Senin, 05 September 2016

Agustus-an Kemarin

Semarak dalam memeriahkan hari kemerdekaan  Indonesia sudah pasti dirasakan setiap penduduk di penjuru negeri ini. Pun di kampung saya. Peringatan HUT RI ke-71 di desaku juga cukup ramai. Meskipun tidak seramai di tingkat kecamatan, namun antusias warga desa dalam memeriahkan hari kemerdekaan ini patut diacungi jempol.

Hiasan lingkungan memang tidak begitu tampak, seperti halnya hiasan lampion, kertas minyak, maupun ornamen lain yang mempercantik kampung. Hanya umbul-umbul yang dipasang pinggir jalan raya besar dan juga bendera merah putih. Untuk jalan atau gang menuju kampung tidak ada hiasan sama sekali. Letaknya yang tidak strategis, jalanya berbukit, naik-turun, terjal rupanya memang menyulitkan jika dipasang hiasan layaknya di kota-kota. Meskipun tidak ada hiasan meriah, hal itu tidak mengurangi kecintaan kita kepada tanah air. Menjelang 17 Agustus, warga di kampung kami serempak memasang bendera setengah tiang di depan rumah.

Perayaan hari kemerdekaan di tingkat desa diadakan hanya sehari saja, tepatnya dilaksanakan pada hari Kamis lalu, 29 Agustus 2016. Saya hanya menyaksikan keramaianya saja, karena tidak ikut berpartisipasi dalam beberapa agenda yang digelar. Pada malam harinya, remang-remang suara musik sudah terdengar. Remang-remang saja, karena jarak balai desa dengan rumah cukup jauh. Namun, kami sepenuhnya yakin kalau keramaian itu berpusat disana.

Saya sudah berniat berangkat pagi untuk menyaksikan serangkaian acara yang digelar disana. Namun pada akhirnya, pukul sebelas baru berangkat. Menuju tempat acara kurang lebih 15 menitan. Sampai disana langsung saya menuju kerumunan orang yang mengitari sebuah panggung bertemakan “gebyar seni  Desa Terbis”. Ternyata pertujukan kuda lumping atau yang biasa kami sebut seni jaranan ala desa kami sedang di gelar. Memang sudah lama sekali jaranan berlabel “Kuda Lestari” ini berdiri. Banyak acara-acara desa tertentu dengan melibatkan kesenian tersebut. Ya boleh dikatakan kesenian jaranan ini menjadi tontonan favorit di desa kami. Saya juga suka saat menyaksikanya.  Namun kadang juga takut, karena ada bau-bau mistisnya begitu.

Satu jam berdiri dalam suasana yang lumayan panas tidak terasa. Waktu dhuhur tiba, pentas seni jaranan selesai dan selepas bedhug pertunjukan dilanjutkan dengan lomba panjat pinang. Kerumunan orangpun berpindah. Sorak para pengunjung menggema untuk menyemangati kelompok yang sedang mendapatkan giliran pertama untuk berjuang dalam lomba permainan rakyat panjat pinang ini. Ada banyak hadiah yang ada di lomba tersebut. Hadiah itu akan didapat jika kita berhasil berjalan diatas sebatang pohon hingga sampai di ujung, kemudian peserta naik ke atas dan ambil hadiah yang diinginkan. Dalam permainan ini memang membuat gelak tawa para pengunjung karena aksi para peserta yang cukup konyol.

Tidak sampai selesai, saya sudah meninggalkan tempat terlebih dahulu karena belum menunaikan Sholat Dhuhur. Warga desa masih saja ramai hingga siang itu. Terdengar panitia mengumumkan beberapa agenda lagi yang akan dilaksanakan berikutnya, seperti halnya pentas tari, pertandingan bola voli, dan masih banyak lagi. Untuk pagi harinya saya mendapatkan info dari teman-teman dipakai untuk baris-berbaris dan pawai seni tingkat dusun.

Mungkin sekian cerita tentang kemeriahan dalam memperingati HUT RI di desaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...