Jumat, 28 Juli 2017

SANG PEJUANG KEHIDUPAN


Buku "Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali

Dalam sebuah pertemuan dengan Pak Guru J. Sumardianta di acara SLG STKIP Ponorogo (12/02), membuat saya sedikit tahu tentang buku yang berjudul "Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali". Saat memperkenalkan diri, beliau menunjukkan beberapa karyanya yang telah terbit, maupun masih proses terbit. Salah satunya buku "Jatuh 7 Kali Bangkit 8 Kali" itulah yang pada bulan itu masih digarap penerbit. Dan akhirnya buku tersebut terbit pada bulan Maret 2017. 

Tidak sengaja saat ke toko buku, kalau tidak salah satu bulan yang lalu saya dipertemukan dengan buku ini. Langsung saya beli tanpa basa-basi. Membaca buku-buku Pak Guru J. Sumardianta, seperti "Mendidik Pemenang Bukan Pecundang", "Guru Gokil Murid Unyu", dan "Habis Galau Terbitlah Move on" membuat saya penasaran kisah-kisah apa lagi yang selanjutnya beliau tuliskan.

Meskipun sudah cukup lama saya beli, namun belum saya baca sepenuhnya, beberapa kali hanya saya baca sekilas saja. Hari ini buku itu saya pandangi lagi dan saya baca. Baru bagian depannya saja yang saya cermati, diantaranya biografi kedua penulis, kata pengantar oleh Anindito Aditomo, Ph.D. yang berjudul "Belajar Menghayati Kehidupan" dan juga kata pengantar yang ditulis oleh dua penulis buku ini, G. Sutarto dan J. Sumardianta berjudul "Kehebatan Sehari-hari", serta prolog yang berjudul "Kesulitan Menuntut Kreativitas". Bagian intinya masih saya baca sekilas dan acak. 

Membaca bagian-bagian yang saya sebutkan di atas saja banyak inspirasi kehidupan yang luar biasa tentang kedua penulis tersebut, belum lagi jika kisah-kisah kehidupan dalam buku ini bisa dibaca tuntas. Sungguh buku yang bagus sekali karena memang ditulis based on true stories. Buku ini ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang lebih condong membahas seputar kisah kehidupan G. Sutarto atau lebih dikenal dengan Sutarto. Berbagi tantangan kehidupan, peliknya kehidupan yang pernah beliau alami dulu tersaji rapi dalam buku ini.

Menurut Anindito Aditomo, Ph. D. Sutarto ini punya "mindful awareness" alias kemampuan dalam menghayati tiap momen kehidupan. Berkat keahlian itulah yang tengah membuat beliau sadar akan arti pahitnya hidup yang dialami. Kegagalan seakan menurutnya sebagai anugerah dalam hidup yang harus disyukuri setiap saat. Beliau yang pada akhirnya menjadi orang yang hebat, segaligus guru hebat berkat kegigihan beliau dalm memaknai kesulitan dan tantangan hidup.

Kisah-kisah dalam buku ini juga karena dilatabelakangi oleh beberapa hal. Dalam buku ini disebutkan ada tiga diantaranya, pertama, berkat pertemuan Sutarto dengan para guru yang menginspirasinya waktu duduk di bangku sekolah. Kedua, karena kebaikan-kebaikan kecil yang seringkali datang dari orang tak dikenal. Menurut Sutarto kebaikan kecil seperti inilah yang mampu memberikan kekuatan pada dirinya yang hidup di tengah kemalangan dan seakan dalam kehidupan yang tak adil tersebut. 

Ketiga, Sutarto punya kemauan untuk menghayati setiap momen kehidupan, bahwa ada akar spiritual yang kuat. Beliau punya segudang keyakinan bahwa dibalik itu semua ada rahasia kebaikan sang Maha Agung. Beliau percaya kalau kehidupan yang Tuhan anugerahkan adalah sumber pelajaran yang tak ada habisnya. "Tidak ada proses belajar tanpa kegagalan".

Kisah-kisah beliau ini benar-benar ditulis dengan sangat detail, baik nama, lokasi, waktu, dan kejadian. Ceritanya menjadi sangat hidup. Tentunya hal itu tak lain juga berkat kepekaan Pak J. Sumardianta dan Pak G. Sutarto dalam merangkai setiap peristiwa menjadi kisah unik nan inspiratif itu. 

Jatuh 7 kali bangkit 8 kali (Bentang, 2017) punya pesan yang sangat mendalam tentang tantangan dan pengalaman getir kehidupan yang tidak mudah. Itulah yang dialami oleh G. Sutarto mulai dari masa anak-anaknya hingga beliau sekarang menjadi guru hebat di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Dibalik pahitnya hidup yang membelenggu, Sutarto sangat gigih dan punya semangat tinggi untuk bisa sekolah SMA dan kuliah. Waktu itu ayahnya hanya meminta untuk sekolah SPG saja setelah lulus SMP agar bisa langsung menjadi guru. Namun, beliau tidak setuju.

Sutarto adalah orang yang percaya bahwa dengan mengenyam pendidikan akan bisa merubah nasibnya dan memberikan jalan keluar akibat pahitnya kehidupan yang membelenggu. Beliau menjadi orang pertama di kampung halamannya yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Berkat kesungguhan, beliau menjadi sosok yang berpengaruh di bidang pendidikan, khusunya di sekolah tempatnya mengajar.
Ya, buku yang mengisahkan perjalanan hidup Pak G. Sutarto ini terdiri atas 3 bagian, bagian pertama berjudul Mensyukuri Keuntungan Tak Adil. Kisah yang diangkat pada bagian pertama ini lebih ke pengalaman masa lalu Sutarto saat kecil hingga remaja yang cukup pahit. Pada bagian kedua berjudul 3M: Menemani, Melayani, dan Membela. Orang- orang yang berjasa besar bagi kesuksesan Sutarto diceritakan pada bab ini. Bagian terakhir berjudul Stay Hungry, Stay Foolish. Terus lapar (hungry) dan bodoh (foolish) selalu dijadikan motivasinya agar selalu menjadi manusia pembelajar.

Sedikit demi sedikit bagian demi bagian pada bab satu saya baca meskipun belum semuanya. Ceritanya yang memang sangat hidup, membacanya seakan diberi cerita langsung oleh yang bersangkutan, Pak G. Sutarto dan Pak J. Sumardianta. Kisah pahit, sedih, haru dibalut dengan cara menghadapi sebuah persoalan yang bijak membuat segala pahit getirny hidup terselesaikan dengan baik.

Seperti contohnya pada sebuah kisah yang penuh perjuangan bagaimana beliau baru pertama kali masuk SMA. Kisah dramatis saat Sutarto mendapatkan celana pramuka diceritakan pada bagian pertama berjudul "bersiap diri menerima keberuntungan".

Alkisah awal-awal sekolah ia kebingungan mendapatkan seragam sekolah pramuka. Orangtuanya tidak punya uang untuk membelikanya. Satuasi dan kondisi serumit apa pun selalu megandung jalan keluar. Baju atasan pramuka waktu SMP menurutnya masih pantas dipakai. Celananya, ia membujuk simboknya agar menjual ayam lancur dan uangnya dibelikan kain celana Famatek coklat. Namun uangnya cukup untuk dipakai menjahitkan kain itu. Untung ada Yu Ngadiyem, seorang penjual tempe yang bersedia meminjamkan uangnya. Itulah pakaian terbaik yang pernah Sutarto miliki.

Menghayati kisah demi kisah dalam buku Jatuh 7 Kali bangkit 8 Kali menyadarkan saya tentang sebuah arti kehidupan yang sebenarnya. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita raih dari sebuah kegagalan atau pahitnya hidup. Salah satunya menurut saya mampu menjadikan pribadi yang bersyukur karena kegagalan telah menjadikan pribadi yang kuat. Kita juga harus percaya bahwa rencana Tuhan akan indah pada waktunya. Kesuksesan yang menghampairi Sutarto saya kira juga buah dari sebuah kegagalan yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan tahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...