Jumat, 18 Desember 2015

Menikmati Seribu Langkah Kaki ke Rumah Nenek


Aku dan ibu ketika Perjalanan ke Rumah nenek
Syukurlah, akhirnya saya menemukan foto saya bersama Ibu saya.  Saya tidak ingat kapan persisnya foto narsis bersama Ibu ini saya ambil, mungkin sekitar 3 tahun yang lalu. Sepertinya foto ini sudah sesui dengan syarat yang diberikan untuk mengikuti ajang GA SEHARI: AKU DAN IBUKU, hanya berdua saja dan tanpa edit.

Meskipun sudah lama foto itu saya ambil, tapi saya masih ingat betul apa yang saya lakukan dengan Ibu saya waktu itu. Foto tersebut saya ambil bersama Ibu saat perjalanan ke rumah Si-Mbah waktu lebaran tiba.

Saat itu Ibu saya kebetulan di rumah. Ia sudah kembali dari tempaat kerjanya. Ibuku sudah cukup lama bekerja di luar negeri dan biasanya ia pulang setiap satu tahun sekali. Kadang Ibu-ku pulang tidak pada saat hari lebaran. Jadi, saat lebaran tiba dan Ibuku di rumah sangat senang sekali, salah satunya kami bisa kerumah Si-Mbah bersama-sama.

Rumah Si-Mbah saya (Ibu dari Bapak) jaraknya lumayan jauh dari rumah, meskipun masih dalam satu desa. Setiap lebaran tiba kami menyempatkan diri untuk selalu datang kesana. Kenapa tidak naik motor? Itulah yang ingin saya ceritakan. Meskipun jaraknya lumayan jauh, setiap pergi kesana, kami sekeluarga selalu jalan kaki. Jika kami berjalan pelan-pelan, sekitar 1 jam baru sampai.

Rumahku tidak seperti di kota-kota yang dekat dengan jalan raya, yang kendaraan jenis apapun bisa melewatinya. Kondisi jalan dari rumahku ke rumah simbah sangat sulit untuk di lewati kendaraan. Selain banyak tanjakan yang extrim dan berkelok-kelok, juga masih banyak jalan setapak.  Jika bukan orang yang sudah terlatih, sepertinya tidak bisa untuk lewat jalur tersebut. 

Sebagai orang yang tinggal di desa, berjalan kaki dengan waktu yang cukup lama bukanlah persoalan. Orang lain pun banyak yang melakukan hal yang sama. Memang medanya yang tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan.

Berjalan menyusuri perkebunan dan juga jalan yang cukup eksotis, membuat kebersamaan saat ke rumah Si-Mbah dengan berjalan kaki ini menjadi menyanangkan. Lelah sudah pasti, tapi setelah sampai di Rumah Si-Mbah lelah kami bisa hilang. Setelah bersalaman untuk memohon ma’af, langsung saja kami ke dapur untuk menyantap menu lebaran yang sudah disiapkan. Si-Mbah selalu menyiapkan hidangan saat kami datang kesana. Meskipun dengan menu sederhana, tetap terasa nikmat karena sudah mulai lapar akibat perjalanan jauh. Akhirnya, lelah-pun hilang.

Sebenarnya tulisan saya ini ingin saya ikutkan ajang GA sehari untuk menyambut hari ibu (Foto ini diikutsertakan dalam GA Sehari : Aku dan Ibuku). Entah kenapa, rasanya tidak pantas ide saya seperti ini bersanding dengan sederatan tulisan orang-orang yang sudah lihai dalam menulis. Masak ide seperti ini harus saya tuliskan, tidak penting banget. Pikiran-pikiran seperti itulah yang sering manghantui saya. Saya sering mengabaikan ide yang saya anggap tidak penting itu akhirnya saya menggunakan ide tulisan tentang perpisahan dengan Ibu saat ia akan kembali bekerja, yang sebelumnya sudah saya posting di blog. Tinggal mengedit tulisan tersebut.

Daripada mubadhir tulisan saya ini, saya posting saja untuk menambah tulisan di blog saya. Itung-itung juga untuk melatih kebiasaan menulis saya.

Hatyai-Songkhla, 17-12-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...