Sabtu, 06 Juni 2015

Spirit Minggu pagi: Malam Minggu Berkah



            Kegiatan saya malam minggu ini adalah menghadiri Haflah akhirussanah di Madrasah diniah miftahul huda yang letaknya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya sebagai bentuk pelepasan atau wisuda para santri yang sudah selesai belajar di madrasah tersebut. Setiap madrasah atau pondok pesantren saya yakin kegiatan ini juga biasa dilakukan setiap tahunnya, jadi kemungkinan besar sudah banyak orang yang tahu tentang acara seperti ini. Hmm, tidak susprise donk berarti tulisan saya kali ini. Meskipun sepertinnya biasa, tapi  dengan direkam menjadi  sebuah tulisan maka berharap bisa menjadi lebih dari biasa atau mungkin malah luar biasa, he e.
            Setiap tahunnya kegiatan Haflah Akhirussanah dilaksanakan menjelang bulan ramadhan setelah sebelumnya anak-anak melaksanakan tamrinan atau ujian pada tanggal 17-23 Mei. Karena pelaksanaannya Haflah ini bertepatan pada saat menjelang Bulan ramadhan, maka kami bersepakat untuk menambahkan acara “megengan” atau mengagungkan datangnya bulan Ramadhan. Jadi temannya acara kami malam ini yaitu Megengan Massal dan Haflah Akhirussanah Madrasah Miftahul Huda. Alkhamdulillah semua rangkaian acarannya berjalan dengan lancar.
            Acara malam ini dibuka dengan rangkaian pra-acara, mulai penampilan sholawat, menghafal nadhom, qosidah, pidato, hafalan yasin, tahlil qosor, dan yang terakhir yaitu pelepasan para wisudawan-wisudawati yang diikuti dengan pemberian pengahargaan kepada 3 santri berprestasi. Untuk mengisi rangkaian kegiatan di pra-acara ini sebenarnya ada satu penampilan lagi yang masih kurang, yaitu pembacaan Asma’ul Husna. Saya sangat menyesal sekali mereka tidak jadi tampil.
Ceritannya panjang, Sudah dari jauh hari sebenarnya acara ini  direncanakan karena sudah menjadi program kerja kami selama satu tahun. Setelah waktu semakin dekat, kepanitiaan untuk acara ini di bentuk, masing-masing dari kami sudah punya job masing-masing. Sedangkan saya kebagian job untuk menyusun kegiatan di pengisi pra-acara, apa yang harus di pentaskan. Dua usulan saya diterima yaitu hafalan nadhom dan asma’ul husna. Pikir saya pasti nanti akan berkesan jika anak-anak yang masih kecil bisa hafal dan tampil di acara itu. Karena saya yang punya usul, segala persiapan diserahkan pada saya. Tidak apa-apa, saya mengiyakannya karena masih punya waktu yang cukup lama untuk latihan. Masih ada waktu juga untuk saya hafalan, he e, karena saya juga belum hafal betul. Semakin kesini saya semakin tidak yakin bisa melakunnya, karena dibarengi dengan tugas kuliah yang menumpuk, fainal project, ujian, dan lain-lain. Saya tidak maksimal melatih mereka. Yang menghafal nadhom minta bantuan ke teman untuk mempersiapkannya, alkhamdulillah mau. Saya tinggal mempersiapkan yang Asma’ul Husna saja. Mulannya saya antusias, untuk mepersiapkan yang satu ini, tapi pada akhirnya tetep saja tdak bisa maksimal. Hanya beberapa kali saja sempat latihan. Sehingga daripada hasilnya tidak bisa sesuai harapan, sayapun mundur secara halus. Jika saja saya melatih mereka dengan maksimal, pasti mereka senang bisa tampil mengisi acara juga. Agak kecewa, sayang sekali.
Setelah pra-acara selesai, kemudian beranjut ke acara inti yaitu pembacaan ayat Al-Qur’a,n, sambutan dan mauidhoh hasanah. Oh, iya sebelum itu, karena juga bersamaan dengan acara megengan masal, jadi kami semua termasuk para tamu yang hadir dibagikan nasi kotak dan dimakan bersama-sama. Setelah selesai, rangkaian acara demi acara inti berlanjut hingga memasuki acara yang kita tunggu-tunggu yaitu mauidhoh hasanah. Penceramahya yaitu KH. Widodo dari Kediri. Sebelum menyampaikan ceramahnya, beliau berpesan jika kami tidak boleh bubar terlebih dahulu sebelum ditutup dengan do’a. Dimulai dari jam 10 dan berakhir jam 12 malam, para tamu undangan juga anak-anak begitu antusias mendengarkan ceramah dari beliau. Topik yang beliau sampaikan sederhana, mudah dipahami oleh anak-anak juga orang tua, dan itu sangat penting. Dalam penyampaiannya juga diselingi dengan  lelucon, sehingga mampu menghidupkan suasana di waktu yang sudah menjelang larut malam. Anak-anak pun sangat antusias terlihat dalam mendengarkan ceramahnya.
Karena kesempatan ini juga akan saya jadikan ide menulis, jadi rasannya tidak lengkap jika sambil mendengarkan ceramah, tidak membawa tempat coret-coret. Selembar kertas dan pensil saya bawa, tapi karena saya tengok kanan kiri saya, mereka cuman mendengarkan tidak sambil coret-coret sayapun enggan melakukannya, entah kenapa. Jadi apa yang sekirannya penting, saya ketik di hp. Beberapa hari saya tidak menulis karena akhir-akhir ini waktu menulis sering kecolongan untuk fokus di final project dan UAS, dan rasannya kesempatan ini menjadi sangat berharga bagi saya karena ide sudah ada tinggal mengembangkan saja, tidak perlu berpikir untuk menuangkan ide tentang apa yang harus saya tuliskan.
Dalam ceramahnya beliau, KH. widodo menyampaikan akan pentingnya pendidikan agama bagi anak. Memasukkan anak ke madrasah ini menjadi penting untuk  mendidik mereka menjadi anak yang ta’at pada agama. Beliau juga menyampaikan tentang golongan manusia berdasarkan keta’atan kita pada Allah, yaitu muttaqin, munafiqqin, dan kafirrin. Untuk menjadi golongan yang pertama ternyata banyak sekali hal yang sederhana yang masih perlu diperbaiki. Pertama berbakti kapada kedua orang tua, masih banyak dari kita yang belum mampu bertutur kata bagus kepada orang tua atau (boso). Beliau memberikan contoh yang bisa dijadikan refleksi, kepada penjual pentol cilot atau penjual sayur saja bahasa yang digunakan begitu halus, tapi bagaimana saat berbicara dengan orang tua, apa bahasa yang kita gunakan sehalus dan sebagus saat berbicara dengan penjual pentol cilot atau penjual sayur keliling (ethek). Persoalan yang kedua tentang kepekaan terhadap waktu sholat 5 lima waktu. Seringkali kita mengabaikan ketika adzan berkumandang, tidak langsung segera menjalankan sholat. Aktifitas-aktifitas yang lain pun sering membuat kita mengabaikan jika waktu sholat telah tiba, seperti menonton TV, facebookan, dan lain-lain. Perlu kirannya kita memperbaikinnya agar bisa masuk golongan orang-orang yang bertaqwa. Yang ketiga makmum sholat jama’ah yang semakin hari semakin sedikit. Sudah melakukan pujian hingga setengah jam, belum juga ada makmum yang datang. Begitulah gambaran yang disampaikan. Yang terakhir yaitu ajaran agama yang semakin kesini semakin diabaikan, contohnya yaitu antusias orang tua ketika anaknya tidak bisa matematika, bahasa inggris, fisika, kimia, dll , berapapun biaya yang dikeluarkan kirannya akan oke oke saja, tapi giliran anaknya belum bisa mengaji dicuekin, saat anaknya ikut madrasah dan harus membayar jariyah yang bisa terbilang murah malah sayang. Itulah setidaknya yang minimal perlu kita pebaiki terlebih dahulu agar bisa menjadi golongan muttaqin. Sebenarnya banyak sekali petuah-petuah yang beliau sampaikan, tapi hanya ini saja yang sempat terekam. Semoga bisa bermanfa’at.
Kesempatan kali ini mungkin akan menjadi kali terakhir saya mengabdikan diri saya di madrasah tersebut. Menginjak semester tua, kirannya setelah hari raya nanti untuk melanjutkan lagi membuat saya harus berfikir dua kali. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang telah dapatkan selama saya mengabdikan diri saya di tempat itu, barokallah.
Spirit minggu pagi,,
T. Agung, 7-6-2015








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...