Di keheningan malam ini, tiba-tiba
kuteringat dengan masa-masa ku yang penuh dengan kenangan itu, yaitu masa Putih
Abu-Abu. Rasannya tak ada salahnya ku menuliskan tentang hal ini sebagai bentuk
rasa rinduku pada masa itu. Banyak dari kita yang telah mengiyakan bahwa SMA
adalah masa yang paling indah. Saya pribadi juga beranggapan seperti itu, bahwa
momen SMA itu tak ada duannya, sangat indah sehingga sulit untuk diajak move
on. Ada suka, duka, canda-tawa, pertengkaran, keceriaan, dsb
yang membuat masa SMA itu susah untuk dilupakan.
Ternyata sudah
hampir tiga tahun saya tidak lagi memakai seragam putih abu-abu, sebagai
seragam kebangsaan di zaman SMA. Sampai sekarang masih saja saya simpan rapi di
almari baju-baju sekolah yang dulu pernah saya pakai itu, sayang sekali
rasannya akan ku berikan pada saudara atau adik kelas yang sedang duduk di
bangku SMA. Hampir tiga tahun pula, kebersamaan kita sudah tak seindah zaman
SMA dulu, karena mengingat sekarang kita sudah menikmati berbagai macam
duniannya untuk menggapai cita-cita yang telah kita impikan.
MOS adalah masa
pertama yang mempertemukan kita semua. Punya teman baru dan kenalan baru
rasannya sangat seru dan menyenangkan meskipun masih belum terlalu akrab, masih perlu
beradaptasi dengan lingkungan dan hidup baru di masa SMA. XF adalah kelas
pertama saya. Ada cerita yang mungkin sedikit menjengkelkan di kelas
X ini, salah satu guru kami di kelas X itu bernama Pak. Pardi, guru ekonomi.
Beliau guru yang sangat sabar. Tapi yang membuat kami kurang nyaman diajar
olehnya adalah karena beliau itu perokok berat. Tidak bisa, atau bahkan
inspirasinya tidak muncul jika mengajar tidak sambil merokok. Karena kenyamanan
kami terganggu saat mengikuti pelajarannya, ide kami muncul untuk membuat
tulisan peringatan yang isinnya “dilarang merokok saat mengajar” dan
ditempel di dinding tepat di samping meja guru. Setelah mengetahui peringatan
itu, sontak Pak Pardi untuk beberapa pertemuan tidak mau mengajar di kelas kami,
jelas saja beliau tersinggung. Kami merasa bersalah, dan akhirnya satu kelas
bersama-sama masuk ke kantor menemui beliau untuk meminta ma’af. Kami akhirnya
bisa memaklumi, karena dengan merokok itu bisa membuatnya nyaman dalam
mengajar. Sahabat baru juga mewarnai kehidupanku di kelas X ini, sebut saja
namanya Mbak. Dini, sering kemana-mana sama dia saat itu, tak jarang pulang dan
pergi ke kesekolah bersama-sama, ke kantin bersama. Sering juga mengerjakan
tugas bersama-sama. Selain itu, suasana kelas juga membuatku rindu, kangen
dengan suasana nervest yang mewarnai kelas disaat waktu ulangan tiba, kesedihan
saat remidial diumumkan. dan masih banyak lagi tentunya kenangan-kenangan itu.
Sekarang move on ke kelas XI, saat kenaikan kelas ini saya
dapat kelas XI IPA 3. Pertama kali masuk di kelas ini terasa kurang seru,
karena harus beradaptasi lagi dengan teman-teman. Kenyamanan yang telah
terjalin di kelas X berubah seketika saat memasuki kelas XI, khawatir dengan
guru yang mengajar, teman-teman baru, rasannya ingin tetap di kelas X saja,
tapi lama kelamaan masuk di kelas ini seru juga. Karakter dari masing-masing
teman saya mulai ku ketahui. Di kelas ini kutemukan teman-teman yang baik dan
tentunnya cukup kompak. Agar kelas kami tetap selalu kompak, kami membuat
identitas kelas dengan sebutan “SYNISTER: A friend in one soul in two bodies”,
dengan harapan kita bisa selalu menjaga kebersamaan dan juga bisa menjadikan
kelas XI IPA 3 sebagai kelas the Master of Science. Entah dari mana nama itu di
dapat, yang jelas kata-kata masih saja terngiang dalam ingatan saya hingga
saat ini.
Di kelas XI ini, pernah suatu ketika ada lomba kebersihan
kelas. Dengan siap siaga segala kemungkinan untuk menghias kelas agar tampil
yang terbaik kita lakukan, mulai bersihkan kelas bersama, menempel gambar-gambar,
menghias dinding, hingga menyewa pot-pot bunga untuk sementara waktu agar kelas
kami terlihat lebih hidup. Begitu kompak kami saat itu. Kebetulan ada beberapa
teman saya yang cukup intar untuk menggambar. Dengan harapan kelas kami bisa
menjadi yang terbaik, kami berusaha semaksimal mungkin untuk menghiasnya, salah
satunnya dengan melukis dinding kelas kami seperti ini.
Setelah di check
oleh para guru yang menilai, bukanlah kegembiraan karena bisa memenangkan momen
ini tetapi kami malah di marahin, karena telah merusak fasilitas sekolah.
Akhirnya hasil jerih payah teman-teman menggambar itu diminta untuk
membersihkannya, Hmmm.
Yang masih teringat
juga, ketika kelas ku di cap oleh guru-guru sebagai kelas IPS 4. Bermula dari
wali kelas yang mencetuskan nama itu akhirnya lama-kelamaan menyebar ke
guru-guru yang lain. Memang anak cowok saat itu agak sulit diatur, sering
membuat guru jengkel. Dinamai IPS karena anak IPS itu identik dengan banyak
cowoknya yang sulit diatur. Pernah juga waktu itu di hukum satu kelas cuman
gara-gara tidak mencatat saat di ajar kimia. Guru-guru yang mengajar di kelas
XI IPA3 ini juga begitu membuatku semangat untuk belajar. Sangat senang juga
rasannya saat itu bisa menikmati indahnya dapet juara kelas. Selanjutnya yang sampai
saat ini masih tergambar jelas dalam ingatan saya adalah berangkat begitu pagi ke
sekolah jika ada PR dan di kerjakan bersama-sama, jadi tak jarang kita
mengawali hari di sekolah dengan mengerjakan PR. Momen-momen seperi itulah yang
bikin aku kangen pada masa-masa itu.
Juli 2011, saya
naik ke kelas XII. Ulangan harian, ujian praktek, ujian nasional,
ujian sekolah, kadang membuat aku menjadi takut dan tegang menghadapinya. Berjumpa
dengan para guru yang super hebat, sangat ku ingat mereka menyampaikan ilmunnya
di depan kelas dengan penuh semangat. Saya kangen dengan suara mereka saat
mengajar, kangen juga dengan lelucon yang sering mereka lontarkan untuk sekedar
mengatasi kejenuhan kami.Tak pernah mengeluh mereka saat harus berangkat jam ke
nol untuk membimbing kami mempersiapkan ujian nasional. Pokoknya banyak cerita
yang masih kuingat, saat kita merasa bingung dengan pelajaran yang dihadapi,
pelajaran yang menjengkelkan karena tak kunjung usai, saat berhadapan dengan
guru yang sangat baik hati, guru yang lucu bahkan guru yang mungkin kiler, kuingat
juga dimana kita sangat senang bila sewaktu ada jam pelajaran kosong karena
guru yang tak bisa mengajar, sangat ingin rasanya aku mengulang semua itu. Masih
ada banyak sebenarnya yang membuat hari-hari kita di waktu itu terkesan seru
dan penuh warna. Mei 2012 kami telah dinyatakan lulus dari SMA, perasaan antara
seneng, sedih, campur aduk jadi satu. Di satu sisi seneng dan bangga karena lulus.
Di satu sisi lagi sedih karena harus pisah sama temen-temen dan gak bakal bisa di
ulang lagi setiap moment di sekolah itu.
Terima kasih kepada bapak ibu guru,
teman-teman, suka cita, duka, kebersamaan, keceriaan, kegembiraan yang telah
hadir dalam hidupku . I’ll be miss that all moment. I’m very proud to be part of SMAN 1 Panggul.
Semoga suatu hari nanti kebersamaan itu mempertemukan kita kembali, kita bisa
bertemu dengan membawa cerita-cerita akan dunia yang telah kita lalui, atau bahkan
mengenang cerita masa putih abu-abu kita dulu.
Salam rindu untuk semuannya.
Tulungagung,
14-5-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar