Kamis, 09 Februari 2017

Tak Jadi Pensil, Penghapus pun Jadi



Hari ini saya mendapatkan sebuah ungkapan menarik yang saya peroleh dari laman twitter. Langsung saja kata-kata itu saya copy dan saya simpan. Saya memang baru menjumpainya kali ini. Ungkapan yang saya maksud begini bunyinya,

"If you can't be a pencil to write someone's happiness, then try to be a nice eraser to remove their sadness" Sebuah analogi yang menarik bukan? Dan ungkapan tersebut sepertinya juga mengandung filosofi hidup yang sangat bermanfaat.

Berbicara tentang pensil dan penghapus, saya yakin kalau banyak orang di dunia ini yang sudah mengenal keberadaanya. Keduanya menjadi hal yang bermanfaat. Pensil bermanfaat terutama saat kita ingin memulai sebuah goresan. Bagaimana dengan pengahapus?

Penghapus akan memainkan perannya ketika ada goresan pensil yang salah. Penghapus akan berusaha untuk menghapus kesalahan tersebut untuk kemudian diperbaiki.

Jika kita perhatikan, antara pensil dan penghapus mana yang lebih habis duluan? Kayaknya penghapus, karena setiap kali menghapus kesalahan pensil maka berkuranglah usia penghapus itu. Ia akan semakin susut dan akhirnya habis. 

Tapi, penghapus ini sungguh berjiwa besar, ia sangat ikhlas merelakan dirinya digantikan dengan yang baru dan ia selalu sadar akan keberadaannya untuk selalu membantu pensil saat melakukan kesalahan. 

Semoga kita senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat untuk yang lain. Salamat malam Jum'at ^_^

1 komentar:

  1. ini senada dengan ungkapan, Kalau belum mampu membahagiakannya, jangan menambah kesedihannya

    BalasHapus

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...