Jumat, 01 Juli 2016

Buah Karya dari Negeri Gajah


 Tak ada perasaan lain selain bahagia dan bersyukur tentunya, sekaligus kadang nggak percaya saja. Hah? ketika melihat kata-kata yang pernah saya rangkai beberapa waktu yang lalu itu pada akhirnya berada pada lembaran-lembaran indah berbentuk buku yang bertajuk, “Seuntai Kenangan dari Negeri Gajah Putih”.



Sebagai seseorang yang masih belajar dan menulis masih menjadi sesuatu yang baru bagi saya, bahagia pastinya kalau saya bisa membuat satu tulisan sederhana saja, apalagi kalau sampai tulisan yang pernah dibuatnya menjadi buku, sudah pasti pasang wajah sumringah penuh ceria, senyum-senyum enggak menyangka begitu sambil baca-bacanya!! Efek lainya saya jadi mendadak kenyang, kok bisa? Saya kan kalau lagi bahagia kehilangan selera makan, huwhaaa…



Karena masih belajar, tentunya masih jauh angan saya untuk membuat buku. Paling banter adalah menulis blog, sambil melirik blog inspirational milik teman-teman. Lalu, bagaimana dengan buku “Seuntai Kenangan dari Negeri Gajah Putih”, bagaimana buku ini bisa ditulis? 


Begini ceritanya, rupanya menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan ide menulis ketika saya berada di tempat yang baru, karena disana pasti akan bertemu sesuatu yang baru yang bakal bisa menjadi bahan tulisan atau ide menulis. Hal itu sudah ada dalam bayang-bayang semenjak saya akan berangkat kesana.



Namun, saya masih belum terpikir untuk menuliskannya jadi sebuah buku. Bayangan indah saya, ketika disana nanti saya bisa menambah postingan blog saya lewat hal-hal baru itu. Itu saja, tidak lebih. Memang, dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, saat disana jumlah tulisan saya di blog perbulannya sedikit lebih banyak.



Menjelang pulang dari sana, tetiba saja ingin mencetak tulisan saya tentang pengalaman disana, biar sesekali saya ingin membacanya, bisa dengan mudah kalau punya hard copy nya, tanpa harus membuka blog. Mencetak yang saya maksud adalah dengan cara di print, lalu dijilid. Bukannya sudah menjadi buku?



Sepertinya, daripada dijilid, rupanya bakal lebih menarik jika dibukukan, karena dari tampilannya saja sudah berbeda. Tentunya lebih awet juga. Dibukukan, dalam artian catatan-catatan yang telah saya buat tesebut ingin saya kumpulkan, lalu akhirnya bisa menjadi sebuah buku. Apa bisa ya? Bagaimana caranya? Seperti apa tekhninisnya, dll? Pertanyaan semacam itu tentunya wajar adanya karena memang belum tahu.



Masih teringat jelas dalam benak saya, pada beberapa semester silam, saat diajar oleh Pak. Ngainun Naim. Beliau perrnah menawarkan kepada kami untuk mengetik ulang tugas menulis yang beliau berikan, kalau sudah selesai bisa disetor untuk diedit dan dibukukan. Sayangnya sampai perkuliahan berakhir, tidak juga kami satu kelas segera mengetiknya, lalu dikumpulkan, dan disetorkan. Gatot deh ...



Mengingat hal itu, saya memberanikan diri untuk menanyakan kepada beliau terkait membukukan tulisan, apakah masih bisa atau tidak. Ternyata beliau mengiyakan, dengan syarat saya harus punya tulisan yang akan dibukukan. Wahh, berarti kesempatan itu kemungkinan besar masih bisa.



Namun, saya tidak langsung memberikan tulisan saya, karena masih bingung. Setelah pulang darisana, saya semakin tertarik saja. Tulisan-tulisan saya tersebut segera saya eksekusi; saya pilih-pilih, saya baca ulang, dll. Sudah selesai, lalu saya kirimkan ke email beliau. Ya, penerbitan buku “Seuntai Kenangan dari Negeri Gajah Putih” memang tidak lepas dari kebaikan beliau, yang telah memberikan arahan dan juga membantu segala teknis penerbitan. Setelah melewati proses penerbitan, seperti mengirimkan tulisan, mengurus administrasi penerbitan, lalu menunggu sekian bulan untuk proses cetak, pada akhirnya buku kenangan itu berhasil terbit. Alhamdulillah.



Catatan-catatan yang ada di dalam buku ini, murni hasil dari merekam pengalaman yang saya lakukan selama mengikuti program KPL di Thailand. Jadi saya menuliskannya berdasarkan madzhab yang selama ini saya ikuti, menulis sesuai dengan apa yang saya alami, karena ini cara termudah menurut saya saat belajar menulis. Selama saya bisa mengingat kejadian yang saya lakukan dan mau menuliskannya, maka jadilah. Apalagi akan saya post di blog, jadi saya bisa bebas menulis sesuka saya, tanpa babibu.



Memang disinilah asyiknya menulis di blog, bisa menikmati kebebasan, menulis di blog membuat saya bebas menulis apapun. Sehingga ketika memutuskan untuk membukukan catatan saya, kubuka kembali catatan-catatan saya di blog, lalu saya kumpulkan, khususnya yang ada hubungan dengan pengalaman menarik saya ketika di Thailand. Ketika sudah saya kumpulkan, baru menyadari kalau di dalamnya ada bermacam-macam bentuk cerita. Ternyata dari variasi cerita tersebut, bisa saya kelompokkan menjadi beberapa topik yang sesuai. Jadi, di dalam buku ini tidak membahas satu topik saja, melainkan ada beberapa topik tertentu yang saya ceritakan. Penasaran kan?



Awalnya, ketika tertarik untuk membukukan catatan, saya tidak lantas kepikiran kalau yang namanya buku itu untuk dibaca orang lain, tidak dinikmati sendiri, dibaca sendiri, senyum-senyum sendiri membacanya. Saya membayangkan, masih belum siap saja, berat kalau ada orang lain membaca buku itu karena tulisan saya masih jauh dari kata baik. Meskipun awalnya, saya malu dan tidak PD saja ingin memuat tentang buku ini, namun sepertinya sudah menjadi keharusan setiap buku untuk dibaca orang lain. Seandainya ada yang bisa diambil manfa’atnya dari isi buku itu, kan Alhamdulillah.



Bagi siapa yang penasaran tentang behind the scene dari buku ini, wahaha, bisa segera dapatkan bukunya. 


 Judul buku: Seuntai Kenangan dari Negeri Gajah Putih
Penulis: Eka Sutarmi
Penerbit: Akademia Pustaka
Cet: Pertama, Juni 2016
Tebal: 147 hal
ISBN: 978-602-74483-1-5


Sabtu, 27 Ramadhan 1937 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...