Selasa, 21 Juni 2016

Sisi Lain Skripsi(ku)



Berbicara skripsi, sepertinya tak lain menyangkut dengan revisi, dosen pembimbing, persiapan sidang, dll. Kini aku tengah mengalaminya. Bermula dari pengajuan judul sekaligus mengumpulkan proposal. Lalu, mendapatkan dosen pembimbing, melakukan seminar proposal, bimbingan intens, revisi, dan masih banyak lagi. 

Studi pustaka (Library Research) adalah riset yang saya ambil. Hmmm, saya ambil itu tidak terlepas karena minat dan ingin saja. 

Data penelitian tidak saya peroleh dari lapangan melainkan dari analisa teks atau wacana. Disinilah sisi lain yang saya maksudkan, yaitu berkaitan dengan teks atau dokumen yang saya pakai sebagai subjek penelitian. Ada apa dan mengapa?

Sekitar satu bulan yang lalu saya menghubungi salah seorang dosen mata kuliah di kampus. Saya mendapat info dari adik tingkat, kalau yang mengajar mata kuliah yang saya maksudkan, argumentative writing adalah Mr. X. Syukurlah, karena pengalaman saya diajar oleh beliau sangat bersahabat, beliau care dengan mahasiswanya, jadi saya cukup tenang ketika akan menghubungi beliau. 

Ternyata butuh beberapa kali pertemuan dengan beliau (hanya) untuk meminta students’ work mahasiswa. Untuk pertemuan pertama saya tidak menghubungi beliau, langsung menemui di kelas saat mengajar. Saya tahu kelas mana yang diajar saat itu, karena telah bertanya. Jadinya surprise dech bertemu beliau. Saya berbicara baik-baik dengan beliau tentang maksud dan tujuan saja. Mr menerima dengan baik, bahkan memberikan kesempatan kepada saya untuk menghubungi beliau jika ada yang ingin dibicarakan lagi.

 Pertemuan kedua, saya menerima students’ work dari beliau, saya diminta untuk membacanya dan segera mengembalikan karena belum dikoreksi. Segera saya FC lalu menemui beliau lagi untuk mengembalikan. Rupanya masih kurang puas dengan data yang peroleh, sambil mengembalikan saya bertanya lagi apakah masih punya SS’ work lainya. Beliau yang baik hati tidak mengatakan saya seenaknya sendiri, malah menceritakan semua tugas-tugas yang telah beliau berikan ke mahasiswanya.

Pertemuan berikutnya saya diminta untuk menemuinya lagi. Semua tugas siswa yang beliau berikan dibawa ke kampus dan diminta untuk membawa semua, saya bebas memilih yang mana. Lalu, menemui beliau lagi untuk mengembalikan.

Tidak cukup sampai disini. Sesui dengan rencana, saya ambilkan sample penelitian secara merata dari semua kelas. Kebetulan Mr. X hanya mengajar satu kelas saja, untuk beberapa kelas yang lain diampu oleh Mrs. Y dan beliau adalah dosem pembimbing saya. Berkali-kali tatap muka dengan beliau, sekedar mau menayakan tugas siswa rasanya berat sekali, seperti ada yang menarik lidah saya ketika ingin minta ijin atas hal itu. Huh takut sebelum waktunya. Beberapa minggu yang lalu, saya memberanikan diri untuk ngomong. Alhamdulillah ditanggapi dengan baik, namun saya tidak berhasil mendapatkan tugas siswa itu, karena terlanjur sudah dikoreksi. Beliau tidak mengijinkan saya meminjamnya. 

Setelah mendapat kepastian itu, pekerjaan siswa yang saya dapatkan dari Mr. X itulah yang segera saya eksekusi, dengan membaca dan mengkajinya, serta mencatat informasi-informasi yang saya perlukan sebagai data mentah penelitian. 

Menikmati apa yang saya kerjakan itu adalah sebuah keharusan, agar saya bisa senang melakukannya. Begitu juga dengan melakukan analisa wacana dari tugas siswa. Lembar demi lembar akhirnya selesai saya analisis, tinggal meminta validasi pembenaran kepada beberapa teman dan juga dosen yang ahli dibidangnya. Syukurlah, satu per satu dari mereka telah saya hubungi, dan mengiyakannya. 

Tidak hanya itu, sisi lain yang lainya adalah saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan menarik, sekaligus bermanfaat dari argumentative writing yang ditulis siswa. Topik yang Mr. X berikan ternyata juga cukup cocok di kalangan para mahasiswa dan bisa memberikan peluang sebesar-besarnya kepada mahasiswa untuk beragumen dan menguatkan argumennya, yaitu tentang matchmaking. Tak jarang orang tua menginkan anaknya untuk hidup bahagia di masa depannya, yang akhirnya orangtua berusaha mencarikan jodoh terbaik untuk mereka. Namun, tak jarang juga yang tidak setuju, karena mungkin mereka sudah punya pacar atau tidak cocok dengan pilihan orang tuanya. Kadang tidak serta merta orang tua juga menyetujui dengan pilihan anaknya, namun tidak semua anak juga bersedia jatuh pada kehendak orang tuanya, akhirnya beberapa masalah muncul, seperti eloping, the forbidden love, married without parental consent, dll. Hmmm, kiranya menjadi topik yang debatable bukan? he he.  

Setiap mahasiswa punya sudut pandang yang berbeda, baik pro atau kontra. Menikmati kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph, tulisan demi tulisan menjadi tidak lagi terasa membosankan. 

 Every sign has meaning

2 komentar:

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...