Kamis, 22 September 2016

Ada yang Berbeda



Terdapat serangkaian kegiatan bernuansa islami yang diadakan sebagian besar tempat kursus di kampung Inggris Pare pada Malam Jum’at, tak terkecuali di tempat saya mengajar. Ini menjadi malam Jum’at yang pertama kali saya saksikan, jadi sekiranya maklum kalau saya cukup terkesan dengan kegiatan yang menurut saya tidak biasa dilakukan oleh tempat-tempat kursus yang biasa saya jumpai. 

Setelah mengajar sore hari, saya diberitahu kalau ada serangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada setiap malam Jum’at. Jika bersedia, saya diminta untuk datang. Saya tidak tinggal di asrama atau camp bersama siswa dan juga tenaga pengajar disitu, karena katanya sudah penuh. Jadi saya harus mencari tempa lain. Maka kalau ada kegiatan selain mengajar seperti halnya yang dilakukan pada malam Jum’at ini, saya perlu info dari teman-teman atau dengan bertanya. 

Sayapun bersedia datang pada malam harinya. Saya membawa Al-Qur’an dan mukena. Sebelumnya saya diberitahu kalau ada acara mengaji bersama. Saya membawa mukena juga siapa tahu akan dilanjutkan Sholat Isya berjamaah. 

Ternyata sampai disana, mengaji bersama -membaca yasin dan tahlil- telah dilaksanakan, tepat setelah Sholat Maghrib. Mereka yang tinggal di asrama sholat berjamaah, lalu dilanjutkan mengaji bersama. Saya telat datang. Menuju ruangan saya langsung duduk. Saya tidak tahu persis kegiatan apa saja yang bakal dilakukan. Saya ikuti saja apa yang ada. 

Dengan didampingi Mr. Gio, yaitu head dari kursus ini acara demi acarapun mulai dilaksanakan. Yang tadinya lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dan Sholawat diputar, dimatikan terlebih dahulu dan berganti MC untuk memandu jalanya acara.

Teks Asmaul Husna dibagikan. Secara bersama-sama, tentunya dengan salah seorang yang menjadi imamnya, Asmaul Husna tersebut dilantunkan. Ya, Asma-asma Allah itu tengah berkumandang di tempat kursus, keren bukan? Setelah selesai teksnya dikumpulkan lagi untuk dipakai pada malam Jum’at selanjutnya.
 
Acara dilanjutkan dengan makan bersama. Sebelumnya peralatan makan-makan sudah siap sedia. Kami membentuk lingkaran dan peralatan makan ditaruh di tengah-tengah. Setelah membaca Asmaul Husna bersama-sama, dua orang segera maju dan membagi-bagikan makanan itu. Pertama yang dibagikan minumannya dan selanjutnya nasinya. Lalu siapa yang masak ini? Karena saya penasaran, sayapun bertanya pada teman saya yang duduk di sebelah saya terkait makanan itu.

Ada maksud tersendiri rupanya dari makan bersama ini. Sebagian besar yang berada di tempat kursus ini adalah orang-orang jauh sana. Ada yang dari Pati, Brebes, Jakarta, Ternate, Ambon, Sulawesi, dll. Malah jarang yang dari kota Tetangga. Pokoknya dari wilayah dengan  berbeda-beda. Setelah masuk disini, kami menjadi teman tanpa memandang perbedaan. Saling tanya menanya adalah sesuatu yang mengesankan, karena menjadi tahu tentangnya.

Kembali ke makanan, bahwa masakan tersebut adalah wujud saling meghargai. Bagaimana bisa? Setiap malam Jum’at dua orang dipilih secara acak untuk bertugas memasak di minggu berikutnya. Semua mendapat giliran, baik siswa mau tentor, baik laki-laki maupun perempuan. Hmmm, saya juga bersiap menunggu giliran. Bisa tidak bisa, harus memasak. Masakan itu dinikmati bersama dan tidak boleh ada yang protes. Makanan yang dibagikan harus dimakan dan dihabiskan. Sebelum menikmati makanan yang disajikan itu, kami berdoa bersama. 

Makan selesai, dua orang yang mendapat giliran tadi dengan sigap langsung membereskan semuanya. Piring-piring dikumpulkan dan dibawa ke belakang. Tempat kembali bersih.

Tempat disulap menjadi sebuah panggung pementasan. Acara ini berada di kelas, namun tidak menggunakan bangku. Biasanya saat belajar, kami memakai meja belajar lipat. Panggung pementasan hanya dengan dibatasi meja-meja itu, yang ditata sedemikian rupa agar ada beda antara panggung dan bukan. Kami duduk membentuk setengah lingkaran besar dengan menghadap ke pangggung itu. 

Acara demi acara sungguh mengejutkanku.  Panggung itu adalah untuk pementasan oleh dua orang yang bertugas. Mereka juga tengah dipilih secara acak pada malam Jum’at sebelumnya. Satu orang untuk menampilkan hiburan dan satu orang lagi untuk memberikan ceita syarat motivasi, baik lewat pengalaman pribadi, cerita dari buku, refleksi, self-reminder atau yang lain. 

Hiburan yang ditampilkan bisa bermacam-macam juga, bisa menyanyi, membaca puisi, atau yang lain. Pada malam ini salah seorang teman membawakan puisi. Kalau tidak salah judul puisinya air mata terakhir. 

Pada kesempatan ini kami tidak perkenankan mengambil gambar atau merekam. Semua HP dikumpulkan, agar bisa konsentrasi menyaksikan penampilan mereka. Begitu aturanya. Tepuk tangan meriah diberikan sesaat setelah menutup penampilanya di sesi entertainment ini. 

Lalu, MC mempersilahkan salah seorang lagi untuk maju. Dengan bahasa gaul ala Yusuf Mansyur begitu, salah seorang teman ini sangat mengusai apa yang ia sampaikan. Pembawaanya enak di dengar, memang ia sudah terbiasa dengan Bahasa Indonesia. Yang ia sampaikan ada bermacam-macam. Untuk catatan dari hasil mendengarkan cerita mereka, mungkin akan saya tuliskan pada catatan selanjutnya. Insya Allah

Setelah selesai, dibukalah pertanyaan dari kami. Kami bebas bertanya apa saja, yang penting masih seputar materi yang ia sampaikan. Kalau ada ide lain, kami juga bisa menyumbangkanya. 

Terakhir, sambutan dari Mr. Gio sendiri. Beliau memberikan penjelasan lebih jauh terkait apa yang teman sampaikan dan juga ada beberapa tambahan yang beliau berikan. 

Tepat pukul 20. 30, acara diakhiri dan ditutup dengan doa. Malam Jum’at yang berbeda dan sangat mengesankan …

Pare, 23 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...