istirahat banyak dari kami yang pergi ke masjid untuk menunaikan sholat Dhuha. Romantika kelas ketika di
kelas XII masih tetap kompak seperti saat kelas X dan XI.
Kelas XII 1PA 3 |
Di kelas XII, saya ingin mengisahkan sedikit cerita saat kami
sedang ujian praktik olah raga, kebetulan yang dibuat ujian praktik ini adalah
olah raga lari. Jujur saja, saya benar-benar tidak pandai dengan olah raga.
Sebenarnya saya yang memiliki tubuh tinggi, sepertinya sangat pas jika bisa
menjadi pemain voli yang handal, bisa lari dengan cepat, dll, saya benar-benar
jauh dari teman-teman ketika melakukan kegiatan olah raga seperti voli, lari,
dll. Menerima bola dari lempiran lawan saja jatuh, kok bisa-bisanya mau jadi
pemain voli handal, he he, just kidding! Saya ingin bercerita jika pada
saat praktek ujian praktik lari ini saya mendapat urutan terakhir.
Peserta ujian praktik lari: kelas XII IPA 3 |
Alkisah … biasanya saya bangun pagi kurang lebih pukul 5, tapi
hari dimana ujian praktik lari saya bangun lebih pagi dari biasanya, sebelum adzan subuh. Biasanya
pekerjaan rumah, seperti beres-beres, cuci piring, saya kerjakan setelah Subuh, tapi di hari itu
saya mengerjakannya sebelum Subuh. WoooW…
Hampir tidak pernah saya lari pagi, tapi dihari ketika menjelang
ujian praktek lari ini saya menyempatan diri saya untuk lari pagi. Selain untuk
melemaskan otot-otot kaku karena hampir tidak pernah lari, saya juga berniat untuk
mengukur sejauh mana kecepatan lari saya. Karena tidak ada teman ketika lari
pagi ini, kecepatan berlari, saya kira-kira sendiri (Menulis sambil ngakak, wkwkkwwk). Ketika sudah
terdengar adzan subuh, segera saya melaksanakan sholat Subuh, dan bersiap untuk
lari pagi.
Dengan kecepatan berlari yang saya pakai, kurang lebih 30 menit
saya sudah sampai di tempat dengan jarak yang lumayan jauh (Desa. Panggul-Desa.
Wonocoyo), bayangkan saya sudah menginjakkan kaki saya di desa yang berbeda,
lumayan jauh kan. Sampai di depan kantor kecamatan, saya tidak melanjutkan lari
ke tempat yang lebih jauh, disitu ada area yang pas untuk lari pagi. Saya mengitari jalan beraspal yang berada
tepat di depan kantor kecamatan tersebut selama beberapa kali, lalu kembali
berlari lagi ke rumah.
Saya sengaja tidak mengajak orang lain, karena memang saya ingin
sendirian, agar saya bisa berlari dengan bebas sesuai dengan gaya saya, he e.
Di jalan belum banyak orang yang wira-wiri, bahkan saya masih bertemu dengan
orang-orang yang masih mau berangkat ke masjid untuk jama’ah sholat Subuh di
masjid. Memang saya berangkat cukup pagi agar saya bisa melakukan pemanasan
berlari dengan jarak yang lumayan jauh, mengingat ujian praktek lari ini, kami
harus berlari dengan jarak yang jauh.
Meskipun saya menyadari kemampuan olah raga saya jauh dari
teman-teman, namun masih tersimpan keinginan untuk bisa berlari cepat dan
mengalahkan teman-teman. Dengan saya melakukan pemanasan dengan lari pagi, otot
saya sudah lemas dan bisa berlari cepat. Apakah saya berhasil?
Di awal-awal saya memang sok kuat, lari dengan sekuat tenaga
berharap bisa menang. Medan yang naik turun dengan jarak yang jauh, saya begitu
ngos-ngosan ketika sampai di tengah perjalanan. Lagian sampai disini sudah
banyak teman yang mendahului. Pupus sudah harapan saya. Lari saya menjadi
terhambat sedikit karena selain lelah, saya juga mengalami kejadian yang tidak
saya duga sebelumnya. Tiba-tiba saya merasa ingin B*B, tidak kuat jika saya
tidak berhenti terlebih dahulu untuk B*B. Saya menghentikan dua teman saya untuk
menemani saya pergi ke rumah seseorang, sekedar bersinggah sebentar untuk B*B.
(haloo Yeshee, haloo Nurilla, masih ingatkah?). Sepertinya di belakang kami
sudah tidak ada teman lagi. Bukannya kami berlari mengikuti mereka, tapi kami
malah berserah diri. Ternyata mereka malah senang ketika saya ajak berjalan
biasa saja. Akhirnya kami berjalan biasa sampai garis finish. Horeee, akhirnya
sampai juga di garis finish. Padahal saya sudah berusaha untuk pemanasan
terlebih dahulu dirumah sebelum ujian praktik lari, ternyata belum mampu
membuat saya bisa berlari cepat.
Setelah sampai, lalu kami menuliskan nama sesuai dengan urutan
kedatangan kami di garis finish. Kami bertiga benar-benar urutan yang
terakhir. Yes!! dapat nomor satu dari belakang ha ha.
Mei 2012 kami telah dinyatakan lulus dari SMA, perasaan antara
senang dan sedih, pasti kami rasakan. Di satu sisi seneng dan bangga karena
bisa lulus bersama-sama. Di sisi lain kami juga sedih karena harus pisah dengan para guru di sekolah dan juga sama
temen-temen dengan meninggalkan banyak sekali kenangan.
Terima kasih kepada Bapak Ibu guru SMAN 1 Panggul atas ilmunya
yang luar biasa dan juga kepada teman-teman semua, suka cita, kebersamaan,
keceriaan, kegembiraan yang telah hadir dalam hidupku .
Guru SMANEPA |
Kel. IPA 3 |
Ketika kami wisuda |
I’ll be miss that all
moment. I’m very proud to be part of
SMAN 1 Panggul. Semoga suatu hari nanti kebersamaan itu mempertemukan kita
kembali, kita bisa bertemu dengan membawa cerita-cerita akan dunia yang telah
kita lalui, atau bahkan mengenang cerita masa putih abu-abu kita dulu. High
chool never end!
Tulisan ini diikutkan dalam GIVEAWAY NOSTALGIA PUTIH-ABU arinamabruroh.com
Songkhla, 23-01-2016
ketawa-ketawa sendiri bacanya eka.. good luck ya
BalasHapusAku juga ngakak Mbk. Ana kalo ingat wkwkwk
Hapuskalo dulu guru merokok di dlm kelas itu sepertinya sah2 aja, tapi kalo skrg kayaknya gak bisa dan boleh ya... memang seharusnya tdk boleh, karena akan memberi contoh yg tdk baik buat murid2nya
BalasHapusSebelumnya terima kasih Kak. Santi Dewi sudah berkunjung dan membacanya, salam kenal hehe
HapusBenar, sebenarnya tidak masalah beliau merokok saat mengajar, sepertinya kami saja yang usil wkwkwk
Wah, lengkap dan seru ya cerita masa SMA nya Mba Eka.. nanti bisa jadi bahan cerita waktu reuni juga :)
BalasHapusTerimakasih banya Mba, sdh ikut GA saya :)