Jumat, 22 Januari 2016

Putih Abu, Never End !


Di keheningan malam ini, akan kutuliskan sedikit kenanganku saat duduk di bangku Putih Abu-Abu. Rasannya tak ada salahnya ku menuliskan tentang hal ini sebagai bentuk rasa rinduku pada masa itu, masa yang penuh dengan kenangan itu.


Konon bangku SMA adalah masa yang penuh dengan kenangan. Banyak yang beranggapan bahwa momen SMA itu sulit untuk dilupakan. Ternyata memang benar adanya, ada keseruan tersendiri yang saya rasakan selama mengenyam bangku SMA. Beralih kostum dari mulanya memakai seragam putih biru menjadi putih abu abu ada kebanggaan tersendiri. Dengan memakai seragam itu lebih dewasa aja nampaknya, he e, apakah kalian merasakan juga? Mungkin karena fase inilah yang bisa membuat masa SMA menjadi terkenang.


SMAN 1 Panggul menjadi pilihan utama saya untuk melanjutkan sekolahku setelah dari bangku SMP. Selain jaraknya yang tidak terlalu jauh, juga menjadi satu-satunya SMA tervaforit di kotaku (karena ya cuma SMA ku itulah satu satunya SMA yang ada di kota tempat saya tinggal, Panggul-Trenggalek, he he he). 

SMAN 1 Panggul
 

Saya masuk sekolah tersebut dengan lewat jalur MIPA (test tulis). Masih ingat sekali jika waktu penerimaan siswa baru, kami yang lolos jalur MIPA di minta untuk berkumpul, dan dibacakan berdasarkan nomor urut atau ranking. Saya berada di urutan ke-15 dari sekian yang ikut jalur ini, Alhamdulillah, akhirnya saya bisa diterima di sekolah favorit, hiks hiks.


Sekolah (ku)
Banyak teman-teman saya waktu SMP yang melanjutkan ke SMAN 1 Panggul, jadi banyak yang sudah saya kenal sebelumnya, dan banyak juga teman-teman dari sekolah lain yang baru saya kenal ketika di bangku SMA. Senang sekali bisa berteman dengan mereka semua. Punya teman baru rasannya sangat seru dan menyenangkan. 


Kini masa putih abu, tinggalah sebatas kenangan. Tiga tahun sudah saya tidak lagi memakai seragam putih abu-abu, sebagai seragam kebesaran di zaman SMA. Sampai sekarang seragam sekolah yang dulu pernah saya pakai itu masih tersimpan rapi di almari baju Sengaja saya tidak memberikannya kepada saudara atau adik kelas yang sedang duduk di bangku SMA, biarkan seragam itu menjadi saksi bahwa aku pernah merasakan indahnya masa putih abu.  


MOS (Masa Orientasi Siswa) adalah masa pertama yang mempertemukan saya dan teman-teman. Masa dimana saya dan teman-teman seangkatan menjadi korban plonco para kakak kelas. Saat itu panitia MOS-nya selain ganteng-ganteng dan cantik-cantik juga pintar sekali ber-acting. Hmm dramatis pokonya, saya sempat takut dengan acting mereka. Sayangnya, saya berusaha keras untuk mengingat-ingat apa saja yang dilakukan para kakak kelas, tidak lagi ingat. 



 Yang jelas, kami harus menjalankan segala tugas yang diperintahkan oleh kakak kelas jika kami tidak ingin dihukum. Ada kalanya juga mereka juga ber-acting galak, marah-marah, ketika ada teman-teman yang tidak memenuhi tugas yang mereka berikan. Tapi dibalik acting mereka yang menakutkan, mereka dengan tulus membimbing kami agar  bisa mengenal lingkungan belajar baru kami. Saya sangat berterima kasih kepada kakak kelas, karena bermula dari situlah kami bisa mengenal dengan baik lingkungan sekolah-ku.



Waktu penempatan kelas, saya kebetulan berada di kelas X-F. Kami diacak kembali, sehingga berbeda dengan kelas saat MOS. Selama kelas X, kami belajar bersama-sama dengan penuh keharmonisan, membuatku rindu saja pada masa itu, kangen dengan suasana nervest yang mewarnai kelas disaat waktu ulangan tiba, kesedihan saat remidial diumumkan. dan masih banyak lagi tentunya kenangan-kenangan yang lain. 



Ada cerita yang mungkin sedikit dramatis di kelas X ini, ceritanya begini, salah satu guru kami di kelas X itu bernama Pak. Pardi, guru Ekonomi (sebelumnya ma’af, karena saya perlu nama Bapak untuk saya cantumkan dalam tulisan ini :)). Beliau guru yang sangat baik dan penuh kesabaran ketika mengajar. Tapi yang membuat kami kurang nyaman diajar olehnya adalah karena beliau itu perokok berat. Tidak bisa atau bahkan inspirasinya tidak muncul jika mengajar tidak sambil merokok. Karena kenyamanan kami terganggu saat mengikuti kelas beliau, ide kami muncul untuk membuat tulisan peringatan yang isinnya “dilarang merokok saat mengajar” dan tulisan tersebut ditempel di dinding tepat di samping meja guru. Setelah mengetahui peringatan itu, sontak Pak Pardi untuk beberapa pertemuan tidak mau mengajar di kelas kami, jelas saja beliau tersinggung. Kami merasa bersalah, dan akhirnya satu kelas bersama-sama masuk ke kantor menemui beliau untuk meminta ma’af. Kami akhirnya bisa memaklumi, karena dengan merokok itu bisa membuatnya nyaman dalam mengajar. 



Masih teringat juga dalam benakku saat di kelas X, saya pernah menjadi bendahara kelas yang gagal. Dari SD hingga SMP, saya sama sekali belum merasakan jadi pengurus kelas yang satu ini. Ketika SMA kelas X, saya diberi kesempatan untuk menjadi bendahara kelas. Saya lupa kronologinya bagaimana saya bisa menjadi bendahara kelas, yang jelas saya waktu itu saya tidak mengajukan diri. 


Tugas pokok saya menjadi bendahara kelas adalah mengumpulkan uang kas dari teman-teman, serta menerima dan menyetorkan uang pembayaran buku atau pembayaran yang lain kepada guru yang bersangkutan. Saya gagal menjadi bendahara kelas karena saya tidak bisa menjaga dengan baik uang yang terkumpul dari teman-teman, sebagian uang (dengan jumlah yang tidak sedikit) hilang ketika di kelas.


Sebelumnya saya sudah menghitung jumlah uang yang terkumpul dan saya juga telah memisahkan antara uang kas dan uang pembayaran buku LKS. Tidak tahu siapa yang mengambil uang tersebut. Pada waktu itu memang dalam suasana tidak ada pelajaran, karena jam kosong atau memang jam istirahat, saya lupa. Ketika saya membuka dompet tempat saya menyimpan uang, hanya tinggal uang kas saja, sedangkan yang hilang adalah uang pembayaran buku. Padahal uang harus saya berikan kepada sekolah saat itu juga. Mengetahui uang pembayaran hilang, sayapun segera lapor ke teman-teman, siapa tahu ada dari mereka yang tahu. Ternyata mereka semua tidak ada yang tahu. Jika yang hilang uang saya sendiri, kirannya saya bisa mengiklaskannya, tapi ini adalah uang teman-teman bahkan uang sekolah.


Segera saya menemui seorang guru yang mengkoordinir pembayaran buku tersebut (Bu. Dwi Andriyani), saya menjelaskan yang sejujurnya atas kejadian yang baru saja saya alami. Karena uang itu adalah uang sekolah, saya harus bertanggung jawab, mengganti uang tersebut. Alhamdulillah, pada akhirnya uang yang hilang itu bisa tergantikan. Sungguh tegannya yang mengambil uang kami. Masih mau jadi bendahara kelas lagi? He e, sedikit trauma.


Itulah sedikit cerita saat saya masih duduk di bangku kelas X, bagaimana dengan kelas XI dan XII, simak yuk …


Di kelas XI, saya dapat kelas XI IPA 3. Pertama kali masuk di kelas ini terasa kurang nyaman,  karena harus beradaptasi lagi dengan teman-teman baru. Kenyamanan yang telah terjalin di kelas X berubah seketika saat memasuki kelas XI, khawatir dengan guru yang mengajar, teman-teman baru. Saya terlanjur senang diajar para guru di kelas X, hampir semua guru di kelas X menjadi guru favorit saya. Pernah juga saya menuliskan nama-nama mereka di salah satu buku pelajaran dan mengurutkannya mulai dari guru yang paling menjad idola saya. Ups!, tapi hanya sebatas saya saja yang tahu (dokumen rahasia he he he). Selama setahun bersama teman-teman di kelas X, terasa berat juga jika harus berpisah. Ingin rasannya tetap di kelas X saja. 


Lama kelamaan masuk di kelas X1 IPA 3 seru juga. Karakter dari masing-masing teman mulai ku ketahui, mereka adalah teman-teman yang baik dan tentunnya sangat kompak. Guru-guru yang mengajar di kelas X1 IPA 3 juga tak kalah seru dan menyenangkan. Saya juga mengabadikan nama-nama guru yang waktu itu mengajar di kelas IPA 3, saya urutkan nama mereka mulai dari yang paling saya idolakan (masih rahasia juga he he he). Ketika saya punya guru idola, setiap mereka mengajar, saya akan semangat mengikuti pelajaran yang mereka ajarkan. Senang bisa dapat kelas XI IPA 3.


Awalnya saya benar-benar delima dengan kelas penjurusan ini. Di sekolahku hanya dua program saja, program IPA dan program IPS. Disisi lain saya pengen masuk IPS, tapi saya tertarik juga dengan kelas IPA. Pada akhirnya, saya ikuti pembagian dari sekolah saja dan saya masuk di kelas IPA 3. Kelas IPA 3 merupakan gabungan dari kelas X-E dan X-F, dengan penghuni yang mayoritas cewek, cowoknya hanya beberapa saja. 


Ada jargon yang menarik juga lhoo dari kelas IPA 3. Agar kelas kami tetap selalu kompak, kami membuat identitas kelas dengan sebutan “SYNISTER: A friend in one soul in two bodies”, dengan harapan kita bisa selalu menjaga kebersamaan dan juga bisa menjadikan kelas XI IPA 3 sebagai kelas the Master of Science

Synister SMANEPA: A friend in one soul in two bodies

Entah dari mana nama itu di dapat. Atas kesepakatan kami satu kelas, akhirnya jargon tersebut berhasil diresmian. Thuk thuk thuk (ketok palu 3 x).


Di kelas XI ini, pernah suatu ketika ada lomba kebersihan kelas. Dengan siap siaga segala kemungkinan untuk menghias kelas agar tampil yang terbaik kita lakukan, mulai bersihkan kelas bersama, menempel gambar-gambar, menghias dinding, hingga menyewa pot-pot bunga untuk sementara waktu agar kelas kami terlihat lebih hidup. Begitu kompaknya kami saat itu. Kebetulan ada beberapa teman saya yang cukup pintar untuk menggambar. Dengan harapan kelas kami bisa menjadi yang terbaik, kami berusaha semaksimal mungkin untuk menghiasnya, salah satunnya dengan melukis dinding kelas dengan mencantumkan jargon kelas kami. 

Menghias dinding kelas dengan jargon kebanggaan

Dinding kelas berhiaskan jargon "SYNISTER"

Setelah di check oleh para guru yang menilai, bukanlah kegembiraan karena bisa memenangkan momen ini tetapi kami malah di marahin, karena telah merusak fasilitas sekolah. Akhirnya hasil jerih payah teman-teman menggambar itu diminta untuk membersihkan kembali.


Yang masih teringat juga, ketika kelas XI IPA 3 di cap oleh guru-guru sebagai kelas IPS 4. Bermula dari wali kelas yang mencetuskan nama itu akhirnya lama-kelamaan menyebar ke guru-guru yang lain. Memang kami sering membuat guru jengkel ketika diajar. Pernah juga waktu itu di hukum satu kelas cuman gara-gara tidak mencatat saat di ajar kimia.


Selanjutnya yang sampai saat ini masih tergambar jelas dalam ingatan saya adalah jika ada PR berangkat begitu pagi ke sekolah dan kami mengerjakannya bersama-sama. Kami kadang sangat kompak jika ada PR tidak mengerjakannya di rumah he e. We’re so sorry teachers.


Juli 2011, saya naik ke kelas XII. Ulangan harian, ujian praktek, ujian nasional, ujian sekolah menjadi menu utama, dibuat pusing dengan banyak sekali ujian berlangsung ketika menginjak kelas XII. Masuk jam ke-0 (sebelum pelajaran dimulai, pukul 06. 00-07. 00) menjadi jam tambahan untuk mempersiapkan try out hingga ujian nasional.


Di kelas XII, para guru yang mengajar seringkali memberikan motivasi agar di kelas XII ini kami bisa siap menghadap UAN. Motivasi yang diberikan diantaranya agar kami tekun belajar, rajin berdo’a, sholat malam, dll. Mendekati ujian nasioanal, kami juga mengadakan pertemuan seminggu sekali di sekolah untuk membaca yasin tahlil bersama, berharap kami diberikan kelancaran berfikir saat ujian nasional nanti. Di kelas XII, sepertinya masjid sekolah tambah ramai saja, ketika istirahat banyak dari kami yang pergi ke masjid untuk menunaikan sholat Dhuha. Romantika kelas ketika di kelas XII masih tetap kompak seperti saat kelas X dan XI. 

Kelas XII 1PA 3


Di kelas XII, saya ingin mengisahkan sedikit cerita saat kami sedang ujian praktik olah raga, kebetulan yang dibuat ujian praktik ini adalah olah raga lari. Jujur saja, saya benar-benar tidak pandai dengan olah raga. Sebenarnya saya yang memiliki tubuh tinggi, sepertinya sangat pas jika bisa menjadi pemain voli yang handal, bisa lari dengan cepat, dll, saya benar-benar jauh dari teman-teman ketika melakukan kegiatan olah raga seperti voli, lari, dll. Menerima bola dari lempiran lawan saja jatuh, kok bisa-bisanya mau jadi pemain voli handal, he he, just kidding! Saya ingin bercerita jika pada saat praktek ujian praktik lari ini saya mendapat urutan terakhir.

Peserta ujian praktik lari: kelas XII IPA 3




Alkisah … biasanya saya bangun pagi kurang lebih pukul 5, tapi hari dimana ujian praktik lari saya bangun lebih pagi dari biasanya, sebelum adzan subuh. Biasanya pekerjaan rumah, seperti beres-beres, cuci piring,  saya kerjakan setelah Subuh, tapi di hari itu saya mengerjakannya sebelum Subuh. WoooW…



Hampir tidak pernah saya lari pagi, tapi dihari ketika menjelang ujian praktek lari ini saya menyempatan diri saya untuk lari pagi. Selain untuk melemaskan otot-otot kaku karena hampir tidak pernah lari, saya juga berniat untuk mengukur sejauh mana kecepatan lari saya. Karena tidak ada teman ketika lari pagi ini, kecepatan berlari, saya kira-kira sendiri (Menulis sambil ngakak, wkwkkwwk).  Ketika sudah terdengar adzan subuh, segera saya melaksanakan sholat Subuh, dan bersiap untuk lari pagi. 


Dengan kecepatan berlari yang saya pakai, kurang lebih 30 menit saya sudah sampai di tempat dengan jarak yang lumayan jauh (Desa. Panggul-Desa. Wonocoyo), bayangkan saya sudah menginjakkan kaki saya di desa yang berbeda, lumayan jauh kan. Sampai di depan kantor kecamatan, saya tidak melanjutkan lari ke tempat yang lebih jauh, disitu ada area yang pas untuk lari pagi. Saya mengitari jalan beraspal yang berada tepat di depan kantor kecamatan tersebut selama beberapa kali, lalu kembali berlari lagi ke rumah.


Saya sengaja tidak mengajak orang lain, karena memang saya ingin sendirian, agar saya bisa berlari dengan bebas sesuai dengan gaya saya, he e. Di jalan belum banyak orang yang wira-wiri, bahkan saya masih bertemu dengan orang-orang yang masih mau berangkat ke masjid untuk jama’ah sholat Subuh di masjid. Memang saya berangkat cukup pagi agar saya bisa melakukan pemanasan berlari dengan jarak yang lumayan jauh, mengingat ujian praktek lari ini, kami harus berlari dengan jarak yang jauh.


Meskipun saya menyadari kemampuan olah raga saya jauh dari teman-teman, namun masih tersimpan keinginan untuk bisa berlari cepat dan mengalahkan teman-teman. Dengan saya melakukan pemanasan dengan lari pagi, otot saya sudah lemas dan bisa berlari cepat. Apakah saya berhasil?


Di awal-awal saya memang sok kuat, lari dengan sekuat tenaga berharap bisa menang. Medan yang naik turun dengan jarak yang jauh, saya begitu ngos-ngosan ketika sampai di tengah perjalanan. Lagian sampai disini sudah banyak teman yang mendahului. Pupus sudah harapan saya. Lari saya menjadi terhambat sedikit karena selain lelah, saya juga mengalami kejadian yang tidak saya duga sebelumnya. Tiba-tiba saya merasa ingin B*B, tidak kuat jika saya tidak berhenti terlebih dahulu untuk B*B. Saya menghentikan dua teman saya untuk menemani saya pergi ke rumah seseorang, sekedar bersinggah sebentar untuk B*B. (haloo Yeshee, haloo Nurilla, masih ingatkah?). Sepertinya di belakang kami sudah tidak ada teman lagi. Bukannya kami berlari mengikuti mereka, tapi kami malah berserah diri. Ternyata mereka malah senang ketika saya ajak berjalan biasa saja. Akhirnya kami berjalan biasa sampai garis finish. Horeee, akhirnya sampai juga di garis finish. Padahal saya sudah berusaha untuk pemanasan terlebih dahulu dirumah sebelum ujian praktik lari, ternyata belum mampu membuat saya bisa berlari cepat.

Setelah sampai, lalu kami menuliskan nama sesuai dengan urutan kedatangan kami di garis finish. Kami bertiga benar-benar urutan yang terakhir. Yes!! dapat nomor satu dari belakang ha ha.



Mei 2012 kami telah dinyatakan lulus dari SMA, perasaan antara senang dan sedih, pasti kami rasakan. Di satu sisi seneng dan bangga karena bisa lulus bersama-sama. Di sisi lain kami juga sedih karena harus pisah dengan para guru di sekolah dan juga sama temen-temen dengan meninggalkan banyak sekali kenangan.


Terima kasih kepada Bapak Ibu guru SMAN 1 Panggul atas ilmunya yang luar biasa dan juga kepada teman-teman semua, suka cita, kebersamaan, keceriaan, kegembiraan yang telah hadir dalam hidupku . 

Guru SMANEPA


Kel. IPA 3

Ketika kami wisuda

I’ll be miss that all moment. I’m  very proud to be part of SMAN 1 Panggul. Semoga suatu hari nanti kebersamaan itu mempertemukan kita kembali, kita bisa bertemu dengan membawa cerita-cerita akan dunia yang telah kita lalui, atau bahkan mengenang cerita masa putih abu-abu kita dulu. High chool never end!


 


Songkhla, 23-01-2016




5 komentar:

  1. ketawa-ketawa sendiri bacanya eka.. good luck ya

    BalasHapus
  2. kalo dulu guru merokok di dlm kelas itu sepertinya sah2 aja, tapi kalo skrg kayaknya gak bisa dan boleh ya... memang seharusnya tdk boleh, karena akan memberi contoh yg tdk baik buat murid2nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelumnya terima kasih Kak. Santi Dewi sudah berkunjung dan membacanya, salam kenal hehe

      Benar, sebenarnya tidak masalah beliau merokok saat mengajar, sepertinya kami saja yang usil wkwkwk

      Hapus
  3. Wah, lengkap dan seru ya cerita masa SMA nya Mba Eka.. nanti bisa jadi bahan cerita waktu reuni juga :)

    Terimakasih banya Mba, sdh ikut GA saya :)

    BalasHapus

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...