Minggu, 05 Februari 2017

Ngaji Ahad Pagi dan Ilmu Jiping



Entah apa yang membuat di Minggu pagi ini aku tetiba berkeinginan mengikuti pengajian ahad pagi. Di minggu-minggu sebelumnya aku sepertinya mengiraukan banner yang terpampang jelas di depan masjid. Setiap kali sholat disana sebenarnya aku melihatnya, tapi tak kunjung juga aku merespon. 

Kukira pengajiannya dimulai tepat selepas sholat subuh. Ternyata kutunggu beberapa saat setelah sholat, tidak ada tanda-tanda ngaji dimulai. Jamaah mulai meninggalkan tempat. Aku pun ikut keluar masjid. Aku tidak langsung pulang, menunggu beberapa saat lagi. Apa bannernya itu hoax ya 😁

Ternyata, banyak bapak-bapak yang masih stand by di masjid. Aku sempat memperhatikanya. Mereka lagi sibuk bersiap, ada yang menggelar karpet, menyiapkan mimbar, dll. Memang benar adanya, pengajian ahad pagi di minggu pertama setiap bulanya digelar hari ini. 

Akupun menghampiri salah satu bapak dan iseng bertanya, "Jam pinten gih Pak dipun mulai?" 

Si Bapak dengan baik menjawab, " Jam 6 nduk sampai jam 7." Ooo, kenapa aku tidak tanya dari tadi ya. 

Aku pun pulang dulu dan jam 6 sudah sampai di Masjid lagi. Oh iya, ngaji ini di gelar di salah satu masjid di kampung Inggris, Pare, yaitu masjid PP Darul Falah yang berada di Jl. Anyelir. Ternyata jamaahnya banyak juga, kukira cuma segelintir orang saja hehe. Lalu, aku mengambil posisi duduk yang nyaman. Karena oleh panitia diminta mengisi tempat yang di depan, aku bersama beberapa orang di sebelahku bergeser ke depan. 

Mengaji pun dimulai. Kali ini mubalig yang di hadirkan adalah Ust Miftahudin dari Surabaya. Aku berusaha menyimak baik-baik apa yang beliau sampaikan di pagi ini. Agar bisa ingat apa yang disampaikan, akupun mengeluarkan buku catatan dan pen yang sengaja kupersiapkan.

Ada yang menarik dari pengajian ini. Selain banyak hikmah dan ilmu yang disampaikan oleh ustadz yang bisa menjadi pengingat diri. Di tengah ceramahnya ustadz mmberikan anjuran kepada para jamaah untuk menulis hal-hal penting apa yang disampaikan, khususnya bagi para jamaah yang masih muda. Beliau menganjurkan setiap ada ngaji lagi di lain kesempatan tidak hanya memanfaatkan ilmu jiping saja, yaitu ngaji kuping. Selian mendengarkan, juga sesekali mencatat apa yang disampaikan. 

Ustadz mencontohkan sosok Mr. Khalend, yang kebetulan teman beliau waktu umrah sekaligus gurunya. Tadi beliau hadir dan duduk di barisan paling depan. Ustadz melihat Mr. Khalend dengan buku catatan kecil yang dibawanya dan terlihat sibuk mencatat. Perlu diteladani memang, padahal beliau sudah punya banyak ilmu, tapi di kesempatan seperti ini beliau masih saja memanfaatkannya sebagai tempat belajar. 

Kata ustadz cara semacam ini untuk menunjukkan kesungguhan kita dalam menghadiri sebuah majlis ilmu. Karena bisa jadi kalau hanya jiping atau mendengar saja, pikiran kita kemana-mana alias tidak fokus, meskipun raga sedang hadir di tempat. 

Catatan ahad pagi
Pare, 5-2-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...