Ibu atau emak adalah seseorang yang paling istimewa dalam
hidup kita, bukan? Saya kira semua orang akan setuju terhadap hal itu, jika
sosok ibu adalah yang nomor satu. Sehingga, akan menjadi sesuatu yang patut di
pertanyakan ketika ada orang yang bilang, misalnya bahwa pacarnya menjadi
seseorang yang paling special dalam hidupnya, Gubraakkk. Cinta ibu kiranya berbeda dengan cinta seorang pacar,
cinta ibu itu cinta tanpa syarat, cinta yang begitu tulus tumbuh dari dalam
lubuk hatinya. Sehingga, tidak perlu ragu lagi jika kita akan menjadikan sosok
ibu sebagai seseorang yang nomor satu dalam hidup kita.
Hadist berikut ini kirannya
sudah tidak asing lagi di telinga kita, yaitu hadist yang menunjukkan bahwa kecintaan
dan kasih sayang kepada Ibu harus kita nomor satukan. Mungkin saat mengaji
dengan ustadz di pesantren atau ketika mendengarkan ceramah, seringkali hadist
yang satu ini disebutkan. Pernah ada
seseorang yang datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada
siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang
tersebut bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.’ Dari hadist tersebut, kata “Ibu” disebutkan sebanyak tiga kali,
sementara kata “Ayah” hanya disebutkan satu kali saja. Hal ini menunjukkan
bahwa cinta kita terhadap Ibu harus tiga kali lebih besar di bandingkan kepada
seorang ayah. Perbandingan kasih sayang yang harus kita berikan kepada Ibu dan
Ayah saja tiga berbanding satu. Bisa ditarik kesimpulan, jika ada yang
memberikan cinta atau kasih sayang seutuhnya kepada kekasih atau pacarnya,
berarti itu adalah sebuah kesalahan besar. Ibu tetap yang paling istimewa.
Berbicara tentang sosok ibu itu
memang sangat mengesankan, yang terlintas dalam benak saya, sebagai seorang
anak adalah segala sesuatu yang baik-baik. Ibu memiliki perasaan yang di penuhi
dengan kebaikan dan juga kasih sayang yang luar biasa. Ibu akan berusaha keras untuk mendidik
anak-anaknya dengan baik dan berusaha agar anak bisa terhindar dari segenap
bahaya kehidupan. Demi sang anak, seorang ibu juga akan rela berkorban, nilai-nilai
kemuliaan begitu tertanam kuat dalam diri seorang ibu. Ia seakan-akan mengarahkan
segala perhatiannya semata-mata demi mewujudkan tujuan kebahagiaan hidup anak-anaknya,
ia selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya.
Ibu saya bukan orang yang
berpendidikan, ia hanya sebatas seorang Ibu rumah tangga saja. Tetapi ia memiliki tekat yang kuat agar saya
dan adik saya bisa sekolah tinggi dan bisa menjadi orang yang berhasil, agar
kami tidak seperti Ibu dan juga Bapak yang tidak bisa merasakan bangku
pendidikan sepenuhnya. Keinginanya agar kami bisa sekolah tinggi sungguh kuat,
sehingga ia nekat untuk bekerja ke luar negeri. Bagi Ibu dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan
hidup atas jerih payahnya sendiri adalah kebahagiaan, Ibu tidak pernah malu untuk bekerja. Ibu juga tidak
pernah mengeluh kalau pekerjaannya berat, ia selalu tersenyum dihadapan kami. Semangat
dan keuletannya dalam bekerja, itulah yang membuat saya menjadi lebih berhati-hati
dalam menjalani hidup. Aku harus bisa memanfa’atkan waktuku dengan
sebaik-baiknya, belajar dengan sungguh-sungguh adalah salah satunya. Aku harus
kasihan dengan Ibuku.
Bagiku, Emak adalah seorang
teristimewa. Ia adalah inspirasi semangat dalam hidup ku. Meski dalam segala
keterbatasannya, Emak selalu berusaha tampil menjadi sosok panutan bagi
anak-anaknya. Ibu tidak pernah menjadi perempuan yang malas-malasan. Contoh
kecilnya, suatu hari, ketika dirumah Ibuku memang sering sekali marah kepadaku,
namun marahnya adalah demi kebaikan anaknya. Ibu saya tidak mau melihat anaknya
malas-malasan. Ketika ada pekerjaan rumah yang menunggu tetapi saya saat itu
tidak peka untuk menyelesaikannya, maka siap-siap saja untuk mendengarkan
omelan Ibuku. Saya sangat takut kalau Ibuku sudah marah, sehingga sebelum ia mengeluarkan
mantrannya, jika di rumah saya harus dengan segera menyelesaikan pekerjan rumah
itu.
Sebagai penutup dari tulisan
saya ini, akan saya tuliskan sedikit catatan yang saya dapatkan dari hasil
membaca buku tentang Ibu. Judul bukunya adalah “Buaian Ibu di antara Surga dan
Neraka”. Buku ini sungguh inspiratif. Senang sekali, saya bisa menemukan buku
ini di bazaar kemarin. Intinya adalah kebaikan atau kemuliaan seorang ibu itu
tidak ada bandingannya. Sebagai seorang anak, maka kita harus berusaha
semaksimal mungkin untuk memuliakannya. Dr. Ali Qaimi (2002: 19) menyatakan
bahwa Ibu yang baik itu bahkan masih jauh lebih baik lagi dibandingkan dengan
seratus dokter dan insinyur sekalipun. Kedudukannya jauh lebih tinggi dari
serartus pengajar dan pendidik. ibulah yang mendidik manusia dengan segala
kebaikannya, mengajari adab, ma’rifat dan akhlak. ibu yang baik akan selalu
mengorbankan kepentingan dan kesenangannya demi sang buah hati. Pengorbanan
ini, pada dasarnya, harus kita agungkan dan muliakan.
Ya Allah,
ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku
diwaktu kecil.
Ya
Allah, berikanlah kesehatan dan kebahagiaan kepada Ibu. Berikanlah rahmat dan
kasihmu kepada beliau. Jadikanlah hamba sebagai anak yang sukses yang mampu
membahagiakan Ibu. Ya Allah hanya kepada-Mu lah aku meminta dan hanya kepada-Mu
lah aku memohon pertolongan.
Aamiin.
Tulungagung, 18-9-2015
* Catatan
kecil ini untuk acara menulis bersama yang di adakan oleh kampusku. Dalam rangka menyongsong Hari Ibu, LP2M IAIN
Tulungagung mengajak kita untuk menulis esay atau puisi bertemakan “Goresan
Cinta Buat Bunda” yang akhirnya tulisan kami ini nanti dijadikan menjadi sebuah
buku ^__^.
Nice Writing on Friday Night
Semoga aku mampu jadi ibu yang baik, skaligus bisa jadi anak yg baik buat ibuku
BalasHapusAmiin, Aamiin, Aamiin
Hapus