Maleman adalah salah satu kegiatan yang dilakukan di
Bulan Ramdhan ini. Saya sebenarnya juga kurang tahu betul kanapa kegiatan ini
diberi nama maleman, bukan daluan, atau yang lain. Maleman dilaksanakan pada
malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan, mulai malem 21 hingga
malem 29 yang tujuannya untuk mapak (menyambut) datanganya malam lailatul
qodar. Di tempat saya, salah satu kegiatan maleman ini dilaksanakan secara
bergantian diri satu rumah ke rumah yang lain, istilahnya yaitu genduren. Tuan
ruman yang akan megadakan maleman ini mengundang tetangga terdekat untuk ikut
genduren tersebut. Pelaksanakan maleman ini hampir sama sebenarnya seperti
megengan saat menyambut bulan ramadhan kemarin, hanya saja waktunnya yang
berbeda. Ada yang berbeda lagi, jika saat megengan orang tua saya membuatkan menu special untuk para undangan
genduren, tapi pas maleman ini hanya di buatkan menu seadannya. Yup, sebenarnya
menu tidaklah menjadi persoalan, yang terpenting adalah niat kita untuk selalu
mencari ridha Allah akan datangnya malam lailatul qadar ini.
Ada yang unik di tempat saya saat kegiatan maleman maupun
megengan ini yang mungkin di tempat lain tidak ada bahkan tidak mengenalnya.
Yang pertama, yaitu membuat apem kukus yang berbungkus daun nangka. Aneh bukan,
biasannya kan buat apem itu pakai cetakan yang bentuknya bermacam-macam itu …
lha yang ini malah pakai daun nangka sebagai cetakannya, orang desa itu memang
kreatif, bisa menfa’atkan fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya, he e.
Cukup mudah untuk membuat apem berbungkus daun nangka
ini, hanya mencampurkan bahan-bahannya, seperti tepung terigu, pisang, gula
merah, dan garam secukupnya di dalam ember dan di buat adonan hingga halus.
Setelah semua tercampur lalu di diamkan beberapa menit untuk menunggu adonanya
mengembang, setelah adonan mengembang adonan di tuangkan ke dalam cetakan daun
nangka, dan yang terakhir yaitu di kukus. Agar tidak tumpah, biasannya ibu saya
mengukusnya barengan dengan nasi. Hmm,,simple dan alami, tanpa bahan pengawet
…^__^
Setiap kegiatan genduren,
juga dibuatkan AMBENG, istilah ini digunakan untuk menamai nasi serta lauk yang
akan dijadikan menu para undangan genduren. Sebelum memakan ambeng bersama-sama,
tentunnya sang imam membacakan hajatnya melakukan genduren ini dan memanjatkan
do’a.
Di siang hari, mengadakan saya
dan keluarga mengikuti kegiatan khataman Al-Qur’an dan kirim do’a kepada para
leluhur yang diadakan oleh muslimat fatayat di desa saya. Seperti halnya saat megengan, di kegiatan maleman, pada
malam hari-nya para jama’ah sholat taraweh juga diminta untuk membawa takir
(nasi bungkus) seikhlasnya. Setelah selesai sholat tarawih, Ustadz memberikan
ceramahnya seputar malam lailatur qadar dan keutamaan-keutamaannya. Hampir satu
jam beliau menyampaikan tausiahnya. Setelah selesai, takir yang telah kami
kumpulkan itu di bagikan dan dimakan bersama-sama.
Itulah serangkaian kegiatan
maleman ditempat saya, bagaimana dengan serangkaian kegiatan maleman di rumah
kalian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar