Ban Motor Bocor Lagi

    Dalam dua bulan ini, seingat saya sudah empat kali saya harus mendorong motor saya ke tempat bengkel untuk menambal ban. Setiap ban bocor, selalu tidak pada waktu yang tepat, sehingga dengan terpaksa saya harus mendorongnya. Seminggu yang lalu adalah ban bocor yang ketiga kalinya. Saya mulai ceritanya langsung yang ketiga saja, soalnya yang pertama dan kedua kronologinya sudah lupa.

      Ketika itu, sebenarnya saya sudah tahu dan sadar jika saat saya naiki keadaannya sudah gembos. Saya tidak langsung memompanya karena terburu-buru untuk mengantarkan adik saya ke kampus. Meskipun ia sudah bisa naik sepeda motor sendiri, tapi saya belum tega memintanya ke kampus naik sepeda motor. Sehingga, saya harus antar-jemput. Kebetulan ia akan berangkat bersama temannya, langsung saja saya angkut mereka berdua. Saya paksa sepada motorku untuk kuat menahan beban kami sampai di kampus. Sampai pulang lagi masih aman-aman saja. Sudah tahu gembos, ketika sampai rumah, tidak segera di pompa. Pikir saya masih aman.

        Malamnya saya buat menjemput adhik saya ke kampus. Motor baru dikendarai beberapa meter dari gerbang, eh tiba-tiba ada perasaan tidak enak, motornya jadi megal-megol gini dan berat saat dibuat jalan. Langsung berhenti, ngecek ban belakang. Yah, bocor lagi. Terpaksa olahraga malam, dorong-dorong motor dengan ban yang kempes. Karena keadaan sudah malam, tentunya sudah tidak ada bengkel yang buka. Motor saya tinggal di kampus, saya titipkan ke Satpam. Besok paginya akan saya ambil untuk langsung ditambalkan.

        Pagi-pagi saya tuntun motor saya ke tukang tambal ban. Ternyata ban dalamnya sudah waktunya di ganti. Prosesnya sudah beres, ongkosnya Rp. 45. 000,-.

         Padahal baru saja ban dalamnya diganti seminggu yang lalu, hari ini mau saya pakai kempes lagi. Kelihatannya, bocor, saya juga tidak tahu kena paku atau kenapa. Saya memilih untuk menambalnya di lain tempat, tidak sama seperti yang kemarin. Meskipun cukup jauh mendorongnya, tapi saya yakin di tempat itu kualitasnya bagus, karena setiap saya lewat situ banyak kendaraan yang antri.

    Agak malu-malu juga, pagi-pagi sudah dorong-dorong motor, ah…biarin saja. Setelah sampai di tempat ternyata sudah banyak yang mengantri. Saya harus menunggu cukup lama. Sekitar satu jam-an saya menunggu di tempat itu. Ku keluarkan jimat saya sebagai obat anti suwunk, sebuah buku bacaan yang sengaja saya bawa dari rumah. Tidak terasa akhirnya proses tambal-menambal selesai. Motor ku akhirnya sehat kembali.