Pagi ini saya ingin melakukan perjalanan pulang ke kampung
halaman. Perjalanan pagi hari itu menurut saya sangat enak, belum terlalu
banyak kendaraan yang lalu lalang, di samping itu suasanannya juga masih fresh.
Kabut pagi akan menemaniku selama perjalananku pulang ini.
Saya ketagihan pulang ke rumah di pagi hari, saat
perjalanan sudah sampai di suruh-panggul banyak keindahan alam yang kami
temukan. Keadaan jalan yang berkelok-kelok menurut saya juga menjadi kesan
tersendiri. Meskipun berkelok-kelok tapi jangan salah, sampai di panggul
jalannya sudah tidak seperti yang dulu lagi. Sekarang jalannya sudah enak,
sudah lebar.
Jalan yang lurus dan mulus
malah terkadang malah membuat saya bosan. tidak bisa menikmati suasana
perjalanan. Seperti halnya perjalanan dari Tulungagung ke Trenggalek. Selama
perjalanan dari T. Agung-T. Galek jalannya jarang yang berliku, cuman lurus
terus ngikutin jalan. Pemandanganpun juga tak semenarik pada saat perjalanan
sudah menuju Suruh-Panggul, hanya ada hamparan sawah yang hijau dan luas di
kanan-kiri jalan, tidak lebih dari itu. Jadi jika di ceritakan, tak semenarik
cerita saat di jalan yang berliku layaknya jalan menuju kotaku tercinta,
Panggul.
Ya, untuk menuju kota ku
tercinta ini harus melewati perjalanan yang berliku, tapi tak kalah seru.
Perjalanan yang berliku saya mulai di daerah Suruh dengan melewati tanjakan yang
tidak begitu extrim. Setela itu, saya nanti akan melewati hutan pinus dengan
pemandangan alam yang cukup keren menuurut saya. Pemandangan pagi hari tampak
lebih keren lagi, saat sampai di daerah puncak. Hmmm,, Trenggalek juga punya “puncak”
yang pemandangan dan suasananya tak kalah indah. Saya juga tidak tahu kenapa
daerah disitu di sebutanya dengan puncak, tapi aku melihat ada papan yang
bertuliskan Warung Puncak di daerah itu, sehingga keyakinanku semakin kuat jika
di daerah ini benar-benar puncak. Sangat cocok jika namannya puncak, karena
memang disitu menjadi titik tertinggi daerah Trenggalek. Pemandangan diditu
sangat keren.Disitu udarannya juga sangat dingin. Kadang karena tidak kuat
menahan dinginnnya kabut pagi disitu, saya membawa penghangat tubuh, seperti
minyak kayu putih.
Kostum untuk menembus kabut
pagi sudah siap, jaket tebal, kaos kaki, sarung tangan, masker, dan helm. Berdo’a
dan siap untuk meluncur. Semoga perjalanan menembus kabut pagi bisa lancar.
T. Agung, 27-6-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar