Jumat, 20 Mei 2016

Nangkring Bersama Tulisan Bapak. Eko Prasetyo di Koran Surya

 Koran Surya edisi 19.05.2016


Alhamdulillah, kesempatan membahagiakan datang kembali di malam ini. Catatan sederhana saya yang saya kirimkan ke redaksi Surya beberapa waktu yang lalu, malam ini dimuat di laman Koran Surya rubrik Citizen Reporter. Ya, itulah salah satu rubrik yang saya akui telah memberikan peluang mudah untuk belajar menulis bagi siapa saja, tak terkecuali (yang sudah mahir menulis dan menulis di rubrik ini juga tidak kalah banyak). Menariknya belajar menulis disitu, bonus nangkring di Koran rubrik CIPO bersama teman yang lainnya, asyik kan! he he. Yang terpenting adalah punya kemauan untuk menulis…beneran lho, yang bagi saya itu tidak mudahhh dan masih harus dipaksakan. Meskipun kelihatanya sepele, kalau tidak menulis yang tidak bakal bisa, ya iyalah berarti kalau tidak menulis kan juga tidak ada tulisan yang dikirim. 
 
Sebelumnya, tidak mengira jika tulisan yang pertama kali saya kirim di redaksi Surya menjadi HL, telah kuungkapkan rasa senang saya di sini. Tapi, mungkin itu hanya kebetulan saja. Jika tidak kebetulan bisa jadi untuk tulisan selanjutnya juga jadi HL, he he


Rubrik CIPO edisi 19 Mei 2016 itu memuat tiga jenis tulisan dengan latar belakang penulis yang berbeda dan tentunya ide yang ditulisnya pun juga berbeda. Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk merasakan kuliner khas kota tercinta yangpertama kalinya. Tentunya, menjadi hal menarik untuk saya abadikan di blog, sekaligus untuk ide latihan menulisku. 


Sekalian tulisan tersebut saya kirimkan ke Pak. Nurani Soyomukti, pengggas salah satu komunitas literasi di Trenggalek. Sebelumnya beliau memberitahukan lewat pesan fesbuk yang intinya diajak untuk meramaikan web baru yang dibuatnya. Sepertinya cocok dengan tema blognya tentang Trenggalek, akhirnya saya memutuskan untuk mengirimkan.  Sebelumnya sudah ada beberapa tulisan dari teman-teman yang dimuat disana, jadi tulisan ini sudah yang kesekian kalinya. 


Membaca tulisan orang lain yang bernas, bagus, berisi, membuat saya selalu minder  alias isin setiap kali  ingin menulis bersama. Sebelumnya saya sudah bilang jujur ke beliau sebelum memberikan catatan saya, kalau hanya tulisan sederhana saja, karena masih belajaran. Namun, ternyata dibilang tidak apa-apa karena masih akan diedit sebelum dimuat di blog. Ya sudah…sehari sebelumnya muncul dech


Setelah itu, Saya iseng untuk mencoba mengirimkanya di rubrik CIPO Surya, yang tentunya harus diedit ulang, karena ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, seperti harus sesuai kaidah penulisan berita 5W1H, jumlah kata yang terikat, dll. Adakalanya Saya malas melakukan hal ini, karena saya mau tidak mau harus menjadikan tulisan yang  bebas jadi itu menjadi tulisan yang terikat dengan aturan, harus dibuatnya menjadi lebih singkat, padat, dan jelas. Hmmm, kadang saya merasa keberatan untuk menghapus satu per satu, kata demi kata untuk mencapai jumlah kata yang dianjurkan. Saya merasa kata-kata yang telah saya tuliskan itu penting semua, padahal hanya perasaan saya saja, yang ternyata itu secara tidak sadar banyak pemborosan kata yang saya gunakan disana. Setelah sudah jadi dan siap dikirim dan saya baca berulang-ulang intinya akan sama dengan tulisan sebelumnya meskipun tulisannya menjadi singkat. The Longer is Better tidak berlaku dalam hal ini. 


Begitulah perjalanan sebuah tulisan itu, yang pada akhirnya dimuat (meskipun) di Koran Surya rubrik CiPo itu menjadi kesan tersendiri. 


Untuk HL di laman Koran Surya edisi kemarin itu ditulis oleh seorang mahasiswa pascasarjana UM yang dengan menarik menceritakan tentang perjuangan penarik perahu penyeberangan di Sungai Kalimas  yang tetap bertahan di tengah gempuran zamanyang kian mejadi-jadi. Urutan kedua, saya tidak meyangka kalau akan bertemu Pak. Eko Prasetyo di laman yang sama pada rubrik koran ini. Bapak penulis tersebut memang kerap kali muncul menghiasi Koran, terlepas dari Koran Surya yang juga seringkali menjajaki HL rubrik ini.


Perjumpaan saya yang pertama kali dengan beliau waktu itu, telah memberikan suntikan gizi literasi, khususnya dalam pribadi saya, sehingga rada gimanaa ketika mengetahui tulisan saya ada bersama beliau dalam satu laman Koran Surya edisi 19 Mei 2016 itu, he he. So Sorry Bapak, nama penjenengan disebut-sebut.




Tulungagung, 20.05.2016

           

2 komentar:

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...