Dosen saya ini
namanya Miss. Dwi. Orangnya sangat pintar, baik, dan sangat akrab dengan
mahasiswanya. Saya cukup kaget ketika salah satu
teman saya memanggil-ku waktu itu, ia memberitahukan kepadaku jika saya dicari
oleh dosen saya, Mom. Dwi. Beliau adalah salah satu dosen bahasa inggris saya
yang saat ini sedang berjuang menyelsaikan S3-nya di solo. Beliau mengambil
bidang Linguistik. Saat ini sedang proses meyelesaikan desertasinya. Teman saya
sempat bertemu beliau saat dikampusku sedang ada wisuda satu minggu yang lalu,
kebetulan teman saya tersebut ditunjuk untuk menjadi penerima tamu dalam agenda
itu. Ia sudah memberikan nomor telphonku kepada beliau, dan sewaktu-waktu saya
akan di hubungi.
Sehari kemudian beliau menelphonku.
Memang dalam beberapa waktu ini saya longgar, karena sudah tidak ada kuliah,
sehingga saya mengiyakan tawaran beliau untuk membantunya mengerjakan data-data
untuk desertasinya itu. Katanya banyak sekali data yang harus di olah, sehingga
mom. Dwi perlu bantuan. Setidaknya ini bisa mempersingkat waktunya jika ada yang
bantu mengolah datanya.
Hari itu juga, saya langsung menemui
beliau di kampus. Meskipun cuti, jika pulang ke T.agung beliau lebih sering
nglembur mengerjakan tugas desertasinya itu di kampus. Pukul 5 sore saya
bertemu dengan beliau. Sudah lama sekali saya tidak bertemu Mom. Dwi, hari ini
akhirnya bertemu lagi. Tetap cantik dan enerjik beliau-nya, masih sama seperti
saat mengajar saya dulu di semester awal. Ku ucapkan salam kepada beliau, lalu
bersalaman sambil ku cium tangannya.
Sampai pukul 11 malam saya bersama
beliau di kampus itu. Menerangkan apa yang harus saya lakukan dengan data-data
itu butuh waktu yang lama. Itu adalah sesuatu yang baru bagi saya, sehingga
butuh berkali-kali dalam menjelaskannya, itupun masih saja belum paham.
Di beri amanat oleh dosen saya untuk
melakukan ini susah-susah senang sebenarnya, senangnya jika memang saya nanti
bisa menyelesaikan tugas yang beliau berikan ini, otomatis kami bisa menjadi
saling akrab. Siapa yang tidak senang bisa punya dosen sekaligus teman seorang
calon doctor. Saya bisa belajar lebih kepada beliau. Cukup susah karena tugas
yang diberikan ini perlu ketlatenan dan kesabaran ekstra untuk
menyelesaikannya. Beliau memberikan semangat kepada saya, bahwa dengan
mengerjakan ini, ilmu yang telah saya dapatkan selama beberapa semester ini
bisa diaplikasikan. Otomatis saat mengerjakan, saya juga sedang belajar disini.
Selama berjam-jam saya dengan penuh
kesabaran mendengarkan penjelasan dari beliau. Sangat telaten beliau dalam
menjelaskan bagian per bagiannya. Setelah
selesai kertas-kertas yang di berikan saya bawa pulang untuk saya coba kerjakan
di rumah.
Besok harinya, berarti lusa saya di
telphon oleh beliau, menanyakan bagaimana perkembanganya. Saya berkata jujur
saja, beberapa point masih ada yang belum paham. Malam hari nya saya ke
rumahnya untuk berdiskusi bagian yang belum paham itu. Beliau senang sekali,
karena ada teman yang diajak berdiskusi.
Berhari-hari saya ya begini ini lho
mbak kerjaan saya, di depan laptop terus. Kalau sudah duduk dan di depan laptop
begini sulit untuk beranjak. Begitulah ungkapan beliau yang saya ingat ketika
saya sampai di rumah beliau. Mengerjakan itu dari pagi hingga pagi lagi sudah
biasa. Dan malam ini saya kali pertama benar-benar tidak tidur. Saya menemani
beliau mengerjakan desertasinya itu, berdiskusi hingga pagi tiba. Saya
sebenarnya ngantuk berat, tapi saya kasihan dengan Mom. Dwi. Saya memutuskan
untuk menemaninya. Beliau lagi di kejar target, jadi sebisa mungkin dalam waktu
dekat ini sudah ada laporan yang akan ditunjukkan ke advisornya.
Saya sangat salut dengan beliau ini.
Selama semalam saya disitu,banyak sekali cerita yang saya dapatkan. Beliu
selingi diskusi kami dengan cerita-cerita yang kadang menegangkan, tapi kadang
ceritanya bikin kami tertawa. Beliau orangnya baik, asyik dan care kepada siapa
saja.
Selain
kuliah itu, padahal beliau masih banyak tugas-tugas yang lain yang juga harus
di selesaikan, seperti rumah tangga, tugas di luar, dll. Tapi beliau berusaha
untuk mengerjakan tugas akhirnya ini dengan sebaik-baiknya. Yang lebih salut lagi,
permasalahan dari desertasi yang beliau angkat ini sungguh mengandung berbagai
pelajaran hidup yang luar biasa. Intinya bisa membuat diri lebih baik, dan
dengan mengerjakan tugas desertasinya ini berarti telah berusaha untuk
memperbaiki diri. Beliau sangat kritis, idealis, dan selalu perfectionis,
berupaya untuk selalu melakukan yang terbaik. Gimana keren kan? Kita do’akan
semoga desertasinya ini bisa cepat selesai, Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar