Judul Buku : MENIPU SETAN: Kita Waras di
Zaman Edan
Penulis : Ngainun Naim
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Halaman : 182
Tahun Terbit : 2015
Akhirnya khatam juga buku ini
saya baca, sangat menarik dan penuh inspirasi. Menariknya buku ini karena disajikan
dengan bahasa yang mudah dipahami, penulis mampu merangkai kata-katannya dengan
bahasa yang ringan sehingga isi dari buku mudah di cerna, tidak mudah bosan juga
jika membacannya. Coba saja
Jika hanya melihat sekilas
judulnya saja memang terasa sedikit aneh dan serem “Menipu Setan: Kita Waras di
Zaman Edan”, dan tambah serem lagi dengan hiasan sampul luar yang bertajuk
horror itu. Meskipun terlihat sangar, tapi sangat disayangkan jika belum
membaca seluruh isinnya. Dibagian isinnya tidak se-serem sampulnya, dilengkapi
dengan dekorasi warna yang menarik membuat saya menikmati membaca bagian per
bagian dari buku ini.
Buku setebal 182 halaman sangat inspiratif, berisi tentang motivasi
yang memberikan spirit kepada kita untuk melakukan perubahan menuju kehidupan
yang lebih baik. Buku ini menyuguhkan menu-menu yang penuh hikmah yang bisa
dijadikan pedoman kita dalam bertingkah laku,
yang mengajak kita menjadi orang yang waras di zaman edan ini. “Kita Waras di
Zaman Edan”.
Membaca judul buku ini Pak. Ngainun
Naim seolah telah menemukan gejala ketidakwarasan seseorang dalam
mengarungi kehidupan di zaman ini. Kenyataannya mungkin memang seperti itu. Dalam pengantarnya, saya bisa menggaris bawahi
bahwa ketidakwarasan itu akan terjadi bagi siapa saja mereka yang tidak
memiliki kesiapan hidup di tengah rumitnya situasi kehidupan seperti sekarang
ini. Beliau mengantarkan bahwa pada kondisi semacam ini sangat dibutuhkan
kesiapan fisik, mental, dan juga spiritual
agar kita tidak hanyut dalam rumitnya persoalan. Dan melalui buku ini, penulis berharap
kita senantiasa menjadi golongan yang tetap waras dari gejala ketidakwarasan tersebut.
Buku ini memberikan pelajaran kepada kita akan banyak hal, mulai
dari hal yang sederhana hingga pada hal yang luar biasa sekalipun. Dari tukang
becak kita belajar, dari sopir bis kita bisa belajar hingga pada para tokoh serta
kapada para kiai dan ulama besar. Dalam bagian yang berjudul keteladanan dunia
pesantren, ada sederet kehidupan para kiai yang sangat menginspirasi, salah
satunnya adalah Kiai Mujib. Kita bisa meneladani sikap beliau yang selalu
istiqomah atau konsisten dalam menjalankan segala sesuatu. Penulis memaparkan
beberapa hal yang menandai sikap istiqomah beliau, yaitu istiqomah dalam hal kesalehan,
seperti konsisten dalam menjalankan ibadah sholat, istiqomah dalam shalat
berjama’ah, dan muthala’ah (belajar). Ketiga hal tersebut rasannya masih sulit
dalam diri kita untuk melaksankannya secara istioqomah, untuk itu sangat perlu
kirannya kita meneledani sikap beliau.
Selain Kiai Mujib, masih banyak lagi kiai lain yang kehidupan
mereka semua patut untuk kita teladani, seperti Kiai Mahrus Ali yang penting
untuk diteladani berkaitan dengan ketelatenan dan ketekunannya dalam menuntut
ilmu. Meskipun sudah menjadi kiai besar, tetap saja beliau masih telaten dan
tekun untuk belajar, serta KH. Bisri Mustofa dengan spirit menulisnya. Beliau
produktif sekali menulis. Rasa senang dalam menulis dapat membuat beliau bisa
menikmati aktivitas menulis hingga berjam-jam.
Dalam halaman 128, kita bisa temukan disitu sebuah judul tulisan
yaitu menggali energi syukur. Seringkali rasa syukur kita atas segala anugerah
Allah terlupakan begitu saja. Syukur mengandung energy positif, syukur akan
menumbuhkan kebahagiaan, kedamaian, dan kepuasan tiada terkira. Untuk itu
sangat perlu kirannya di zaman ini kita berusaha untuk menjadi pribadi yang
penuh dengan rasa syukur. Sebenarnya masih banyak kisah-kisah yang dituliskan
secara gamblang oleh Pak. Naim, seperti hal-nya wawasan spiritual, memaknai
bahagia, mimpi sukses mulia, positif thinking, dan masih banyak lagi yang sangat
memikat untuk dibaca.
Berusaha untuk meneladani serta belajar dari kisah-kisah ispiratif yang
dituliskan dalam buku ini akan mampu membuat hidup kita tetap waras di zaman
edan. Kita menjadi tidak mudah hanyut dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Kita bisa menipu setan yang akan menjerumuskan kita ke dalam hal-hal yang
kurang baik. Dengan membaca buku ini kita juga akan tahu sejauh mana sikap kita
dalam menghadapi zaman yang sudah penuh dengan persoalan ini. SEMOGA KITA TETAP
MENJADI ORANG YANG WARAS DI ZAMAN EDAN.
2-5-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar