Judul : The Power of Reading
Penulis :
Ngainun Naim
Penerbit :
Aura Pustaka, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
Halaman : xvi+199 hlm
Buku “The Power of Reading” sangat bermanfa’at.
Secara garis besar buku ini mengupas tentang peran penting kegiatan membaca
dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan tema yang di berikan oleh penulis “Menggali
Kekuatan Membaca untuk Melejitkan Potensi Diri”, maka sudah tentu bahwa dengan
membaca potensi diri akan meningkat. Dalam pengantarnya, penulis menyebutkan
bahwa membaca bisa membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya yang
kerdil. Lewat membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak
bertepi. Penulis juga mengungkapkan bahwa dengan membaca tidak hanya mampu
menghadirkan setumpuk mozaik wawasan, tetapi juga mampu memberdayakan dan
membuat hidup menjadi lebih berkualitas.
Buku dengan ketebalan hampir mencapai 200
halaman ini terbagi ke dalam 5 bab. Setiap babnya disajikan dengan bahasa yang
ringan dan mengalir. Penulis begitu lihai dalam merangkai kata-katannya,
sehingga pembaca bisa dengan mudah memahami apa yang penulis sampaikan. Setumpuk
cerita inspiratif dan motivasi-motivasi yang berkaitan dengan membaca juga
dihadirkan oleh penulis di dalam buku
“The Power of Reading”. Dengan membaca buku ini, maka kita akan
menemukan energi baru, mendapatkan suntikan semangat, sehingga timbul gairah
untuk membaca. SILAHKAN MENCOBANYA!
Bab pertama dalam buku ini berisikan konsep
dasar yang membahas tentang makna membaca. Di awal-awal pembahasannya penulis
terlebih dahulu mengajak pembaca untuk merenungkan tentang potret buram membaca,
khususnya yang terjadi di negara kita. Di era globalisasi seperti sekarang ini,
perkembangan informasi semakin cepat,
seharusnya sudah menjadi kewajiban kita untuk menjadikan membaca sebagai
aktivitas yang sudah melekat dalam diri setiap individu, supaya bisa mengimbangi
laju pesatnya informasi tersebut. Barangkali kita juga sadar bahwa di era ini
perkembangan tekhnologi juga semakin pesat, dimana hampir setiap individu
memiliki gadget, seperti HP, laptop, tablet, dan sebagainya. Keadaan ini
sebenarnya bisa menjadikan peluang besar untuk membuat aktivitas membaca
masyarakat Indonesia bisa meningkat.
Namun kenyataan yang ada malah bertolak
belakang, minat membaca masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara lain
begitu memprihatinkan. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis menyajikan
beberapa data penelitian, diantaranya, pada
tahun
2006, minat membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi paling rendah di
kawasan Asia. Sementara Internatioanl
Educational Achievement mencatat kemampuan membaca siswa Indonesia berada
di posisi paling rendah se-kawasan ASEAN. Kesimpulan itu diambil dari
penelitian atas 39 negara, dan Indonesia menempati urutan ke-38, itu artinya
Indonesia menempati urutan ke-2 dari bawah. Rendahnya minat membaca masyarakat
Indonesia adalah persoalan bagaimana minat membaca dapat ditumbuhkembangkan
secara lebih luas kepada masyarakat. Minat membaca bukan hanya berkaitan dengan
harapan dan kampanye, tetapi bagaimana membaca dapat tumbuh menjadi budaya yang
mengakar kuat (halaman 4-5).
Berkaitan dengan
persoalan tersebut, di bab selanjutnya penulis memberikan ulasan tentang bagiamana
menumbuhkan minat membaca. Ada tiga hal penting yang harus di perhatikan agar
minat membaca dapat tumbuh. Pertama, mulailah sejak dini. Sosok yang telah memiliki
tradisi membaca semenjak usia dini , misalnya J.K. Rowling, ia adalah sosok
pembaca buku yang rajin. Pada masa kecilnya, ayah Rowling dengan sangat telaten
membacakan cerita untuknya. Rowling pernah menuturkan,
“Kenanganku yang paling jelas mengenai masa kanak-kanakku adalah ayahku duduk
dan membacakanku The Wind the Willows”. Bacaan demi
bacaan yang terus digelontorkan oleh orang tuanya pada masa kecil secara tidak
disadari telah membuat kesan hebat pada diri si kecil Joanne (halaman
164). Sosok lainya adalah Helvy
Tiana Rosa. Keinginan membaca dimulai dari tradisi mendongeng ibunya yang
dilakukan setiap malam. Dongeng tampaknya menjadi pintu gerbang bagi Helvy dan
saudara-saudarannya untuk mencintai buku (halaman 46)
Memang peran orang tua
begitu sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan minat membaca seseorang, yakni
dengan cara membiasakan anak-anak di usia dini mengenal apa yang dinamakan buku
dan membiasakannya untuk membaca. Hal ini penting dilakukan
oleh orang tua dengan harapan agar terbentuk kepribadian yang kuat dalam
diri si anak, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bagi mereka.
Kedua, membangun kecintaan pada buku. Seperti apa
yang dikatakan oleh penulis, membaca bukanlah sebuah kewajiban yang datang dari
luar dan harus dilakukan dengan terpaksa, melainkan sebuah kebutuhan yang
timbul dari dalam diri dan tentu saja akan dilakukan dengan senang hati.
Sehingga untuk menumbuhkan minat membaca dalam diri kita tergantung kepada
usaha masing-masing pribadi (halaman 57).
Ketiga, menyediakan bahan bacaan. Bagaimana minat
membaca bisa tumbuh, jika tidak ada bahan bacaan yang akan dibaca. Sehingga
tersedianya bahan bacaan juga menjadi salah satu faktor penting untuk
menumbuhkan minat membaca seseorang. Dalam hal ini penulis memaparkan beberapa
sumber yang memiliki potensi besar akan tersediannya bahan bacaan, yaitu toko
buku, perpustakaan, pameran, toko buku loakan, internet, dan kliping.
Ketika membaca bab 3, maka disitu kita akan
menemukan judul pembahasan yang sangat menarik, yaitu mewaspadai dampak
negative membaca. Selain mendapatkan segudang manfa’at dari kegiatan membaca
ini, kita ternyata juga bisa mendapatkan efek negatifnya, terutama lewat bahan
bacaan yang kita baca. Tidak semua bahan bacaan memberikan dampak positif
kepada pembaca, sehingga kita harus bisa selektif dalam memilih bahan bacaan
yang akan dibaca.
Agar membaca bisa menjadi kontribusi positif
dalam diri kita, menentukan niat dan tujuan yang baik juga harus diutamakan.. Sosok
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shidieqy ini penting untuk dijadikan teladan.
Sepanjang hidupnya, beliau selalu membaca dan menulis. Pada diri Prof. Hasbi,
membaca adalah sebuah aktivitas yang melekat dalam kehidupannya. Namun demikian
yang istimewa, Prof. Hasbi menjadikan membaca bukan sekedar untuk memperkaya
lumbung pengetahuan dirinya, tetapi memiliki nilai intrinsik yang jauh lebih
fundamental, yaitu ibadah dan bagian dari bekal akhirat (halaman 87-89).
Membacalah untuk hidup adalah sebuah niat mulia
yang kiranya sangat penting untuk ditanamkan dalam diri kita. Menarik menyimak
ungkapan Gustave Flaubert – Novelis abad ke-19 asal perancis “Jangan membaca
seperti kanak-kanak, dengan maksud menghibur diri. Atau seperti orang yang
ambisius dengan maksud mencari bahan pengajaran. Membacalah untuk hidup”.
Membaca untuk hidup ini dapat dimaknai sebagai usaha untuk menjadikan hidup
senantiasa diinspirasi oleh spirit dan nilai-nilai kebajikan yang dipungut dari
teks yang dibaca. Hidup semacam ini selalu saja memasukkan berbagai manfa’at
dan berbagai pengetahuan yang diperoleh dari buku. Dengan demikian, membaca
akan mewarnai dan menentukan hidup seseorang. (halaman 101).
Salah satu yang membuat buku ini memiliki sisi
lebih karena penulis juga meyuguhkan secara langsung aneka metode membaca dari
tiga tokoh besar, yaitu The Liang Gie, Henry Guntur Tarigan, dan Hernowo. Agar
kegiatan membaca kita tidak hanya sekedar membaca, tapi agar kegiatan membaca
bisa mencapai hasil yang optimal, bisa menangkap makna dan mengikat hikmah dari
bacaan yang dibaca, maka perlu adanya tekhnik membaca yang tepat. Lewat
metode-metode tersebut, kita bisa memilihnya sesuai dengan karakteristik setiap
individu.
Yang sangat menarik perhatian saya yaitu ketika
membaca di bab terakhir dari buku ini. Pada bab 5, Pak Ngainun Naim memberikan
contoh dari sosok-sosok luar biasa yang hidupnya berubah karena membaca. Sosok
Edward Bok misalnya,
biografi telah mengantarkanya menjadi penulis handal. Semua bermula dari sebuah
langkah mndasar, yaitu membeli dan kemudian membaca secara intensif biografi
mereka. Begitulah, membaca kisah hidup para tokoh telah mengubah kehidupannya.
Box menjadi penulis biografi yang ternama, ia telah mewawancarai ratusan tokoh
terkenal dan menuliskan biografi mereka (halaman 158).
Sosok
lain misalnya, yang dialami oleh seorang ilmuwan besar dunia, yaitu
Thomas Alfa Edison. Sosok
yang dalam rentang perjalanan hidupnya telah mematenkan tidak kurang dari 1300
penemuan ini ternyata tidak tamat sekolah. Bahkan ia hanya sekitar tiga tahun
mengenyam bangku sekolah, ia hanya sekitar tiga tahun saja mengenyam bangku
sekolah. Setelah tidak bersekolah lagi, Ibunya, Nancy Edison bertindak sebagai
‘guru privat’ bagi putranya. Nancy begitu bersemangat memberi pelajaran bagi
anaknya tersebut. Berbagai buku bacaan diberikan kepada putranya. Salah satu
buku yang menarik minat Edison, dan begitu mempengaruhi kariernya kemudian adalah Ikhtisar Filosofi Alamiah dan Eksperimental.
Buku ini tidak hanya menarik minat belajar Edison, tetapi juga mendorongnya
untuk melakukan eksperimen.
Bacaan-bacaan yang diberikan oleh ibunya telah mempengaruhi Edison sehingga ia
menjadi penemu legendaries (halaman 160-163). Spirit Edison ini layak
diteladani dalam menumbuhkan gairah kita dalam membaca. Dan masih
banyak lagi sosok lain yang
berubah hidupnya
akibat membaca yang ada di dalam
buku ini.
Melalui buku inspiratif “The Power of Reading”,
penulis berusaha mendorong kita agar semangat membaca bisa tumbuh. Mengingat
pentingnya makna membaca dalam kehidupan kita, maka sudah seharusnya menjadikan
membaca sebagai aktivitas yang tidak terpisahkan. Apalagi kami yang notabene
menjadi seseorang berkecimpung dalam dunia pendidikan, maka membaca akan
berperan lebih penting lagi. Dalam buku ini dituliskan bahwa, Pendidikan
tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh. Mari membaca untuk kebutuhan
hidup ^__^
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar