Buku yang berjudul “Bersyukur Saat Diuji”
ini sedikit demi sedikit sudah mulai saya cicipi. Ada beberapa bab yang sudah
selesai saya baca. Dan malam ini saya membaca salah satu bab yang terdapat
dalam buku ini yang sangat memotivasi, judulnya adalah memahami tabir, nasib,
dan tabir. Salah satu topic yang dibahas yaitu tentang perjuangan seorang ulama
besar, bernama Ibn Hajar dalam menuntut ilmu.
Dalam
buku ini diceritakan bahwa Ibn Hajar itu adalah sosok memiliki semangat tinggi
dalam mencari ilmu. Semangatnya dibuktikan dengan perjuangan beliau ketika itu,
ia berkelana dengan banyak guru dan menuntut ilmu ke berbagai tempat dengan
waktu yang sangat lama. Pada saat menuntut ilmu itu sebenarnya ia terkenal
dengan sosok yang sangat rajin, namun sayangnya ilmu-ilmu yang diberikan oleh
sang guru sangat sulit diterimanya. Kepandaian tak juga mampir ke dalam dirinya
meskipun telah belajar selama bertahun-tahun. Ibn Hajar sempat hopeless juga
ketika itu dengan kenyataan pahit tersebut. Ia frustasi dan memutuskan
untuk putus sekolah. Akhirnya Ibn Hajar pulang ke negeri asalnya.
Di
tengah perjalanan, ia beristrirahat di sebuah gua. DI gua tersebut, Ibn Hajar melihat
ada batu yang berlubang karena tetesan air dari atas gua tersebut. Padahal air
itu hanya menetes sekali-sekali (tapi terus-menerus), kenapa bisa sampai bisa membuat
batu itu berlubang, sungguh keajaiban. Ia begitu trenyuh saat melihat kejadian
itu.
Dari
kejadian batu itu, semangat Ibn Hajar untuk menuntut ilmu kembali bergejolak. “Jika batu saja bisa berlubang karena
terus-menerus ditetesi air, maka otakku akan lebih bisa mengalami hal serupa.”
Prinsip itulah yang akhirnya bisa membuat dirinya berubah. Ibn Hajar
membandingkan dengan akal dan pikirannya yang dianggapnya keras, beliau
berkesimpulan bahwa suatu saat jika tekun belajar maka akal, pikirannya juga
akan lunak sebagaimana batu yang telah berlubang akibat tetesan air tersebut. Maka
kembalilah beliau kepada sang guru untuk belajar lagi, mempraktekkan cara
belajar seperti tetesan air pada batu yang dilihatnya di gua tersebut, harus
dibarengi dengan ketekunan, rajin, dan juga harus sabar.
Semangat
tinggi untuk terus belajar telah tertanam kuat-kuat dalam dirinya. Hari-harinya
kemudian beliau isi dengan terus membaca, menghafal serta mentelaah kitab-kitab.
Tekatnya yang kuat tersebut membuat penuntut ilmu ini memiliki pengetahuan yang
sangat luas. Sejak saat itu perubahanpun terjadi pada diri Ibn Hajar, akhirnya
ia menjadi ulama yang hebat dan fenomenal karena keluasan ilmunya.
Kisah
yang sangat memotivasi bukan? Semangat Ibn Hajar dalam menuntut ilmu ini sangat
perlu untuk di teladani. Sekeras apapun (sesulit apapun), jika keep istiqomah,
ikhlas, sabar, dan pantang menyerah maka akan menuai kesuksesan seperti apa
yang telah dilakukan oleh Ibnu Hajar tersebut.
Nice
Reading ^__^
T.
Agung, 28-8-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar