Suara takbir yang berkumandang di
masjid-masjid menandakan akan datangnya hari kemenangan. Semua umat muslim yang
telah menjalankan ibadah ramadhan pastinya merasakan bahagia, terutama karena telah
berhasil menjalankan ibadah puasa selama satu bulan di bulan ramadhan ini. Selain
bacaan takbir yang berkumandang, juga banyak hal-hal lain yang di lakukan untuk
menyambut hari lebaran. Tak sedikit orang-orang yang membeli baju baru untuk di
pakai di hari lebaran, merenovasi rumahnya agar jika ada saudara-saudara yang
bersillaturrahim ke rumah terlihat lebih rapi, membeli bahan makanan untuk di
masak di hari lebaran, menyiapkan jajan lebaran, dan masih banyak lagi. Sangat
antusias pokoknya. Yang tidak kalah seru yaitu karena kebersamaan dengan
anggota keluarga, yang mulanya ada angota keluarga yang sedang sekolah atau bekerja
di luar kota atau bahkan di luar negeri berbondong-bondong pulang ke rumah agar
di hari lebaran bisa berkumpul dengan keluarga.
Saya serumah dengan lima orang anggota
keluarga, kedua orang tua, adik, kakek, dan nenek. Malam lebaran keluarga paman
datang ke rumah, karena ingin merayakan lebaran di desa. Anggota keluarga
semuanya sudah berkumpul sehingga yang semula hanya 6 orang menjadi 11 orang.
Momen seperti ini memang terkadang hanya bisa dirasakan setiap setahun sekali,
yaitu saat lebaran. Rasa senang terlihat diantara raut muka kami semua dalam
menyambut datangnya hari lebaran.
Pagi-pagi sekali kami sudah bangun
untuk mempersiapkan semuanya, special persiapan sholat idul fitri dan sarapan. Setelah
waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam lebih, kami segera bersiap untuk
berangkat. Dengan memakai baju muslim terbaiknya, bersama-sama kami berjalan
kali menuju masjid yang jaraknya cukup jauh dari rumah, memakan waktu kurang
lebih 20 menit-an. Karena jalan ke masjid yang tidak bisa dijangkau oleh
kendaraan, sehingga dengan terpaksa kami semua berjalan kaki. Meskipun begitu, tapi
kesan kebahagian yang kami rasakan tidaklah berkurang.
Terlihat jama’ah yang hadir untuk
menunaikan sholat idul fitri banyak sekali. Saat taraweh saja jama’ah-nya tidak
sampai ke teras masjid, tapi kali ini teras masjidnya penuh, bahkan sampai
menggelar tikar di halaman masjid dan saya adalah salah satu jama’ah yang
mendapatkan tempat tersebut. Karena sampai di tempat, sholat idul fitri belum
segera dimulai, sehingga beberapa kali masih sempat ikut menyuarakan takbir.
Setelah jama’ah berhenti membacakan takbir-nya pertanda bahwa sholat id akan di
mulai, sang imam lalu memposisikan diri, beranjak menuju tempat imam. Hmmm…Sepertinya
tidak perlu-lah saya menceritakan teknis menunaikan sholat ini, takutnya nanti
malah sampai kemana-mana tulisan saya.
Langsung saja ceritannya yaitu yang
kami lakukan setelah selesai menunaikan sholat idul fitri. Sebelum kami saling
memohon ma’af lahir dan batin, kami sarapan bersama terlebih dahulu. Yup,
Soto ayam menjadi hidangan special, bersama keluarga besar, kebersamaan
menambah kelezatan menu sarapan kali
ini. Sudah kenyang dan saatnya untuk bersalam-salaman, kami saling
bersungkem untuk memohon ma’af lahir dan
batin terhadap segala salah dan khilaf yang telah di perbuat dengan anggota
keluarga.
Ada yang berbeda dengan lebaran tahun
ini. Biasanya setelah bersalaman dengan anggota keluarga, kami pergi ke rumah mbah
buyut, keluarga yang paling tua di antara kami. Mbah buyut saya
tersebut punya anak 11 yang masing-masing sudah punya anak cucu. Sehingga kalau
kami semua berkumpul, banyak sekali jadinya. Dan saat lebaran seperti ini
bisannya kami semua di pertemukan di rumah salah seorang anak yang merawat mbah
buyut tersebut. Untuk lebaran kali ini kami tidak lagi seperti itu karena mbah
buyut saya sudah meninggal sejak beberapa bulan silam, sehingga rumah nenek
saya menjadi tuan rumah lebaran tahun ini, saudara-saudara berdatangan ke
rumahku.
Nenek saya adalah anak yang paling tua,
sedangkan kakek saya juga yang tertua, sehingga selain para tetangga terdekat
yang datang, juga hampir semua saudara-saudara banyak bersillaturrahim ke
rumah. Rombongan masing-masing keluarga datang silih berganti, ada yang datang
pagi-pagi, siang, dan juga malam hari, dan yang terakhir saudara-saudara-ku
datang di hari lebaran ke tiga. Masing-masing keluarga datang ke rumah lengkap dengan
anak cucu mereka. Karena mereka datang ke rumah setahun sekali, sehingga setiap
ada yang datang kami menyambut mereka dengan penuh suka cita. Punya saudara
yang banyak begitu berkesan, apalagi saat lebaran seperti ini. Semoga jalinan
sillaturrahim di antara kami semua tetap langgeng selamannya.
Sekirannya para saudara sudah tidak ada yang
datang lagi, maka di hari lebaran ke tiga setelah sholat maghrib saya
berkeliling tetangga yang saat itu belum bertemu di rumah, terutama para
sesepuh di tetangga dekatku. Mereka juga sangat antusias menyambut kedatanganku.
Karena banyak dari mereka yang lama tidak melihat saya, ketika bersillaturrahim
ke tempat mereka berbagai pertanyaan-pun diajukan kapada saya. Esok harinya,
saya habiskan waktu untuk bersillaturrahim dengan orang penting di desaku,
seperti Pak Kasun, Pak Lurah, Pak Carik, dll, termasuk guru saya waktu di SD
dulu yang rumahnya masih se-desa. Sebenarnya lebaran ke-4 ini saya di ajak oleh
teman-teman saya untuk bersillaturrahim ke guru-guru waktu SMA. Waktu itu saya
sedang dimintai tolong nenek untuk mengantarkan ke tempat mbecek,
sehingga tidak bisa ikut, berharap di lain waktu saya bisa sillaturrahim ke
tempat mereka.
Lebaran ke-4, tepatnya pada waktu sore hari
saya berangkat ke T. Agung. Tanggal 21-7-2015 saya dan teman-teman akan
melaksanakan safari lebaran, salah satu agenda HMJ kami yang telah kami
sepakati sebelumnya. Bersillaturrahim kepada dosen-dosen bahasa inggris
terdekat dan juga teman-teman menjadi tujuan utama kami dalam agenda ini. Seharian
penuh ada enam dosen dan beberapa rumah teman yang kami datangi, jarak rumah
mereka yang cukup jauh membuat perjalanan kami memakan waktu yang lama,
sehingga hanya beberapa dosen saja yang sempat kami datangi. Sebagai bentuk
laporan pertanggung jawaban atas agenda ini, salah satu yang menjadi keharusan
untuk dilaksanakan adalah foto bareng, he e.
Tak lupa, hari itu juga sekalian saya
bersillaturrahim ke tetangga terdekat kos dan juga ke rumah teman-teman asatid
yang sama-sama mengajar di madrasah dekat kos saya, kirannya penting ini saya
lakukan karena akan bisa menambah persaudaraan di antara kami.
Hari kamis kami sekeluarga berencana untuk ikut
merayakan gebyar ketupat di Trenggalek. Pagi-pagi kami berangkat dari rumah.
Sudah tidak sabar melihat keramaian di kota Trenggalek, wabilkhusus di
Durenan saat lebaran ketupat seperti ini. Sampai di Trenggalek jam 9, biasannya
jam segini banyak warga yang sudah menyediakan ketupatnya, tapi kok suasanannya
masih biasa-biasa saja. Waladalah, ternyata gebyar ketupatnya masih
dilaksanakan ke-esokan harinya, tepatnya lebaran ke-8. Di tempatku lebaran
ketupat ini masih belum menjadi tradisi, sehingga tentang lebaran ketupat ini
kami masih kurang tahu lebih. Jadinnya ya begini … sampai di tempat, para warga
masih proses pembuatan anyaman ketupatnya. Ketupat kosongan-lah yang di jajakan
di pinggir jalan. Alhasil, tujuan kami berbelok seratus delapan puluh derajat
yaitu ke tempat bakso idola keluarga yang ada di Trenggalek, yaitu bakso Pak.
Slamet, rasa bakso-nya yang khas membuat kami sekeluarga ketagihan dengan bakso
Pak. Slamet ini. Karena waktu-nya masih panjang, sangat disayangkan jika harus
berbalik arah pulang, sehingga perjalanan masih kami teruskan menuju T. Agung,
ada keluarga yang ingin kami datangi di sana untuk bersillaturrahim.
Mumpung, bulan syawal masih tersisa, maka sebagai
akhir dari cerita yang saya tulis ini saya ingin mengucapkan minal’aidzin
wal faidzin, mohon ma’af lahir dan batin. Salam fitri 1436 H.
Happy writing on Wednesday Morning
Panggul, 29 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar