Senin, 12 Oktober 2015

Menulis bersama Pak. Wawan Susetya (2)



             
Sebelum memulai untuk praktik menulis artikel, terlebih dahulu beliau memberikan siraman penggugah semangat kepada kami semua, khususnya kepada para peserta. Tak jauh berbeda dengan resep yang di berikan oleh para penulis lainnya, beliau juga memberikan beberapa point yang harus kita lakukan jika ingin menjadi penulis.
            Hanya sekedar cita-cita saja belum cukup jika kita ingin menjadi penulis. Cita-citaku ingin menjadi penulis, tapi tidak pernah mencoba menulis, sama saja itu munafik, berarti aku telah membohongi diri ku sendiri. JUST DO IT, menulislah. Itulah kata–kata pembuka yang beliau sempaikan untuk memulai pertemuan kami di sini.
            Menulis itu tidak sulit, gampang. Bagaimana tidak gampang, tulisan itu sebenarnya berawal dari kumpulan huruf, yang akan di rangkai menjadi kata, dari kumpulan kata akan menjadi kalimat, lalu menjadi paragraph, hingga akhirnya menjadi sebuah tulisan yang siap untuk di baca. Hanya saja, untuk bisa menghasilkan paragraph-paragraph yang siap dibaca itu, yang harus perlu di perhatikan adalah jam terbang kita dalam menulis.
Selama tiga mengikuti kegiatan literasi ini saya bertemu dengan beberapa orang yang sangat menginspirasi berkaitan dengan literasi, selain Pak. Wawan Susetya sebagai pemateri workshop menulis artikel, juga ada Pak. Budi Harsono sebagai pemateri workshop menulis Puisi, Bunda. Cut Zakya sebagai pemateri workshop menulis cerpen sekaligus ketua pelaksana kegiatan literasi ini, dan  juga sang provokator lliterasi yang sangat keren, yaitu Bapak. Satria darma. Dalam menyampaikan materinya, jam terbang sepertinya menjadi kata-kata wajib bagi mereka untuk disampaikan kepada kami semua. Istilah jam terbang dalam menulis kiranya urgent sekali, jam terbang akan menetukan kesuksesan kita dalam menulis. Semakin sering berlatih, akan semakin mudah menghasilkan tulisan.
            Berkaitan dengan jam terbang ini, Pak. Wawan Susetnya mengibaratkan kegiatan menulis ini layaknya seperti anak kecil yang ingin sekali untuk bisa naik sepeda pancalnya. Sekali berlatih, pasti tidak langsung bisa. Harus memerlukan latihan yang berkali-kali. Saat terjatuh, anak kecil itu akan bangkit kembali, ketika jatuh yang kedua kalinya, bagkit lagi, hingga pada akhirnya ia bisa lincah untuk mengayuh sepeda pancalnya. Begitu juga dengan menulis, ternyata harus perlu latihan dengans serius untuk bisa menglirkan ide-ide kita dengan lancar menjadi tulisan.
            Yang perlu kita hayati, kira renungkan untuk bisa berhasil dalam menulis yang tidak kalah penting adalah motivasi dalam menulis. Sudahkah kita menumbuhkan motivasi menulis itu dalam diri kita? Untuk bisa menulis dengan baik yang penting yang harus kita miliki adalah motivasi menulis itu sendiri. Dengan motivasi yang tinggi maka akan dengan mudah menghasilkan tulisan. Yang semula sudah bisa menghasilkan tulisan, bahkan beberapa buku sudah dibuat, semuanya bisa akan gagal karena motivasi, motivasinya untuk menulis semakin menurun, sehingga tidak bersemangat lagi untuk menulis.
            Beliau mengatakan bahwa motivasi terbesarnya untuk menjadi seorang penulis karena untuk keabadian, terinspirasi dengan Pramoedya Ananta Noer, yang mengatakan bahwa menulis itu identik untuk keabadian. Karena sifatnya abadi, Pak. Wawan Susetya memberikan penjelasan bahwa selain berkaitan dengan kehidupan di dunia, menulis  juga berkaitan di akherat kelak. Kalau kita punya tulisan misalnya berupa artikel, puisi, cerpen, novel, atau buku nantinya bisa dinikmati sepanjang masa oleh generasi sesudah kita hingga anak-cucu kelak.
            Tahukah? Nama sahabat Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an?  Beliau menayakan kepada kami tentang hal itu. Yang kami tahu sahabat nabi itu ada, Abu Bakar, ‘Umar, Ustman, dan Ali. Ternyata jawabannya tidak ada yang benar. Hanya seorang saja sahabat Nabi diantara banyak para sahabatnya yang di sebutkan dalam Al-Qur’an, tidak banyak orang yang tahu. Beliau bernama Zaid Bin Haritsah. Nama beliau diabadikan dalam kitab suci itu karena dia adalah seorang penulis, yaitu menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an yang baru diterima olah Nabi Muhammad.
            Orang yang menulis atau penulis berarti orang yang berilmu pengetahuan yang akan mendapatkan anugerah derajat tertinggi di sisinya. Untuk bisa menjadi penulis yang baik, membaca harus dilakukan, karena keduanya memberikan timbal balik. Buku yang kita baca itu pastinya syarat dengan ilmu pengetahuan. Orang yang suka membaca itu identik dengan belajar, sedangkan orang yang belajar hingga mendapat ilmu pengetahuan, akan dicinta oleh Allah SWT. Rahasia ini terkandung dalam ayat 3 surah Al-‘Alaq (Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah).
            Profesi Pak. Wawan Susetya mulanya sebagai seorang dosen di salah satu universitas di Malang, menjadi wartawan dan masih lagi profesi yang lainya. Berkat profesi yang dijalankan tersebut, menjadikan beliau sangat sulit meluangkan waktunya untuk menulis. Sehingga beliau memutuskan untuk menjadi penulis saja. Berkat keseriusannya, Pak. Wawan Susetya sudah berhasil menerbitkan puluhan bukunya, dengan berbagai jenis buku. Sehingga beliau sangat memberikan apresiasi, jika ada seorang guru, dosen, atau berprofesi lain yang bisa meluangkan waktunya untuk rutin menulis.
            Agar menulis menjadi aktifitas yang mengiringi kegiatan kita. Menulis “Local Genius”. Jadi menulis tentang apa yang kita kuasai, dan menulis apa yang kita sukai. Dari situ, bisa timbul kesadaran untuk menulis secara rutin.
            Setelah diberikan siraman penggugah semangat itu, kegiatan dilanjutkan dengan praktik menulis artikel. Setiap peserta di berikan kertas kosong yang digunakan untuk menuliskan ide yang keluar dari otak kita. Karena saya merasa bahwa malas menjadi musuh paling besar yang saya rasakan untuk menulis, maka ide yang saya tulisan berkaitan dengan unek-enek saya tentang rasa malas itu.
            Lima belas menit yang terakhir tulisan kami di koreksi oleh beliau. Masih banyak tulisanku yang tidak nyambung antar kalimat yang saya tulis, dan masih banyak pemborosan kata yang saya gunakan. Karena prinsipnya menulis disini, berani menulis, berani salah, berani dilihat, dan berani di kritik, maka kritik tersebut bisa kami jadikan koreksi untuk bisa lebih berhati-hati dalam menulis.
           
         
             

2 komentar:

  1. Apapaun yang kamu lihat, kamu rasakan, kamu alami adalah ide untuk ditulis. Tulisalah agar tulisanmu bermakna bagi orang lain. Minimal bermakna bagi dirimu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah Bapak. Budi...terima kasih banyak sudah bersedia memberikan tanggapannya 😊

      Hapus

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...