Kamis, 23 Juni 2016

Pastel Buatan Kami




Sepiring pastel buatan kami
 

Bermula dari teman kos saya yang kemarin siang sibuk di dapur. Saya ke dapur untuk mencuci piring. Melihat mereka berdua terlihat asyik menggoreng sesuatu, membuatku jadi penasaran. Saya tanya katanya lagi buat dolanan. Walah, mainan kok pakai di goreng segala. Selesai mencuci piring, saya mengintipnya, ternyata yang digoreng adalah pastel. Saya memujinya, karena hasil gorenganya memang persis seperti pastel pada umumnya meskipun katanya baru mencoba yang pertama kalinya. 

Saya diminta untuk mengambil pastel yang sudah matang untuk dicicipi saat buka buasa nantinya. Karena baru sedikit yang sudah digoreng saya memutuskan untuk mengambilnya nanti saja, waktu menjelang berbuka. Anehnya, kok ya saya tidak penasaran bagaimana cara membuatnya, bahanya apa saja, dll? He e, dasarnya saya yang kurang hobi membuat jajanan … Kalau makan sich hobi banget. Langsung saja saya meninggalkan dapur, menuju ke kamar. 

Kudengar adik saya keluar dari kamarnya (ya kami jadi satu kos, namun tidak jadi satu kamar, hee LOL). Ternyata ia juga ke dapur. Berbeda dengan yang saya lakukan pas ke dapur, cukup memuji pastel buatanya berhasil, tidak lebih, namun adik saya melakukannya lebih dari itu. Kalau soal masak memasak, sepertinya adik saya lebih hobi, bahkan pernah saya melihatnya ia telaten sekali mencatat resep makanan dari internet untuk dibuatnya di rumah. Beberapa kali memang pernah di rumah ia membuat resep-resep tertentu.

Tidak kukira, jika saking penasaranya dengan cara membuat pastel goreng yang dibuat teman saya tadi, adik meminta mengantarkanya untuk membeli bahan-bahannya dan ia juga ingin membuatnya. Akhirnya mereka berdua pergi ke sebuah toko. Saya tahu karena sebelum berangkat, adik meminjam motor saya untuk dipakai ke toko membeli bahan membuat pastel. Tak lama kemudian, ia datang dengan membawa satu kantong kresek hitam bahan-bahan yang dibeli. 

Siang itu adik sibuk dengan mmebuat adonan pastel bersama temannya, sementara saya sibuk dengan urusan saya. Awalnya saya tidak tertarik untuk ikut nimbrung. Namun usut punya usut, kok ya kasihan saya sama adik sedari siang samapi sore hari belum selesai membuatnya, masih saja uthek di dapur. Saya menghampirinya. Langsung saja, ia memintaku untuk ini dan itu. Adik dan kakak siap beraksi.

Pastel menjadi obrolan seru kami sore itu. Sedari siang hingga sore itu, adik telah berhasil menggoreng cukup banyak pastel. Sementara masih ada adonan yang tersisa. Saya diberi contoh membuat pastel yang siap goreng. 
 
Adik telah membuat bulatan kecil-kecil dari adonan itu, saya tinggal diminta untuk menipiskannya, lalu diberi isi, dan dicetak. Huhh, ternyata butuh ketlatenan dan tidak sesederhana yang saya bayangkan. Tapi asyik juga … 

Adik belanja bahan-bahan adonan diataranya, telur, mentega, tepung terigu, dan abon instant. Dari setengah kilo terigu yang ia beli, adik hanya mengambil separonya (1/4 kg). Lalu, dimasukkan di ember plastik, diberi satu butir telur, ditambahkan air,  mentega dan garam secukupnya. Membuat adonan harus dicampur hingga benar-benar merata. Diuleni dan dibanting-banting secara berulang-ulang, yang akhirnya jadi adonan kalis dan tidak lengket.

 Bahan membuat pastel kering

Setelah adonan sudah kalis, menjadikan adonan tersebut menjadi bulatan kecil-kecil yang siap ditipiskan. Yups, ini tugas saya, yaitu memipihkan bulatan kecil-kecil menjadi tipis (tapi jangan sampai robek). Botol sirup menjadi alat bantu memipihkan adonan. Adonan dilapisi plastik dan diletakkan di atas talenan, lalu dipipihkan dengan botol tersebut. 

"Jangan dibiarkan adonan terbuka, karena akan mengeras dan sulit untuk dipipihkan." Nasehat adik ketika ia tahu bahwa beberapa kali setelah mengambil bulatan adonan, tutupnya tidak saya kembalikan. 

Setelah adonan bulat kecil itu berubah jadi tipis, kemudian dimasukkan dalam cetakan pastel dan diberi isi abon. Mencetaknya mudah,  tingal meletakkan adonan yang sudah ditipiskan diatas cetakan itu, diberi abon, lalu ditutup. Setelah dibuka, maka akan membentuk pastel yang siap digoreng. Adik yang menggoreng, saya yang bikin cetakanya. 

 Adonan pipih siap cetak

Ditinggal Sholat ‘asar terlebih dahulu, lalu diteruskan lagi. Selesai tepat menjelang bedug Maghrib. Waktu berbuka, saya adik saya mengajak teman-teman menikmati bersama-sama pastel butan kami. Wahh, kata mereka enak. Tapi, memang enak beneran lho!

4 komentar:

  1. mantap sekali, yang satu chef yang lain suka nguliner (dua saudara yang akur) hhh. selamat mencoba selain pastel, misalnya molen pisang (puasa-puasa bikin kemecerrr)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu. Ima, kalau chefnya siap, saya juga siap mencoba ha ha

      Hapus
  2. duluuu aku suka praktik bikin dg Adiba mungil, ehhh bgitu beranjak besar dia malah ogah masuk dapur, yo wis, aku yo bubar waee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hwuaaa kok bisa Bund,, waguh jadi anti dapur he he

      Hapus

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...