Buku
karya Komaruddin Hidayat ini semakin hari semakin tak sabar untuk ingin segera
menyelesaikan membacannya. Sudah lama buku ini kupunya, tapi tak kunjung juga
selesai kubaca. Pada waktu itu hati saya begitu terpikat dengan buku ini, entah
kenapa … karena judul bukunnya yang
keren, bukunya yang tebal dengan harga terjangkau, sampulnya yang menarik, atau
karena mungkin factor yang lain, masih belum tahu pasti apa alasan saya membeli
buku ini. Yang jelas buku ini kubeli karena ingin saya baca. Sebenarnya buku
yang satu ini menjadi buku favorit saya, buktinya setiap hari buku ini selalu
menemani tidur saya, setiap hari selalu di dalam tas untuk saya bawa
kemana-mana, he e e. Hmmm, katannya buku favorit, tapi kok jarang sekali di
baca, seharusnya waktu yang hampir mendekati dua bulan ini kan bisa menjadi
waktu yang sangat cukup untuk
mengkhatamkan buku setebal 288 halaman ini. Setiap harinnya buku ini saya buat
teman tidur, lalu saya bawa kemana-mana ternyata bukan karena buku ini buku
favorit tapi karena agar saya bisa selalu ingat dengan buku ini dan akhirnya
bisa saya baca. Tapi masih saja hingga sampai saat ini belum juga selesai.
Hari
ini buku itu kubuka-buka lagi. Saya cari bacaan yang ada di dalam buku ini yang
sekirannya saya paham maksudnya. Iya, yang membuat buku ini tak kunjung selesai
kubaca salah satunnya banyak yang mengharuskan saya untuk mengulang-ulang agar
saya bisa paham sehingga bisa memetik pesan yang di sampaikan. Meskipun banyak topic
yang dibahas penulis yang belum bisa saya pahami, tapi rasa keingintahuan saya
terhadap buku ini begitu tinggi, ini bisa terjadi karena terpengaruh dengan sinopsis
yang disampaikan oleh penulis di cover buku bagian belakang. Kata-katannya
begitu menggerakkan hati saya untuk mengetahui lebih jauh isi dari buku ini.
Menjadi sesuatu hal yang wajar jika buku ini agak sulit untuk saya pahami,
pantas saja, karena tak sengaja ku baca profil penulisnya ternyata penulis buku
ini adalah seseorang yang ahli dalam bidang filsafat, hmmm.
Yang
menarik perhatian saya untuk kubaca pada
hari ini berjudul menjaga kefitrian. Penulis (Komaruddin Hidayat) menyebutkan
bahwa ada lima kecenderungan perilaku yang menjadi fitrah manusia. Saya sempat reflek
mengangguk-anggukkan kepala saya sesaat membaca tentang ini, karena ya memang
sesuai dengan kenyataan. Apa saja itu? yang pertama, setiap pribadi
manusia itu menyenangi akan kebenaran yang ditopang kekuatan penalaran logis.
Betul sekali, tidak sesuatu yang muluk-muluk, yang sangat sulit untuk ditangkap
dengan akal sehat. Kedua, fitrah manusia selalu berorientasi pada yang
baik. Setuju, sesuatu yang bersifat baik-baik bisa menentramkan hati dan
perasaan. Ketiga, fitrah manusia senantiasa mencintai keindahan. Hal ini
dibuktikan dengan, selalu berdandan setiap harinnya agar bisa indah dipandang.
Jika sedang membangun rumah atau membuat sesuatu, keindahan menjadi tolok ukur
yang sangat penting. Kehidupan akan terasa gersang tanpa adannya aspek
keindahan. Keempat, fitrah manusia itu selalu mendambakan kedamaian.
Terbukti, saat melihat suatu pertengkaran atau perkelahian, hati dan perasaan
menjadi terganggu. Kelima, setiap manusia menurut fitrahnya memiliki
kecenderungan untuk beriman kepada Tuhan. Seburuk-buruknya perilaku manusia
pasti ada kecenderungan untuk selalu mengaingat Allah. Seperti contohnya Fir’aun
yang telah mengingkari keberadaan Tuhan, tapi pada akhirnya ia tidak mampu menolak
fitrahnya untuk beriman kepada Tuhan di detik-detik menjelang ajalnya
Saya
akui buku Path of Life ini sangat bagus sekali, dengan membaca buku ini kita
bisa belajar banyak tentang kehidupan, banyak fenomena kehidupan yang begitu
sepele yang dikisahkan dalam buku ini tapi menyimpan makna yang begitu mendalam
di dalamnya, seperti telah apa yang saya tliskan di atas, dan juga seperti pada
kisah yang sudah ay abaca beberapa hari yang lalu tentang kisah seorang raja
dalam mensykuri nikmat sehatnya. Dari hal yang sepele, karena kehausan dan
tidak bisa buang air kecil saja bisa dijadikan sebuah pelajaran hidup yang
begitu luar biasa yang akhirnya mampu mengubah kehidupan sang raja menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang bisa selalu
memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi, dan bisa masuk dalam golongan
orang-orang yang beruntung. Aamiin
T. Agung, 30-05-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar