Sebelum memulai untuk praktik menulis artikel, terlebih
dahulu beliau memberikan siraman penggugah semangat kepada kami semua,
khususnya kepada para peserta. Tak jauh berbeda dengan resep yang di berikan
oleh para penulis lainnya, beliau juga memberikan beberapa point yang harus
kita lakukan jika ingin menjadi penulis.
Hanya sekedar cita-cita saja belum cukup jika kita ingin
menjadi penulis. Cita-citaku ingin menjadi penulis, tapi tidak pernah mencoba
menulis, sama saja itu munafik, berarti aku telah membohongi diri ku sendiri.
JUST DO IT, menulislah. Itulah kata–kata pembuka yang beliau sempaikan untuk
memulai pertemuan kami di sini.
Menulis itu tidak sulit, gampang. Bagaimana tidak
gampang, tulisan itu sebenarnya berawal dari kumpulan huruf, yang akan di
rangkai menjadi kata, dari kumpulan kata akan menjadi kalimat, lalu menjadi
paragraph, hingga akhirnya menjadi sebuah tulisan yang siap untuk di baca. Hanya
saja, untuk bisa menghasilkan paragraph-paragraph yang siap dibaca itu, yang harus
perlu di perhatikan adalah jam terbang kita dalam menulis.
Selama tiga mengikuti
kegiatan literasi ini saya bertemu dengan beberapa orang yang sangat
menginspirasi berkaitan dengan literasi, selain Pak. Wawan Susetya sebagai pemateri
workshop menulis artikel, juga ada Pak. Budi Harsono sebagai pemateri workshop menulis
Puisi, Bunda. Cut Zakya sebagai pemateri workshop menulis cerpen sekaligus
ketua pelaksana kegiatan literasi ini, dan
juga sang provokator lliterasi yang sangat keren, yaitu Bapak. Satria
darma. Dalam menyampaikan materinya, jam terbang sepertinya menjadi kata-kata
wajib bagi mereka untuk disampaikan kepada kami semua. Istilah jam terbang
dalam menulis kiranya urgent sekali, jam terbang akan menetukan kesuksesan kita
dalam menulis. Semakin sering berlatih, akan semakin mudah menghasilkan
tulisan.
Berkaitan dengan jam terbang ini, Pak. Wawan Susetnya
mengibaratkan kegiatan menulis ini layaknya seperti anak kecil yang ingin sekali
untuk bisa naik sepeda pancalnya. Sekali berlatih, pasti tidak langsung bisa.
Harus memerlukan latihan yang berkali-kali. Saat terjatuh, anak kecil itu akan
bangkit kembali, ketika jatuh yang kedua kalinya, bagkit lagi, hingga pada
akhirnya ia bisa lincah untuk mengayuh sepeda pancalnya. Begitu juga dengan
menulis, ternyata harus perlu latihan dengans serius untuk bisa menglirkan
ide-ide kita dengan lancar menjadi tulisan.
Yang perlu kita hayati, kira renungkan untuk bisa
berhasil dalam menulis yang tidak kalah penting adalah motivasi dalam menulis.
Sudahkah kita menumbuhkan motivasi menulis itu dalam diri kita? Untuk bisa
menulis dengan baik yang penting yang harus kita miliki adalah motivasi menulis
itu sendiri. Dengan motivasi yang tinggi maka akan dengan mudah menghasilkan tulisan.
Yang semula sudah bisa menghasilkan tulisan, bahkan beberapa buku sudah dibuat,
semuanya bisa akan gagal karena motivasi, motivasinya untuk menulis semakin
menurun, sehingga tidak bersemangat lagi untuk menulis.
Beliau mengatakan bahwa motivasi terbesarnya untuk
menjadi seorang penulis karena untuk keabadian, terinspirasi dengan Pramoedya
Ananta Noer, yang mengatakan bahwa menulis itu identik untuk keabadian. Karena
sifatnya abadi, Pak. Wawan Susetya memberikan penjelasan bahwa selain berkaitan
dengan kehidupan di dunia, menulis juga
berkaitan di akherat kelak. Kalau kita punya tulisan misalnya berupa artikel,
puisi, cerpen, novel, atau buku nantinya bisa dinikmati sepanjang masa oleh
generasi sesudah kita hingga anak-cucu kelak.
Tahukah? Nama sahabat Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an? Beliau menayakan kepada kami tentang hal itu.
Yang kami tahu sahabat nabi itu ada, Abu Bakar, ‘Umar, Ustman, dan Ali.
Ternyata jawabannya tidak ada yang benar. Hanya seorang saja sahabat Nabi
diantara banyak para sahabatnya yang di sebutkan dalam Al-Qur’an, tidak banyak
orang yang tahu. Beliau bernama Zaid Bin Haritsah. Nama beliau diabadikan dalam
kitab suci itu karena dia adalah seorang penulis, yaitu menuliskan ayat-ayat
Al-Qur’an yang baru diterima olah Nabi Muhammad.
Orang yang menulis atau penulis berarti orang yang
berilmu pengetahuan yang akan mendapatkan anugerah derajat tertinggi di sisinya.
Untuk bisa menjadi penulis yang baik, membaca harus dilakukan, karena keduanya
memberikan timbal balik. Buku yang kita baca itu pastinya syarat dengan ilmu
pengetahuan. Orang yang suka membaca itu identik dengan belajar, sedangkan
orang yang belajar hingga mendapat ilmu pengetahuan, akan dicinta oleh Allah
SWT. Rahasia ini terkandung dalam ayat 3 surah Al-‘Alaq (Bacalah, dan
Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah).
Profesi
Pak. Wawan Susetya mulanya sebagai seorang dosen di salah satu universitas di
Malang, menjadi wartawan dan masih lagi profesi yang lainya. Berkat profesi
yang dijalankan tersebut, menjadikan beliau sangat sulit meluangkan waktunya
untuk menulis. Sehingga beliau memutuskan untuk menjadi penulis saja. Berkat
keseriusannya, Pak. Wawan Susetya sudah berhasil menerbitkan puluhan bukunya,
dengan berbagai jenis buku. Sehingga beliau sangat memberikan apresiasi, jika ada
seorang guru, dosen, atau berprofesi lain yang bisa meluangkan waktunya untuk
rutin menulis.
Agar menulis menjadi aktifitas yang mengiringi kegiatan
kita. Menulis “Local Genius”. Jadi menulis tentang apa yang kita kuasai, dan
menulis apa yang kita sukai. Dari situ, bisa timbul kesadaran untuk menulis
secara rutin.
Setelah diberikan siraman penggugah semangat itu,
kegiatan dilanjutkan dengan praktik menulis artikel. Setiap peserta di berikan
kertas kosong yang digunakan untuk menuliskan ide yang keluar dari otak kita.
Karena saya merasa bahwa malas menjadi musuh paling besar yang saya rasakan
untuk menulis, maka ide yang saya tulisan berkaitan dengan unek-enek saya
tentang rasa malas itu.
Lima belas menit yang terakhir tulisan kami di koreksi
oleh beliau. Masih banyak tulisanku yang tidak nyambung antar kalimat yang saya
tulis, dan masih banyak pemborosan kata yang saya gunakan. Karena prinsipnya
menulis disini, berani menulis, berani salah, berani dilihat, dan berani di
kritik, maka kritik tersebut bisa kami jadikan koreksi untuk bisa lebih
berhati-hati dalam menulis.
Apapaun yang kamu lihat, kamu rasakan, kamu alami adalah ide untuk ditulis. Tulisalah agar tulisanmu bermakna bagi orang lain. Minimal bermakna bagi dirimu
BalasHapusInsya Allah Bapak. Budi...terima kasih banyak sudah bersedia memberikan tanggapannya 😊
Hapus