Judul : Mengikat Hikmah
Penulis : Dwi Suwiknyo
Penerbit : Pesantren Penulis, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2015
Halaman :
vi+50 hlm
Memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik
bahkan untuk bisa menjadi yang terbaik ternyata bisa dilakukan dengan jalan
menulis, yaitu menuliskan seputar pengalaman hidup yang pernah kita alami.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari pastinya banyak sekali pengalaman yang
kita dapatkan, baik itu pengalaman tentang hal-hal yang menyenangkan, maupun
pengalaman yang menyedihkan, baik pengalaman yang biasa maupun yang luar biasa.
Penglaman memiliki hikmah bagi
kita semua yang telah melaluinya. Pengalaman mempunyai sebuah histori
tersendiri yang dimana terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik
dari pengalaman tersebut, sehingga bisa menjadi petunjuk untuk kita dalam
menghadapi masa depan. Untuk itu dengan memetik hikmah atau nilai positif yang
ada pada pengalaman yang kita alami maka kita dapat menjadi seseorang atau
pribadi yang lebih baik lagi dari pada yang sebelumnya.
Mengingat pentingnya menggali
hikmah dari pengalaman hidup yang telah kita alami, maka Bapak. Dwi Suwiknyo dalam bukunya “mengikat
Hikmah” memberikan petunjuk kepada kita bagaimana dapat mengikat hikmah dari
dalam diri kita dengan metode-metode praktis yang telah beliau berikan. Kita
diajak oleh penulis untuk mencoba mengikat hikmah dari setiap pengalaman hidup
ini dengan jalan menulisnya. Selain memberikan rasa lega yang amat sangat,
mencatat setiap pengalaman hidup jelas mampu memberikan hikmah yang tidak akan
terlupakan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang membacannya (Hal.
11).
Metode praktis dan aplikatif
yang di suguhkan oleh penulis di dalam buku ini, diantarannya yaitu berani
menCOBA (berani menuliskan celoteh batin). Dengan metode ini, kita diminta
untuk mengingat kembali pengalaman hidup yang pernah kita alami. Menuliskan apa
adanya apa yang kita batin, kita rasa, dan kita pikirkan. Karena tulisan ini
sifatnya pribadi, sehingga penulis menyarankan agar kita menulisnya dalam buku
diary yang begitu terjaga kerahasiannya.
Berani mencoba itu artinya
berani menuliskan celoteh batin. Karena sifatnya rahasia, jadi tidak kita
lisankan. Hanya menuliskan saja untuk kita baca sendiri, jadi bacaan pribadi.
Manfa’atnya tidak lain untuk membuka diri, jujur mengalirkan perasaan, dan
sebagai langkah awal kita supaya lebih mudah berdialog dengan diri-sendiri. ini
jelas smembutuhkan keberanian (Hal. 24)
Berdialog dengan diri-sendiri
(berDIRI) juga menjadi metode praktis untuk mengikat hikmah. Metode ini
sebenarnya hampir sama dengan menCOBA, hanya saja tahapannya yang berbeda.
Metode berDIRI dimulai dengan mingingat sebuah kejadian yang sangat berkesan
dalam diri kita, baik itu menyenangkan, menyedihkan, atau yang menjengkelkan.
Kita harus berusaha untuk bisa mengingat kejadian tersebut dengan
sedetail-detailnya. Setelah berhasil mengingat semua kejadian itu, lalu kita
memulai untuk menjawab beberapa pertanyaan sesuai dengan apa yang yang telah
terekam dalam pikiran kita, misalnya kejadian apa yang diingat? Kapan
kejadian itu terjadi? Siapa saja yang terlibat? Dimana kejadian
itu berlangsung? Bagaimana runtut kejadiannya? dan Mengapa kejadian
itu terajdi?. Kalau semua pertanyaan tersebut berhasil dijawab, maka langkah
selanjutnya adalah mengembangkan jawaban-jawaban tersebut menjadi sebuah
narasi. Diri kita sendiri yang akan menjadi subjek cerita yang kita buat di
dalam cerita tersebut.
Agar ceritanya bisa lebih
hidup, penulis menyarankan untuk menggunakan kalimat langsung dalam bentuk
dialog. Juga menyertakan suara-suara saat itu untuk penguatan suasana dalam
cerita. Setelah saya baca contoh yang telah penulis buat, hasilnya akan seperti
cerpen. Tapi yang ini lebih berkesan karena di tulis berdasarkan pengalaman
pribadi. Tahapan yang terakhir adalah mengikat hikmah dari cerita yang telah
kita buat. Di akhir ceritanya, kita bisa menuliskan pelajaran apa yang bisa
diambil dari cerita tersebut.
Setelah berhasil mengikat
hikmah dalam bentuk ikatan hikmah itu, maka kita bisa memberikan label ikatan
hikmah tersebut dengan nama kita, karena kita telah berhasil melahirkan ikatan
hikmah tersebut secara mandiri. Sepertinya akan keren juga kalau misalnya
setiap harinya bisa menghasilkan ikatan hikmah itu, akan seperti Pak. Mario
Teguh gitu, he e,
Sekarang saya sudah menemukan solusinya…sebenarnya saya
sudah menuliskan kejadian yang saya alami setiap harinya itu dalam sebuah buku
pribadi, niatnya sich juga untuk untuk menuliskan pemgalaman hidup. Saya
menuliskannya bukan pada setiap kejadian yang paling berkesan lalu mengingat
kejadian itu hingga detail , tapi saya menuliskan kejadian dalam seharinya dari
pagi sampai malam lalu saya jadikan menjadi sebuah cerita. Jadi buku diary saya
itu seperti laporan aktivitas sehari-hari yang saya mulai dari bangun tidur,
hingga tidur lagi dalam bentuk cerita. Kadang saya merasa bosan untuk
menuliskannya, karena kesannya kejadian yang saya alami itu sama saja setiap
harinya. Dengan menggunakan metode-metode praktis yang penulis berikan lewat
buku ini, kirannya akan bisa menghilangakan rasa bosan saya, terkesan lebih
asyik dan meyenangkan, apalagi bisa menghasilkan ikatan hikmah juga. Berarti
kajadian yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, tidak apa-apa donk
digunakan untuk mengikat hikmah ini, selama masih bisa mengingat dengan detail
kejadian itu.
Menulis yang dilakukan dengan
sepenuh hati ternyata juga memberikan manfa’at yang luar biasa bagi kesehatan.
Dalam buku ini penulis menyatakan bahwa menulis adalah terapi termurah untuk
menahan laju kepikunan. Dalam hal ini, Rasulullah pun telah bersabda bahawa “Semua
penyakit di dunia ini ada obatnya, kecuali rambut memutih (uban), kepikunan,
dan kematian.” (hal. 25). Karena kepikunan ini sudah jelas tidak ada obatnya,
maka yang hanya bisa kita lakukan adalah dengan menundannya, yaitu dengan tetap
beraktivitas, salah satunya dengan jalan MENULIS, dalam hal ini yaitu mengikat
hikmah dari setiap pengalaman hidup.
Setelah selesai membaca buku
ini, yang ada adalah keinginan yang kuat untuk segera menerapkan metode yang
diberikan oleh penulis. Saya merasakan manfa’at dari membaca buku ini. Buku
“Mengikat Hikmah” memang luar biasa. Buku ini memang sangat tipis, karena
ketebalannya hanya 50 halaman saja, tapi isinya begitu ringkas, padat, dan
sarat makna. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, dan penjelsannya juga
sangat clear. Buku ini kirannya sangat cocok dipunyai oleh seseorang
yang sedang belajar menulis, seperti saya, he e
^__^.
Lebih senangnya lagi, karena
buku “Mengikat Hikmah” ini saya pesan dari penulisnya langsung, yaitu Bapak.
Dwi Suwiknyo. Senang sekali. Meskipun belum bisa belajar langsung dengan
beliau, sehendaknya dari buku yang telah beliau tulis ini, saya sudah bisa
belajar. Sukses selalu untuk karya-karya-nya Pak. Dwi Suwiknyo.
Panggul, 15-8-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar