Minggu, 05 Februari 2017

Menjadi Wong Sibuk yang Produktif


Serasa menjadi alasan yang tidak jaman lagi jika memabawa-bawa kesibukan sebagai kambing hitam untuk tidak menulis. Pak Emcho dalam bukunya SOS (Sapa Ora Sibuk): Menulis dalam Kesibukan ini telah berhasil mematahkan mitos, meyakinkan, serta membuktikan kepada kita semua bahwa semua orang bisa menulis, oran sibuk sekalipun tanpa terkecuali. Fakta membuktikan. Penulis dengan aktivitas yang begitu padatnya, namun nulis tetap bisa beliau jalani dengan senang hati. Karya yang dihasilkan telah menjadi saksi akan kesibukan yang membelenggunya. Salut buat Pak Emcho. 

Saya sangat suka membaca buku tentang menulis. Bukan karena saya sudah mahir menulis, namun karena saya belum bisa menulis itulah yang membuat saya penasaran dengan dunia ini. Membaca buku seperti ini memang bisa meyakinkan diri yang masih awam akan dunia kepenulisan, bahwa sebenarnya semuanya pasti akan bisa dilalui dengan baik. 

Buku ini saya dapatkan sudah beberapa bulan yang lalu, waktu mengahdiri sebuah kopdar kepenulisan bersama Sahabat Pena Nusantara. Saya berkesempatan bertemu dengan Pak Emcho dan akhirnya jadi kenal buku SOS. Berbicara tentang buku SOS, seolah-olah di dalamnya ada jurus sakti untuk bisa menulis. Maka, saya pun tertarik untuk membacanya.

Awalnya saya membaca buku SOS ini meloncat-loncat. Saya cari dulu bagian daftar isinya, lalu saya akan membuka bagian mana yang ingin saya baca dulu. Terkadang dari tengah, lalu ke depan, baru bagian belakang, atau sebaliknya. Setelah menyadari kalau semua judul tulisan sudah terbaca semua, saya masih kurang puas. Saya pun membaca ulang sedikit demi sedikit mulai dari bagian pengantar hingga akhir. Menandai poin yang menurut saya penting dan kadang membubuhkan catatan kecil di lembaran buku sebagai pengingat masih berusaha saya lakukan untuk memudahkan saya menggali informasi dan memahami isi buku ini.

Yang membuat saya senang dan menikmati ketika baca buku SOS ini, karena Pak Emcho selalu menyertakan kata-kata hikmah dan inspiratif dari para tokoh besar di setiap babnya. Selain itu karena buku SOS ditulis berdasarkan pengalaman pribadi beliau, jadi lebih mengena saja. 

Sejauh yang saya rasakan, tidak ada kesulitan yang berarti saat memahami isi bagian per bagian dari isi buku ini. Tinggal, bagaimana saya mengaplikasikan berbagai strategi kepenulisan yang dihadirkan secara praktis dan juga berupaya meneladani segudang pengalaman beliau dalam menggeluti aktitivitas menulis di tengah kesibukannya. 

Sapa Ora Sibuk (SOS), siapa sih yang tidak sibuk? Dalam judul pertamanya beliau menegaskan bahwa kesibukan memang sudah menjadi hakikat hidup setiap manusia. Menjalani serangkaian pekerjaan adalah sudah menjadi bagian kehidupan ini. Lalu, bagaimana dengan kegiatan menulis?

Setelah saya membaca buku ini, saya menjadi semakin mengerti akan pentingnya motivasi diri atau niat. Karena semua orang sejatinya sibuk dan sudah terbukti bahwa kesibukan bukan alasan tidak menulis, maka kembalinya adalah pada diri kita lsendiri. Seberapa besar motivasi kita untuk menulis. Semakin kuat motivasi kita akan kuat juga semangat untuk terus menulis dalam kondisi apapun. Pak Emcho telah memposisikan niat ini di urutan teratas.

Dalam buku ini, secara tidak langsung Pak Emcho juga memberikan kode keras kepada pembaca bahwa di tengah kesibukan yang kita jalani setiap harinya ini, kita harus punya komitmen untung meluangkan waktu buat menulis. Sepertinya ini menjadi kunci pentingnya. Kalau kita bisa mengelola kesibukan itu dengan baik, akan malah bisa menjadi pemantik semangat menulis. Akan ada banyak pengamalaman dan ide untuk dituliskan. Mungkin pengalaman kecil saya ketika belajar menulis ini masuk di dalamnya. Saya malah blank ketika hanya tiduran di rumah dan malas-malasan, bingung apa yang ingin saya tulis. 

Pak Emcho, dalam buku SOS ini juga menghadirkan 13 strategi bagaimana mensiasati kesibukan agar tetap bisa menulis. Masing-masing dibahas dengan sangat praktis dan aplikatif, apalagi dipadukan dengan pengalaman nyata beliau. Berikut ini ketiga belas strategi tersebut: 

1)     Menetapkan niat menulis.
2)     Rajin Membaca
3)     Menggunakan alat perekam gagasan
4)     Menentukan waktu utama
5)     Menulis di dalam hati. Ini dianjurkan oleh penulis misalnya, dalam situasi di perjalanan. Situasi seperti ini atau sejenisnya bisa dimanfaatkan untuk menulis di dalam hati. Jadi, tanpa menyediakan kertas, pena, gadget, atau netbook pun, kita masih tetap bisa menulis. Tak lain dengan menulis dalam hati. Bgeitulah beliau manamakannya. Melakukan kegiatan menulis  dan memikirkan tentang apa yang ditulis dan bagaimana menulis. Semua dilakukan di dalam hati (Pg. 61)
6)     Menulis di waktu utama
7)     Memanfaatkan waktu luang
8)     Menulis  yang dilami
9)     Menulis yang dirasakan
10)          Menulis dengan riang
11)          Menulis yang banyak
12)          Membuat motto super dahsyat
13)          Menulis dengan iringan doa

Sosok Pak Emcho ini juga pernah dibahas oleh Pak Ngainun Naim dalm bukunya “The power of writing”. Masih membekas dalam ingatan saya bahwa dalam salah satu sub bab dalam buku itu berjudul “Write or Die”. Ternyata beliau membahas tentang sosok Pak Emcho yang super produktif di tengah kesibukanya dan juga punya komitmen menulis yaaang sangat tinggi. Penjengan luar biasa Pak Emcho. Salam SOS 👍

Sekali lagi saya sangat salut dengan Pak Emcho. Beliau sangat menghargai waktu. Beliau adalah orang yang punya jadwal keseharian yang sangat padat dan punya waktu luang sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada. Tapi, karena kesibukannya itulah malah membuatnya sangat menghargai waktu. Pak Emcho seraya tidak ingin melewatkan sedetik pun waktunya untuk hal-hal yang tidak produktif. Sedetik pun waktu itu terbuang siang-sia, kesempatan berharga akan hilang, salah satunya adalah nikmat menulis.  Seperti yang telah  saya sebutkan di atas bahwa beliu punya banyak strategi khusus yang digunakan agar dalam setiap kesempatan apapun, dalam kesibukan yang bagaimanapun bisa tetap produktif menulis.

Ya, dari beberapa buku menulis yang telah saya. Secara tidak langsung mereka semua mengajak untuk berproses. Bahwa memang menulis itu perlu latihan dan latihan. Kita harus mau mencoba dan mempraktikannya. Tidak boleh dan sangat tidak disarankan jika hanya sekedar berwacana saja, tanpa mau mencoba. Kalau orang lain bisa melakukannya, kenapa kita tidak!




Judul Buku             : “SOS (Sapa Ora Sibuk): Menulis dalam Kesibukan”
Penulis                     : Much. Khoiri
Penerbit                   : Unesa University Pres
Cetakan Pertama  : Juni 2016
Tebal                         : xxii + 138
ISBN                          : 978-979-028-854-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...