Hari ini saya harus pulang kampung, ingin bertemu dengan keluarga, lalu sholat tarawih yang pertama di rumah, dan juga bisa sahur bersama keluarga. Sore itu saya berangkat dari T. Agung pukul 2.30. Jika saya hitung-hitung kirannya waktunnya pas untuk sampai di rumah mendekati waktu sholat taraweh, saya siasati agar sebisa mungkin sampai di rumah waktu untuk melaksanakan sholat tarawih masih ada. Setelah sholat dhuhur, mempersiapkan barang-barang yang harus saya bawa lalu berangkat. Tak sabar untuk segera sampai rumah. Empat jam adalah waktu yang harus saya tempuh setiap kali saya pulang kampung, itu pun jika saya tidak berhenti. Kalau saya harus berhenti sekedar melepas lelah atau sholat bahkan 4 jam bisa lebih. Memang begitulah kenyataanya, ujung kulon memang lumayan jauh, he e.
Dua jam sudah
perjalanan yang saya tempuh. Pukul 4. 50 saya sampai di Dongko, saya berhenti
di Pom terdekat untuk menjalankan sholat ‘asar. Setelah selesai kulanjutkan lagi
perjalanan saya. Hari sudah mulai gelap, sinar matahari semakin tak lagi
mencarkan sinarnya. Harus saya tambah kecepatannya agar tidak kemalaman di
jalan karena selama perjalanan dongko menuju panggul banyak hutan-hutan yang
harus saya lewati, dan tak ada lampu penerang jalan, jadinnya agak takut jika
pulang terlalu malam.
Adzan maghrib
saya sudah sampai di Panggul, perjalanan yang menyenangkan … tak sabar untuk segera
menjalankan ibadah puasa bersama keluarga. Berhenti lagi di POM panggul untuk
menjalankan Ibadah sholat maghrib. Jika pulang kampong, memang SPBU menjadi tempat
yang menurut saya tempat yang paling nyaman untuk istirahat dan sholat. Setelah
sholat maghrib, saya meluncur ke Pondok Pesantren adhek saya untuk menjemputnya.
Saya jemput adhek saya karena untuk teman pulang dari Panggul ke rumah. Masih
harus saya tempuh satu jam lagi untuk sampai rumah dengan lewat hutan –hutan.
Jika ada satu dua kendaraan yang lewat jalan itu menjadi kebanggaan tersendiri
karena bisa mengurangi ketegangan saya, meskipun saya juga tidak tahu siapa
yang lewat itu, setidaknya sorot lampu kendaraannya bisa membantu menerangi
jalan, karena selama perjalanan dari panggul ke rumah saya tak ada lampu jalan
sama sekali, jadi kami harus berjuang menerjang gelapnya malam dan sunyinnya
suasana jalan untuk bisa sampai di rumah.
Kurang sedikit
lagi perjalanan yang harus saya lalui. Selama perjalanan malam mini, tak
henti-hentinnya ayat kursi ku ucapkan, kami tidak berani bercakap-cakap karena
suasanannya begitu mencekam, sangat gelap. Semua rasa takut saya abaikan, yang
ada dalam benak saya yaitu saya bisa menjalankan ibadah puasa yang pertama ini
dengan keluarga.
Hampir empat setengah jam kulaui. Setelah
sampai rumah ternyata semua keluarga telah menanti kedatangan kami, mereka
khawatir jika terjadi apa-apa, karena saya bilang jika sore sudah sampai di
rumah.
Dalam perjalanan,
saya sudah berusaha semaksimal mungkin
agar sampai rumah tidak telat untuk melaksanakan sholat tarawih. Membuat
saya sempat kecewa, karena ternyata orang-orang di Desa saya belum memulai
sholat tarawihnya hari ini, masih esok hari. Hari ini mereka masih sibuk untuk
berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain untuk melakukan megengan. Entah apa
yang membuat orang-orang di Desa ku itu setiap kali melaksanakan tradisi
megengan ini saat waktunnya menjalankan ibadah sholat tarawih yang pertama.
Yang penting niatnya sama, kan beberapa hari sebelumnya kan juga bisa. Saya
juga heran, berapa rumah yang harus mereka datangi saat itu, dan setiap kali berpindah
rumah mereka mencicipi masakan yang mereka masak. Hmm, orang desa mah gini ...
Menu special sudah
menanti … waktunnya menyantap makan malam. yummy. Menjadi awal yang baik jika sahur
yang pertama dengan menu special ini, karena bisa bangun dengan mudah, he e Sudah
setehun yang lalu bisa menikmati sahur bersama keluarga, dan kini kami bisa di
petemukan kembali di bulan ramadhan tahun ini. Semoga berkah….
Terbis, 17 Juni 2015
4 jam, brapa kilo itu?
BalasHapus