Senin, 17 Agustus 2015

Ikatan Hikmah untuk Perbaikan Diri



Judul                          : Mengikat Hikmah

Penulis                    : Dwi Suwiknyo

Penerbit                 : Pesantren Penulis, Yogyakarta

Tahun Terbit       : 2015

Halaman                : vi+50 hlm



            Memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik bahkan untuk bisa menjadi yang terbaik ternyata bisa dilakukan dengan jalan menulis, yaitu menuliskan seputar pengalaman hidup yang pernah kita alami. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari pastinya banyak sekali pengalaman yang kita dapatkan, baik itu pengalaman tentang hal-hal yang menyenangkan, maupun pengalaman yang menyedihkan, baik pengalaman yang biasa maupun yang luar biasa.

Penglaman memiliki hikmah bagi kita semua yang telah melaluinya. Pengalaman mempunyai sebuah histori tersendiri yang dimana terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari pengalaman tersebut, sehingga bisa menjadi petunjuk untuk kita dalam menghadapi masa depan. Untuk itu dengan memetik hikmah atau nilai positif yang ada pada pengalaman yang kita alami maka kita dapat menjadi seseorang atau pribadi yang lebih baik lagi dari pada yang sebelumnya.

Mengingat pentingnya menggali hikmah dari pengalaman hidup yang telah kita alami, maka  Bapak. Dwi Suwiknyo dalam bukunya “mengikat Hikmah” memberikan petunjuk kepada kita bagaimana dapat mengikat hikmah dari dalam diri kita dengan metode-metode praktis yang telah beliau berikan. Kita diajak oleh penulis untuk mencoba mengikat hikmah dari setiap pengalaman hidup ini dengan jalan menulisnya. Selain memberikan rasa lega yang amat sangat, mencatat setiap pengalaman hidup jelas mampu memberikan hikmah yang tidak akan terlupakan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang membacannya (Hal. 11).

Metode praktis dan aplikatif yang di suguhkan oleh penulis di dalam buku ini, diantarannya yaitu berani menCOBA (berani menuliskan celoteh batin). Dengan metode ini, kita diminta untuk mengingat kembali pengalaman hidup yang pernah kita alami. Menuliskan apa adanya apa yang kita batin, kita rasa, dan kita pikirkan. Karena tulisan ini sifatnya pribadi, sehingga penulis menyarankan agar kita menulisnya dalam buku diary yang begitu terjaga kerahasiannya.

Berani mencoba itu artinya berani menuliskan celoteh batin. Karena sifatnya rahasia, jadi tidak kita lisankan. Hanya menuliskan saja untuk kita baca sendiri, jadi bacaan pribadi. Manfa’atnya tidak lain untuk membuka diri, jujur mengalirkan perasaan, dan sebagai langkah awal kita supaya lebih mudah berdialog dengan diri-sendiri. ini jelas smembutuhkan keberanian (Hal. 24)

Berdialog dengan diri-sendiri (berDIRI) juga menjadi metode praktis untuk mengikat hikmah. Metode ini sebenarnya hampir sama dengan menCOBA, hanya saja tahapannya yang berbeda. Metode berDIRI dimulai dengan mingingat sebuah kejadian yang sangat berkesan dalam diri kita, baik itu menyenangkan, menyedihkan, atau yang menjengkelkan. Kita harus berusaha untuk bisa mengingat kejadian tersebut dengan sedetail-detailnya. Setelah berhasil mengingat semua kejadian itu, lalu kita memulai untuk menjawab beberapa pertanyaan sesuai dengan apa yang yang telah terekam dalam pikiran kita, misalnya kejadian apa yang diingat? Kapan kejadian itu terjadi? Siapa saja yang terlibat? Dimana kejadian itu berlangsung? Bagaimana runtut kejadiannya? dan Mengapa kejadian itu terajdi?. Kalau semua pertanyaan tersebut berhasil dijawab, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan jawaban-jawaban tersebut menjadi sebuah narasi. Diri kita sendiri yang akan menjadi subjek cerita yang kita buat di dalam cerita tersebut.

Agar ceritanya bisa lebih hidup, penulis menyarankan untuk menggunakan kalimat langsung dalam bentuk dialog. Juga menyertakan suara-suara saat itu untuk penguatan suasana dalam cerita. Setelah saya baca contoh yang telah penulis buat, hasilnya akan seperti cerpen. Tapi yang ini lebih berkesan karena di tulis berdasarkan pengalaman pribadi. Tahapan yang terakhir adalah mengikat hikmah dari cerita yang telah kita buat. Di akhir ceritanya, kita bisa menuliskan pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita tersebut.

Setelah berhasil mengikat hikmah dalam bentuk ikatan hikmah itu, maka kita bisa memberikan label ikatan hikmah tersebut dengan nama kita, karena kita telah berhasil melahirkan ikatan hikmah tersebut secara mandiri. Sepertinya akan keren juga kalau misalnya setiap harinya bisa menghasilkan ikatan hikmah itu, akan seperti Pak. Mario Teguh gitu, he e,

            Sekarang saya sudah menemukan solusinya…sebenarnya saya sudah menuliskan kejadian yang saya alami setiap harinya itu dalam sebuah buku pribadi, niatnya sich juga untuk untuk menuliskan pemgalaman hidup. Saya menuliskannya bukan pada setiap kejadian yang paling berkesan lalu mengingat kejadian itu hingga detail , tapi saya menuliskan kejadian dalam seharinya dari pagi sampai malam lalu saya jadikan menjadi sebuah cerita. Jadi buku diary saya itu seperti laporan aktivitas sehari-hari yang saya mulai dari bangun tidur, hingga tidur lagi dalam bentuk cerita. Kadang saya merasa bosan untuk menuliskannya, karena kesannya kejadian yang saya alami itu sama saja setiap harinya. Dengan menggunakan metode-metode praktis yang penulis berikan lewat buku ini, kirannya akan bisa menghilangakan rasa bosan saya, terkesan lebih asyik dan meyenangkan, apalagi bisa menghasilkan ikatan hikmah juga. Berarti kajadian yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, tidak apa-apa donk digunakan untuk mengikat hikmah ini, selama masih bisa mengingat dengan detail kejadian itu.

Menulis yang dilakukan dengan sepenuh hati ternyata juga memberikan manfa’at yang luar biasa bagi kesehatan. Dalam buku ini penulis menyatakan bahwa menulis adalah terapi termurah untuk menahan laju kepikunan. Dalam hal ini, Rasulullah pun telah bersabda bahawa “Semua penyakit di dunia ini ada obatnya, kecuali rambut memutih (uban), kepikunan, dan kematian.” (hal. 25). Karena kepikunan ini sudah jelas tidak ada obatnya, maka yang hanya bisa kita lakukan adalah dengan menundannya, yaitu dengan tetap beraktivitas, salah satunya dengan jalan MENULIS, dalam hal ini yaitu mengikat hikmah dari setiap pengalaman hidup.

Setelah selesai membaca buku ini, yang ada adalah keinginan yang kuat untuk segera menerapkan metode yang diberikan oleh penulis. Saya merasakan manfa’at dari membaca buku ini. Buku “Mengikat Hikmah” memang luar biasa. Buku ini memang sangat tipis, karena ketebalannya hanya 50 halaman saja, tapi isinya begitu ringkas, padat, dan sarat makna. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, dan penjelsannya juga sangat clear. Buku ini kirannya sangat cocok dipunyai oleh seseorang yang sedang belajar menulis, seperti saya, he e  ^__^.

Lebih senangnya lagi, karena buku “Mengikat Hikmah” ini saya pesan dari penulisnya langsung, yaitu Bapak. Dwi Suwiknyo. Senang sekali. Meskipun belum bisa belajar langsung dengan beliau, sehendaknya dari buku yang telah beliau tulis ini, saya sudah bisa belajar. Sukses selalu untuk karya-karya-nya Pak. Dwi Suwiknyo.


Panggul, 15-8-2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...