Minggu, 24 Januari 2016

Mencoba Bahasa Bumi Thailand



 “Di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung”.

Ungkapan diatas sudah tidak asing lagi di telinga saya dan tiba-tiba melintas dalam benak saya. Cocok kirannya untuk menggambar situasi saya saat ini.

Pentingkah saya berusaha belajar untuk memahami Bahasa Thai? Jika mengingat ungkapan tersebut (sebaiknya selalu mengikuti kebiasaan dan adat istiadat di tempat kita berada), menjadi penting adanya untuk menggunakan Bahasa Thai ketika saya berada di Thailand. Berusaha untuk memahami Bahasa Mereka juga termasuk bentuk nyata bagaimana saya menghargai adat atau budaya mereka. Meskipun masih sedikit Bahasa Thai yang bisa saya gunakan dan masih belepotan, tetapi jika saya mencoba berbicara dengan orang-orang disini menggunakan Bahasa Thai, mereka senang menaggapinya.

Sebenarnya selain bahasa Thai, di sini juga ada yang memakai bahasa daerah atau Melayu yang biasa digunakan oleh penduduk muslim disini, biasa disebutnya Melayu Jawi. Melayu jawi sangatlah berbeda dengan bahasa Indonesia, sehingga harus berkali-kali menanyakan apa yang dimaksud oleh pembicara, tapi setidaknya hal ini bisa sedikit membantu kami dalam berkomunikasi.

Namun hanya sedikit saja yang bisa, cuma mereka-mereka yang tinggal di provinsi-provinsi dekat dengan Malaysia, semisal Narathiwat, Yala, dan Pattani. Untuk mereka yang asli tinggal di Hat Yai ini tidak bisa berbahasa Melayu Jawi, mereka biasa menggunakan Bahasa Thai. Mayoritas orang-orang di wilayah yang saya tempati ini (Hat Yai) menggunakan Bahasa Thai sebagai Bahasa Kesehariannya, sangat sedikit sekali dari mereka yang bisa berbahasa Melayu.

Di awal-awal kemarin saya pernah menuliskan catatan jika Bahasa Adalah Senjata, agar bisa berkomunikasi dengan mudah, saya harus berusaha untuk memakai Bahasa Thai. Ketika saya benar-benar tidak bisa berbahasa Thai dan memahami Bahasa Mereka, saya terhambat untuk melakukan apapun. Sampai saat ini saya masih berusaha belajar, dengan mengoleksi kata-kata yang biasa dipakai sehari-hari dan sedikit demi sedikit saya mencoba menggunakan Bahasa Thai yang telah saya pahami untuk berbicara dengan mereka.

Memang selama disini tidak disediakan waktu khusus untuk belajar Bahasa Thai, tetapi saya mengusahakan diri saya sendiri untuk bisa belajar Bahasa Thai sehingga sedikit-sedikit saya bisa memakaianya ketika berbicara sehari-hari, sebagai andalan utama dalam berkomunikasi dengan orang disini. Tanya kepada guru-guru disini atau murid sering saya lakukan agar saya bisa memahami arti suatu kata dalam bahasa Thai.

Waktu awal-awal disini, setiap saya ingin mengucapkan sesuatu terlebih dahulu saya tulis di lembaran-lembaran kertas dalam Bahasa Inggris atau Indonesia, dan menanyakan artinya kepada guru yang lain atau murid. Sengaja saya gunakan lembaran kertas agar bisa ditenteng kemana-kemana dengan mudah, jadi jika sewaktu-waktu ingin berbicara saya bisa langsung membukannya. Semakin hari hingga saat ini sudah semakin bertambah kata-kata yang terkumpul dalam lembaran kertas tersebut.

Karena seringnya saya buka kertas tersebut, sudah tidak karuan bentuknya. Beberapa hari yang lalu saya berniat memindahkan kata-kata tersebut, khususnya yang sudah berhasil saya pahami kedalam buku saku khusus untuk menuliskan Bahasa Thai yang saya pelajari agar lebih praktis. Saya tuliskan berdasarkan jenis kosa katannya, misalnya yang ada di kamar mandi, di sekolah, di kamar tidur, dll. Maskipun masih sangat terbatas, sehendaknya bisa menjadi andalan saya ketika berbicara dengan orang-orang yang ada di sini.

Bahasa Thai yang saya pahami itu masih sebatas bagaimana saya bisa mengucapkannya dengan mudah (memakai English letter versi saya), lebih dari itu masih banyak sekali sebenarnya hal-hal lain yang harus saya perhatikan, diantaranya memahami intonasi ketika mengucapkannya. Cukup banyak kata-kata yang menurut saya diucapkan dengan cara yang sama, tetapi ternyata harus diucapkan dengan nada irama yang berbeda, menggunakan intonasi yang berbeda di setiap katanya. Berbeda intonasi, maka akan berbeda pula artinya.

Misalnya kata ‘maa’, ini bisa diucapkan dengan arti yang berbeda, yaitu “anjing” dan “memanggil seseorang untuk kemari (mari ke sini)”. Riskan juga ternyata. Jika sempat salah nada, inginnya memanggil orang, bisa-bisa berarti anjing, ha ha ha. Contoh kata lain yang diucapkan nada yang berbeda, misalnya “khao”, kata tersebut bisa berarti “nasi”, “Sembilan”, “masuk”, atau mungkin masih ada arti yang lain yang saya tidak tahu. Saya juga masih bingung bagaimana untuk bisa mengucapkan kata tersebut dengan nada yang tepat di setiap katannya, mana yang diucapkan dengan datar, tinggi, rendah, naik, atau turun. Masih banyak lagi contoh yang lain.

Pentingnya memperhatikan intonasi dalam berbicara dalam Bahasa Thai, kadang membuat orang yang saya ajak bicara bingung karena setiap saya mengucapkan Bahasa Thai tidak disertai dengan nada yang benar (Bahasa Thai versi Jawa). Contoh kecil yang pernah saya alami ketika saya iseng menyapa seseorang yang lagi makan, “Aroi mai kha?” “Enak Kak?” Ternyata tidak langsung mendapat tanggapan dari beliau. Dia mengerutkan keningnya, pertanda tidak paham dengan apa yang saya maksudkan. Lalu saya menunjukkan acungan jempol untuk memperjelas pernyataan yang saya ajukan. Barulah setelah itu dia paham. Dia bilang, kata Thailand yang barusan saya ucapkan itu salah, makanya dia tidak mengerti. Lalu membenarkan bagaimana cara pengucapannya bahwa saya harus memanjangkan pengucapan salah satu suku kata untuk merujuk tempat yang saya maksud. Jadi seperti mengaji Al Quran saja, ada panjang pendeknya, hiks hiks.

Ada yang lebih loouucu lagi lhooo seputar Bahasa Thai, yaitu abjad Thai (kokai). Coba cermati sejenak tulisan Thai berikut ini ขอให้โชคดี , he he he, sekilas seperti cacing pita yang lagi baris, wk wk wk. Mirip juga dengan tulisan Bahasa Jawa (HaNaCaRaKa) seperti yang pernah saya pelajari waktu SD dan SMP dulu. Saya pernah meminta siswa di asrama untuk mengajari saya bagaimana cara membaja abjad Thai dan juga pengen tahu teknik menulisnya. Tapi saya menyerah, buuanyak jumlah huruf dasarnya, belum lagi juga harus mengetahui pasangan atau sandangannya (dalam HaNaCaRaKa), intonasi yang berbeda juga harus ditulis dengan abjad Cukup saja saya tahu bagaimana menulis nama saya saja dalam Abjad Thai. Terima kasih yang sudah membantu mengajari saya menuliskan nama depan saya dengan Abjad Thai. Khop Khu Kha ^__^.
 
Eka in Thai Letter

Hat Yai Distric, Songkhla
24-25.01.2016












1 komentar:

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...