Senin, 10 Agustus 2015

Membacalah untuk Hidup



Judul                        : The Power of Reading
Penulis                    : Ngainun Naim
Penerbit                 : Aura Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit       : 2013
Halaman                : xvi+199 hlm


Buku “The Power of Reading” sangat bermanfa’at. Secara garis besar buku ini mengupas tentang peran penting kegiatan membaca dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan tema yang di berikan oleh penulis “Menggali Kekuatan Membaca untuk Melejitkan Potensi Diri”, maka sudah tentu bahwa dengan membaca potensi diri akan meningkat. Dalam pengantarnya, penulis menyebutkan bahwa membaca bisa membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya yang kerdil. Lewat membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak bertepi. Penulis juga mengungkapkan bahwa dengan membaca tidak hanya mampu menghadirkan setumpuk mozaik wawasan, tetapi juga mampu memberdayakan dan membuat hidup menjadi lebih berkualitas.
Buku dengan ketebalan hampir mencapai 200 halaman ini terbagi ke dalam 5 bab. Setiap babnya disajikan dengan bahasa yang ringan dan mengalir. Penulis begitu lihai dalam merangkai kata-katannya, sehingga pembaca bisa dengan mudah memahami apa yang penulis sampaikan. Setumpuk cerita inspiratif dan motivasi-motivasi yang berkaitan dengan membaca juga dihadirkan oleh penulis di dalam buku  “The Power of Reading”. Dengan membaca buku ini, maka kita akan menemukan energi baru, mendapatkan suntikan semangat, sehingga timbul gairah untuk membaca. SILAHKAN MENCOBANYA!
Bab pertama dalam buku ini berisikan konsep dasar yang membahas tentang makna membaca. Di awal-awal pembahasannya penulis terlebih dahulu mengajak pembaca untuk merenungkan tentang potret buram membaca, khususnya yang terjadi di negara kita. Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan informasi  semakin cepat, seharusnya sudah menjadi kewajiban kita untuk menjadikan membaca sebagai aktivitas yang sudah melekat dalam diri setiap individu, supaya bisa mengimbangi laju pesatnya informasi tersebut. Barangkali kita juga sadar bahwa di era ini perkembangan tekhnologi juga semakin pesat, dimana hampir setiap individu memiliki gadget, seperti HP, laptop, tablet, dan sebagainya. Keadaan ini sebenarnya bisa menjadikan peluang besar untuk membuat aktivitas membaca masyarakat Indonesia bisa meningkat.
Namun kenyataan yang ada malah bertolak belakang, minat membaca masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara lain begitu memprihatinkan. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menyajikan beberapa data penelitian, diantaranya, pada  tahun 2006, minat membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi paling rendah di kawasan Asia. Sementara Internatioanl Educational Achievement mencatat kemampuan membaca siswa Indonesia berada di posisi paling rendah se-kawasan ASEAN. Kesimpulan itu diambil dari penelitian atas 39 negara, dan Indonesia menempati urutan ke-38, itu artinya Indonesia menempati urutan ke-2 dari bawah. Rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia adalah persoalan bagaimana minat membaca dapat ditumbuhkembangkan secara lebih luas kepada masyarakat. Minat membaca bukan hanya berkaitan dengan harapan dan kampanye, tetapi bagaimana membaca dapat tumbuh menjadi budaya yang mengakar kuat (halaman 4-5).
Berkaitan dengan persoalan tersebut, di bab selanjutnya penulis memberikan ulasan tentang bagiamana menumbuhkan minat membaca. Ada tiga hal penting yang harus di perhatikan agar minat membaca dapat tumbuh. Pertama, mulailah sejak dini. Sosok yang telah memiliki tradisi membaca semenjak usia dini , misalnya J.K. Rowling, ia adalah sosok pembaca buku yang rajin. Pada masa kecilnya, ayah Rowling dengan sangat telaten membacakan cerita untuknya. Rowling pernah menuturkan, “Kenanganku yang paling jelas mengenai masa kanak-kanakku adalah ayahku duduk dan membacakanku The Wind the Willows”. Bacaan demi bacaan yang terus digelontorkan oleh orang tuanya pada masa kecil secara tidak disadari telah membuat kesan hebat pada diri si kecil Joanne (halaman 164). Sosok lainya adalah Helvy Tiana Rosa. Keinginan membaca dimulai dari tradisi mendongeng ibunya yang dilakukan setiap malam. Dongeng tampaknya menjadi pintu gerbang bagi Helvy dan saudara-saudarannya untuk mencintai buku (halaman 46)
Memang peran orang tua begitu sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan minat membaca seseorang, yakni dengan cara membiasakan anak-anak di usia dini mengenal apa yang dinamakan buku dan membiasakannya untuk membaca. Hal ini penting dilakukan oleh orang tua dengan harapan agar terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri si anak, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bagi mereka.
Kedua, membangun kecintaan pada buku. Seperti apa yang dikatakan oleh penulis, membaca bukanlah sebuah kewajiban yang datang dari luar dan harus dilakukan dengan terpaksa, melainkan sebuah kebutuhan yang timbul dari dalam diri dan tentu saja akan dilakukan dengan senang hati. Sehingga untuk menumbuhkan minat membaca dalam diri kita tergantung kepada usaha masing-masing pribadi (halaman 57).
Ketiga, menyediakan bahan bacaan. Bagaimana minat membaca bisa tumbuh, jika tidak ada bahan bacaan yang akan dibaca. Sehingga tersedianya bahan bacaan juga menjadi salah satu faktor penting untuk menumbuhkan minat membaca seseorang. Dalam hal ini penulis memaparkan beberapa sumber yang memiliki potensi besar akan tersediannya bahan bacaan, yaitu toko buku, perpustakaan, pameran, toko buku loakan, internet, dan kliping.
Ketika membaca bab 3, maka disitu kita akan menemukan judul pembahasan yang sangat menarik, yaitu mewaspadai dampak negative membaca. Selain mendapatkan segudang manfa’at dari kegiatan membaca ini, kita ternyata juga bisa mendapatkan efek negatifnya, terutama lewat bahan bacaan yang kita baca. Tidak semua bahan bacaan memberikan dampak positif kepada pembaca, sehingga kita harus bisa selektif dalam memilih bahan bacaan yang akan dibaca.
Agar membaca bisa menjadi kontribusi positif dalam diri kita, menentukan niat dan tujuan yang baik juga harus diutamakan.. Sosok Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shidieqy ini penting untuk dijadikan teladan. Sepanjang hidupnya, beliau selalu membaca dan menulis. Pada diri Prof. Hasbi, membaca adalah sebuah aktivitas yang melekat dalam kehidupannya. Namun demikian yang istimewa, Prof. Hasbi menjadikan membaca bukan sekedar untuk memperkaya lumbung pengetahuan dirinya, tetapi memiliki nilai intrinsik yang jauh lebih fundamental, yaitu ibadah dan bagian dari bekal akhirat (halaman 87-89).
Membacalah untuk hidup adalah sebuah niat mulia yang kiranya sangat penting untuk ditanamkan dalam diri kita. Menarik menyimak ungkapan Gustave Flaubert – Novelis abad ke-19 asal perancis “Jangan membaca seperti kanak-kanak, dengan maksud menghibur diri. Atau seperti orang yang ambisius dengan maksud mencari bahan pengajaran. Membacalah untuk hidup”. Membaca untuk hidup ini dapat dimaknai sebagai usaha untuk menjadikan hidup senantiasa diinspirasi oleh spirit dan nilai-nilai kebajikan yang dipungut dari teks yang dibaca. Hidup semacam ini selalu saja memasukkan berbagai manfa’at dan berbagai pengetahuan yang diperoleh dari buku. Dengan demikian, membaca akan mewarnai dan menentukan hidup seseorang. (halaman 101).
Salah satu yang membuat buku ini memiliki sisi lebih karena penulis juga meyuguhkan secara langsung aneka metode membaca dari tiga tokoh besar, yaitu The Liang Gie, Henry Guntur Tarigan, dan Hernowo. Agar kegiatan membaca kita tidak hanya sekedar membaca, tapi agar kegiatan membaca bisa mencapai hasil yang optimal, bisa menangkap makna dan mengikat hikmah dari bacaan yang dibaca, maka perlu adanya tekhnik membaca yang tepat. Lewat metode-metode tersebut, kita bisa memilihnya sesuai dengan karakteristik setiap individu.
Yang sangat menarik perhatian saya yaitu ketika membaca di bab terakhir dari buku ini. Pada bab 5, Pak Ngainun Naim memberikan contoh dari sosok-sosok luar biasa yang hidupnya berubah karena membaca. Sosok Edward Bok misalnya, biografi telah mengantarkanya menjadi penulis handal. Semua bermula dari sebuah langkah mndasar, yaitu membeli dan kemudian membaca secara intensif biografi mereka. Begitulah, membaca kisah hidup para tokoh telah mengubah kehidupannya. Box menjadi penulis biografi yang ternama, ia telah mewawancarai ratusan tokoh terkenal dan menuliskan biografi mereka (halaman 158).
Sosok lain misalnya, yang dialami oleh seorang ilmuwan besar dunia, yaitu Thomas Alfa Edison. Sosok yang dalam rentang perjalanan hidupnya telah mematenkan tidak kurang dari 1300 penemuan ini ternyata tidak tamat sekolah. Bahkan ia hanya sekitar tiga tahun mengenyam bangku sekolah, ia hanya sekitar tiga tahun saja mengenyam bangku sekolah. Setelah tidak bersekolah lagi, Ibunya, Nancy Edison bertindak sebagai ‘guru privat’ bagi putranya. Nancy begitu bersemangat memberi pelajaran bagi anaknya tersebut. Berbagai buku bacaan diberikan kepada putranya. Salah satu buku yang menarik minat Edison, dan begitu mempengaruhi kariernya kemudian adalah Ikhtisar Filosofi Alamiah dan Eksperimental. Buku ini tidak hanya menarik minat belajar Edison, tetapi juga mendorongnya untuk melakukan eksperimen. Bacaan-bacaan yang diberikan oleh ibunya telah mempengaruhi Edison sehingga ia menjadi penemu legendaries (halaman 160-163). Spirit Edison ini layak  diteladani dalam menumbuhkan gairah kita dalam membaca. Dan masih banyak lagi sosok lain yang berubah hidupnya akibat membaca  yang ada di dalam buku ini.
Melalui buku inspiratif “The Power of Reading”, penulis berusaha mendorong kita agar semangat membaca bisa tumbuh. Mengingat pentingnya makna membaca dalam kehidupan kita, maka sudah seharusnya menjadikan membaca sebagai aktivitas yang tidak terpisahkan. Apalagi kami yang notabene menjadi seseorang berkecimpung dalam dunia pendidikan, maka membaca akan berperan lebih penting lagi. Dalam buku ini dituliskan bahwa, Pendidikan tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh. Mari membaca untuk kebutuhan hidup  ^__^

.




           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...