Simbok, begitulah panggilan kesayangan saya
kepada nenek saya. Selain masakan emak saya yang sangat enak, masakan Simbok
juga terasa special di lidah saya. Ibu saya sangat telaten memang jika memasak,
ia sangat teliti ketika memberikan bumbu-bumbu pada masakan, wajar saja jika
masakannya sangat lezat.
Berbeda dengan simbok, setiap kali memasak
Simbok tidak pernah terpaku pada resep. Bisa dibilang hanya masak ala kadarnya,
tidak neko-neko. Yang penting bumbu-bumbu pokok,
seperti bawang merah, bawang putih, dan garam sudah masuk, tidak perlu
repot-repot untuk menambahkan bumbu yang lainya, kecuali jika harus memasak
masakan yang memerlukan bumbu tambahan.
Kalau saya perhatikan cara simbok saya
memasak juga lebih tidak istimewa lagi. Ia melakukan segalanya serba cepat.
Misalnya, tidak telaten Simbok saya ketika memasak harus memberikan takaran
pada bumbu masakan, biasanya pakai takaran perasaan saja. Tapi entah apa yang
membuat masakan si-mbok memiliki rasa yang special di lidah saya. Setiap kali
memasak bumbu-bumbu racikan sederhana simbok terasa pas.
Entah kenapa, lidah saya tiba-tiba terasa
gatal ingin menikmati masakan simbok. Bukanlah masakan mewah yang saya
rindukan, tapi masakan yang sangat sederhana tapi begitu terasa nikmat dilidah
saya ketika yang memasak adalah simbok. Seperti contohnya, masakan berbau tempe
khas simbok, sayur thewel khas simbok, sambal khas simbok, sayur sop khas
simbok, dan masakan-masakan khas simbok yang lain.
Lidah saya begitu sulit untuk menyesuikan
dengan makanan yang neko-neko disini. Terasa enak jika melihat mereka semua
melahap makanannya. Ketika giliran saya yang merasakan, lidahku berkata lain.
Meskipun sekarang saya berada disini, ha a a serasa lidahku masih menancap di
kampung halaman.
Hatyai-Songkhla, 24-12-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar