Let'e read |
Salah satu judul yang menarik
perhatian untuk saya baca pagi ini adalah “Betapa Megahnya Istanaku”, yang
dibahas yaitu tentang kesehatan. Ya … hidup sehat adalah dambaan bagi setiap
orang. Kesehatan adalah bagaikan harta karun yang sangat berharga. Tapi saat
dalam keadaan sehat seringkali kita melupakan dan tidak mampu mensukurinnya,
contoh hal yang kecil yang seringkali kita lupakan begitu saja adalah saat kita
bisa minum dan buang air kecil. Penulis begitu lihai merangkai kata-kata
tentang 2 hal kecil ini. Beliau mengibaratkan bahwa kesehatan itu bagaikan
mahkota raja, seseorang menyadari kehilangan mahkotannya ketika terkena sakit.
Saking berhargannya kesehatan,
apapun itu mungkin saja bisa terjadi. Sampai istana megahpun rela untuk
diberikan secara cuma-cuma ke tangan orang lain. Dikisahkan oleh penulis, ada
seorang raja yang sedang tersesat di padang pasir karena tengah menegejar kijang
sebagai sasaran buruannya, Tak sadar kalau ternyata kijang itu telah lari jauh
dari lingkungan istana. Karena berburu kijang yang sangat jauh, akhirnya sang
raja capek, harus, dan lapar yang luar biasa. Di tempat itu, tak ada penduduk,
sehingga dengan kondisi seperti itu satu-satunnya harapan bagi sang raja adalah
menunggu musafir lewat untuk minta bantuan makan dan minum agar tenagannya bisa
pulih kembali. Tak lama lagi ada musafir yang datang yang menawarkan bekalnya
pada sang raja, tapi dengan sarat ia bisa memberikan bekal itu kepada raja
kalau ia menggantinnya dengan sesuatu. Dalam kisahnya itu sang raja terkenal
dengan sosok yang pelit, tak sedikit rakyat yang membencinnya. Jadi saat
musafir meminta ganti itu, sang raja agak kesal. Tapi berhubung raja sudah
dalam kedaan tidak berdaya, dan kesehatannya semakin memburuk akhirnya ia
setuju. Di luar dugaan sang saja, karena musafir itu meminta untuk mengganti
bekal itu dengan sebuah istana. Memang tak tanggung-tanggung, karena musafir
itu tahu jika raja itu pasti kaya raya dan punya banyak istana. Sang raja sudah
menyerah, tidak ada pilihan lain, kecuali sebuah istanannya harus diberikan
secara cuma-cuma dan hanya di tukar dengan sebotol air minum.
Masih dengan tokoh yang sama yaitu
sang raja. Tapi kali ini ceritannya sang raja itu terserang sakit yang
membuatnya tidak bisa buang air kecil. Berkali-kali di undang tabib istana
untuk mencoba mengobati penyakitnya itu, tapi tidak berhasil. Terakhir,
datanglah tabib yang juga ingin menyembuhkan raja dari penyakitnya itu. Tabib
itu akan berusaha untuk bisa menyembuh raja, tapi biayannya mahal. Tawarannya,
tabib itu juga meminta sebuah istana kepada raja jika penyakitnya berhasil
sembuh. Karena sudah tak tahan lagi menaggung rasa sakit karena tidak bisa
buang air kecil itu, raja pun menerima tawaran itu. Akhirnya rajapun sembuh
bisa sembuh, dan akhirnya bisa buang air dengan lega, tetapi satu istanannya
sudah berpindah tangan lagi.
Gara-gara kehausan sang raja telah
kehilangan satu istanannya, dan kini gara-gara tidak bisa buang air kecil
hilang lagi satu istannya yang lain. Karena kejadian yang sepele itu, lagi-lagi
sang raja merenung, betapa nikmat dan mahalnya bisa minum dan buang air kecil
yang nilainnya seharga dua istana.
Sang raja telah sadar dan bisa introspeksi, selama ini sang raja
tidak pernah bersyukur. Sebenarnya bisa makan, minum dan tidur adalah nikmat
yang luar biasa. Sang raja selalu mengejar harta dan membanggakan pada
istananya yang megah. Dalam waktu sekejap kedua istanannya telah hilang hanya
karena ingin minum dan buang air kecil. Sejak kejadian itu, sang raja menjalani
hidupnya penuh rasa syukur dan menjadi orang yang dermawan terhadap
rakyat-rakyatnya.
Itulah cerita yang saya pahami dari hasil membacaku pagi ini. Dari
bacaan yang berjudul betapa megahnya istanaku ini, pelajaran yang sangat
berharga bisa kita ambil. Intinnya kita harus merayakan kesehatn, atau
mensykuri kesehatan yang di berikan oleh Allah itu setiap saat, tidak harus sakit
terlebih dulu untuk mensykurinya.
Setiap langkah yang kita pilih di
hari ini kemarin menentukan apa yang terjadi pada diri kita di masa sekarang.
Namun, seringkali kita melupakan keniscayaan itu dan meyesali hari ini.
Hari ini adalah kesempatan yang di
berikan untuk melakukan introspeksi dan perbaikan atas kesalahan masa lalu agar
di masa depan menjadi lebih baik
“PATH OF LIFE”
Nice Morning on Sunday ... I'm still in happy writing
T. Agung, 24-05-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar