Rabu, 15 Februari 2017

Ukiran Kata dari Kota Reog



Sepertinya tidak ada agenda khusus untuk kulakukan di weekend minggu ini. Aku pun berinisiatif untuk memanfaatkan weekendku dengan menghadiri acara literasi di Ponorogo, tepatnya di STKIP. 

Aku pun tanpa berpikir panjang langsung membulatkan niat dan berangkat. Perjalanan kumulai dari Kediri, selepas dhuhur. Sebelumnya aku juga sudah janjian dengan seorang temanku yang rumahnya Ponorogo. Aku akan bermalam di sana.

Sebenarnya dengan pulang ke kampung halaman, Ponorogo lebih dekat. Tidak sampai dua jam dari Trenggalek. Kalau pulang ke rumah, dari Trenggalek kota memakan waktu hingga tiga jam lebih. Tapi, apa mungkin baru pengalaman pertama dan belum terbiasa, jadi perasaanku perjalananku itu serasa berjam-jam.

"Kok tidak sampai-sampai ya, apa aku salah jalan", berkali-kali pikiran itu menghantui benakku selama perjalanan. Bukannya takut, tapi salah jalan itu sesuatu yang kurang asyik saja bagiku.

Entah kenapa aku kurang nyaman saja menggunakan gps untuk media membantu menunjukkan arah saat bepergian. Aku lebih nyaman bertanya orang lain. Karena sasaranku bertanya adalah orang-orang baik, mereka pun bersedia memberikan penunjuk arah yang benar hingga aku bisa sampai di tempat dengan selamat. 

Oh iya, jangan lupa berdoa ya sebelum perjalanan dan kalau memungkinkan lebih baik berhenti sholat dulu kalau sudah masuk waktu sholat. Ini bisa lebih membuat tenang saat perjalanan.

Aku bingung, sebenarnya di paragraf ini aku ingin menggambarkan jalan yang kulakui kemarin itu. Ada banyak hal yang kutemui. Inginnya kuceritakan semua, tapi bingung ingin memulainya dari mana. 

Begini saja, singkat cerita sebelum memasuki Ponorogo yang dataranya rendah, jalanya ngeri-ngeri sedap. Sedapnya karena aku bisa menikmati pemandangan yang sebelumnya belum pernah kunikmati. Ngerinya, jalannya berkelok-kelok dan ada beberapa bagian yang menanjak dengan kondisi jalan yang kurang bersahabat. 

Apalagi saat melewati jalan yang baru terkena longsoran. Suasana kiri kanan membuatku mengucap istigfar. Betapa tidak ngeri, pepohonan besar banyak yang tumbang, menyaksikan bekas longsor dari tebing yang sangat tinggi dan kemungkinan sewaktu-waktu akan terjadi lagi, beberapa bagian jalan retak dan licin. Namun, aku masih sangat bersyukur karena hujan sangat bersahabat di 

Akhirnya sampailah aku di kota. Ya, kota reog. Aku menyaksikan banyak patung reog ponorogo dan juga patung para pemainya menghiasi beberapa titik. Pertama aku melihatnya di tugu selamat datang, lalu di gapura-gapura masuk gang, ada lagi di persimpangan jalan raya, dan masih banyak lagi.

Keramaian terasa ketika aku pmemasuki kecamatan Ponorogo. Menjelang maghrib suasananya sangat ramai. 

Karena harus menunaikan sholat maghrib, aku berhenti terlebih dahulu di sebuah masjid. Aku bersinggah di sana hingga waktu 'isya tiba. Sambil menunggu waktu sholat 'isya aku mencicil tulisan ini.

Setelah sholat, aku langsung menuju alun-alun. Kami janjian disana. Malam itu suasanya sangat ramai. Rupanya di alun-alun lagi ada acara.

Tidak berselang lama, temanku datang. Aku bertanya kepadanya tentang acara tersebut. Ternyata yang sedang berlangsung meriah itu adalah pementasan bulan purnama. 

Malam itu ternyata tanggal 15. Dan aku memandang ke langit dan memang bulan purnama tengah menghiasi langit malam kota reog. Suasana malam yang cerah membuat bulan purnama bersinar sempurna, seraya menyaksikan pementasan meriah itu. Tapi, kami tidak lama disana dan segera pulang.

Dan hari ini cerita dari kota reog masih berlanjut. Bisa ngangsu kawruh langsung dengan pakar literasi, sekelas Pak Hernowo dan Pak guru J. Sumardianta menjadi vitamin penyemangat tersendiri.

Ponorogo, 12 Pebruari 2017

*Dicopas dari status FB pada 12 Pebruari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...