Judul : Humor Para Kyai (Menabur Tawa Menuai Berkah)
Penulis :
Gus Chalis Anwar
Penerbit :
Araska Publisher
Halaman : 208
Tahun Terbit :
2015
Selama ini mungkin sebagian dari diri kita memandang sosok
kyai adalah seseorang yang begitu kita segani, sosok yang ‘alim, dalam
menyampikan segala sesuatunnya selalu serius jarang di barengi dengan lelucon
atau humor, garis besarnya seperti itu. Jika kita membaca buku “Humor Para Kyai”
ini ternyata tidak sedikit para kyai hebat yang punya bakat melucu atau humor,
diantarannya Gus Dur, Gus Mus, Gus Miek, Kyai Wahab, Kyai Chasbullah, Cak Nun,
dan masih banyak lagi. Banyak sekali
bentuk humor yang mereka lantunkan.
Tidak seperti humor pada umumnya yang terjadi di panggung-panggung
hiburan, humor yang kyai ini tidak hanya sebatas cara untuk menghibur saja,
tetapi dalam leluconnya itu juga penuh dengan pesan kebaikan yang perlu kita
teladani.
Saya tidak sengaja membeli buku ini. Saat itu sebenarnya
saya ingin beli yang lain, tapi sekilas buku ini memandang saya. Sepertinnya
tidak asing lagi … Oh, iya judul buku ini menjadi salah satu topic yang dibahas
dalam kitab menipu setan yang telah saya beli beberapa bulan yang lalu. Meskipun
tidak disediakan buku yang sudah di buka, sehingga saya tidak tahu isi bukunnya
apa, tapi tidak ragu lagi, langsung saja buku ini saya beli dan tak sabar untuk
segera membukannya di rumah.
Tidaklah rugi saya beli buku ini, buku humor ini begitu
cocok saya baca di akhir-akhir ini. Seperti apa yang telah saya curhatkan pada
tulisan sebelumnya, bahwa akhir-akhir ini banyak sekali final project yang
harus diselesaikan, disusul lagi ujian akhir, disusuul lagi yang lain-lain.
Dengan kondisi yang seperti ini otomatis butuh penyegar otak dan penenang jiwa,
he e, dan buku ini sepertinnya sudah menjadi obat yang penyegar otak dan
penenang jiwa yang manjur. Dalam kitab menipu setan, Pak. Ngainun Naim
memaparkan bahwa tertawa merupakan obat ampuh untuk menyegarkan jiwa.
Tertawa yang muncul dari humor dapat menjadi cara untuk melepaskan tekanan
dalam jiwa.
Banyak sekali humor yang ada dalam buku ini, yang telah
dilahirkan oleh beberapa kyai papan yang telah saya sebutkan diatas. terhitung
ada 77 judl humor. Berikut ini adalah salah satu humor yang terlahir dari sosok
Gus Dur yang begitu cerdas dalam menyampaikan humornya, yang berjudul “Ikan
Curian jadi Halal”, bagaimana bisa??? simak kisahnya ya.. check it out ….
Saat itu Gus Dur masih menjadi santri di Pondok Pesantren Salaf Asrama
Perguruan Islam (Ponpes Salaf API) Tegalrejo, Magelang. Gus Dur bersama
beberapa teman-temannya merancang skenario pencurian ikan di kolam milik Sang
Guru, Kiai Haji Chudlori.
Waktu itu,
Gus Dur menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam, sementara Gus Dur
mengawasi di pinggir kolam,” Gus Dur tak ikut masuk ke kolam dengan dalih
mengawasi jika sewaktu-waktu KH Chudlori keluar dan melewati kolam. Tak lama
kemudian, lanjut dia, KH Chudlori yang setiap pukul 01.00 WIB selalu keluar
rumah untuk menuaikan shalat malam di masjid melintas di dekat kolam. Seketika
itu juga, teman-teman Gus Dur yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh
kabur. Sementara Gus Dur tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan
hasil curian.
Gus
Dur mengatakan kepada KH Chudlori bahwa tadi ikan milik kiai telah dicuri dan
Gus Dur saat itu mengaku berhasil mengusir para pencuri itu, ikan hasil
curiannya berhasil Gus Dur selamatkan.
Atas
“jerih-payah” Gus Dur itu, KH Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada Gus
Dur supaya dimasak di kamar bersama teman-temannya. Akhir kata, ikan itu
akhirnya dinikmati Gus Dur bersama teman-teman bengalnya.
Jelas
Gus Dur mendapat protes keras dari teman-temannya yang disuruhnya mencuri tadi.
Namun bukan Gus Dur namanya jika tak bisa berdalih, yang lebih penting adalah
hasilnya.
“Wong awakmu
yo melu mangan iwake. Lagian, iwake saiki wis halal wong uwis entuk izin soko
kyai. (Kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan curian tersebut sudah
halal, karena telah mendapat izin dari kiai).
Jika kita perhatikan, sebenarnya apa
yang dilakukan oleh Gus Dur itu bukan semata-mata humor, tidak berniat untuk
melucu, apalagi menghibur. Ya,,itulah letak perbedaannya dibandingkan dengan
lelucon di panggung-panggung hiburan. Lelucon para kyai lebih menekankan pada
gagasan dan kata-kata, tidak megeksplorasi gerak tubuh dan permainan bentuk
wajah. Singkatnya, lelucon kyai adalah lelucon yang cerdas dan selalu ada pesan
yang yang disampaikan. Dan masih banyak lagi humor-humor yang lainnya. The End
^__^
T. Agung,
13-6-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar