Belajar Ngaji Al-Qur’an :
Metode Praktis ‘Ustmani
Belajar itu tidak mengenal
usia, tidak ada batasan waktu untuk belajar. Seperti halnya belajar untuk
membaca Al-Qur’an. Untuk menjadikan bacaan Al-qur’an kita bisa lebih baik dan
lebih baik lagi maka kita perlu untuk terus belajar. Mungkin saat kita masih
kecil, TPA adalah tempat yang pernah dijadikan untuk belajar membaca Al-Qur’an.
Dari situ kita belajar mulai dari nol, iqro’ juz 1 hingga bisa untuk membaca
Al-Qur’an. Tapi jika kita tidak mencari tahu lebih lagi, tidak terus belajar
lagi seringkali apa yang telah kita anggap benar itu mungkin masih banyak yang
salah. itulah perlunnya kita perlu untuk belajar. Membaca Al-Qur’an adalah
suatu yang sangat krusial, jika kita salah sedikit saja dalam membacannya, maka
akan memberikan makna yang berbeda, bahkan memiliki makna yang berlawanan. Sehingga
ketika membaca Al-Qur’an, kita harus memperhatikan aturan-aturan yang ada,
seperti tajwid dan juga makharijul hurufnya. Contoh dari hal yang kecil saja
seperti kata “Qoodim” dan “Qodiim”, memang sepele kelihatannya,
tetapi makna dari dua kalimat sangatlah jauh berbeda yaitu yang
akan datang dan yang lampau. Contoh lain yang saya ingat yaitu, saat membaca
aurat Al-fatihah ayat ke-5. Jika dibaca “IYYaaka na’budu”
dengan tasydid huruf “ya” artinya: “Hanya kepada-Mu Kami menyembah dan hanya
kepada-Mu kami memohon pertolongan, tetapi jika kita membacannya dengan “iYaaka
na’budu” tanpa tasydid huruf “ya” maka artinnya sudah beda jauh sekali,
yaitu “kepada cahaya matahari
kami menyembah dan kepada cahaya matahari
kami meminta pertolongan.” Sangat fatal sekali bukan? Maka dari itu, sangat
penting sekali kirannya bagi kita untuk selalu memperhatikan bacaan-bacaan
Al-Qur’an, salah satunnya dengan terus belajar.
Saya begitu beruntung sekali saat bisa
bergabung dengan pusat lembaga pendidikan Al-Qur’an. Saya bisa belajar memperbaiki
bacaan Al-Qur’an yang kirannya masih kurang pas. Saya bisa langsung belajar
lengsung dengan seorang guru bagaimana cara membaca Al-qur’an dengan benar. Pusat
lembaga pendidikan Al-Qur’an itu bertempat di Blitar, tepatnya di pondok pesantren
Nurul Iman Garum Blitar dibawah pimpinan Kyai Saiful Bahri. Meskipun saya harus
melakukan perjalanan jauh, namun saat itu saya sangat semangat menjalaninnya. Kegiatan
ini saya mulai saat saya masih semester awal dulu. Saya bisa mengikuti kegiatan
ini, mulannya saya hanya iseng untuk mengantarkan teman saya untuk kegiatan
mengaji ke Pondok tersebut, dan ternyata kegiatannnya itu begitu asyik, mengaji
bersama-sama dengan panduan lagsung dari guru.
Pesertannya banyak sekali, mulai dari remaja, hingga para ibu-ibu sekalipun.
Mereka semua begitu memiliki semangat besar untuk belajar membaca A-Qur’an. Akhirnya
saya berkeinginan besar untuk ikut lagi. Mengaji Al-Qur’an bagi saya memang
sebuah kesenangan tersendiri, dan kebetulan metode praktis yang digunakan oleh
pusat lembaga pendidikan Al-Qur’an ini menjadi daya tarik tersendiri bagi saya
yang ingin belajar.
Metode praktis yang digunakan oleh lembaga ini adalah
metode usmani. dengan metode ini diharapkan kita bisa membaca Al-Qur’an dengan
tartil sesuai dengan ilmu tajwid sebagaimana yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Untuk mengikuti kegiatan belajar Al-Qur’an metode praktis usmani
ini, kita harus belajar mulai dari awal lagi, di mulai dari pengenalan huruf Hija’iyah, mengenal makharijul huruf,
hingga memahami tajwid. Dalam tahap ini adalah tahap awal sebelum kita membaca
Al-Qur’an. Biasannya kita menyebutnya Iqra’, tapi dalam metode ini menggunakan
nama juz. Jadi ada 8 juz, mulai juz pemula hingga juz 7, yang sitiap juz-nya
memiliki ketentuan dan tingkatan yang berbeda-beda. Tahap ini disebut PGPQ
(Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an). Dalam tahap ini yang mana akan dibina
lebih lanjut bagaimana cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar menggunakan
metode praktis usmani ini. Dengan mengetahui cara membaca Al-Qur’an yang baik
dan benar, maka kita bisa dicetak untuk
menjadi guru yang bisa mengetahui cara mengajar Al-Qur’an yang baik dan benar
juga. Dengan mengikuti kegiatan ini, juga diharapkan agar kami bisa membuka dan
mengajar TPQ dengan metode praktis ini di dalam masyarakat, sehingga bagaimana
cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar bisa di tularkan. Pembinaan tahap
pertama berlangsung sekitar 10 bulan, dimulai bulan syawal dan diakhiri bulan
rojab. Masuknya seminggu sekali yaitu hari minggu. Dimulai dari jam 8 pagi
hingga jam 2 sore. Setelah tahap ini berhasil saya lalui, lalu saya melanjutkan
tahap selanjutnya, yaitu PTQ (Pendidikan Tartil Al-Alqur’an). Tahap ini yaitu
sebagai tindak lanjut tahap pertama, jadi ilmu yang telah kita dapatkan di tahap
awal, diterapkan ke tahap selanjutnya ini untuk membaca Al-Qur’an.
Sangat menyenangkan sekali rasannya mengikuti kegiatan ini,
pengen untuk mengulanginnya lagi. Kangen juga dengan Yai Saiful yang super gokil.
Dalam menjelaskan materinya, yai begitu lihai untuk mnghipnotis pusat perhatian
siswannya. Materi-materi Al-Qur’an itu tidaklah ia sampaikan dengan bahasa Indonesia
ataupun bahasa arab dengan baik dan benar, tapi cukup dengan bahasa sederhana
dan unik yang mudah dimengerti oleh siswannya. Bisa dibayangkan disitu banyak
sekali yang ikut, dengan berbagai latar belakang. Jadi harus disesuikan dalam
menjelaskan materinnya. Saya ingat sekali seperti saat menjelaskan tajwid. Yai
saiful tidaklah menerangkan apa itu pengertiannya, kami pun juga tidak diminta
untuk menghafalnya. Cukup dengan mengingat kata-kata ini, misalnya Gunnah:
Genah suwe, Idhar: Genah dhiluk, Idghom: Ora genah suwe, Ikhfa’: Luweh ora
genah suwe. Selain itu saat menerangkan sifat-saifat huruf hija’iyah, bagi
orang yang awam untuk memahami seperti sifat jahr, hams, syiddah, rokhowah itu
sesuatu yang sulit. Tapi ada bahasa unik yang mudah dimengerti oleh kami semua
saat memberikan penjelasan tentang itu, yaitu: ditahan, dilepas, ditahan,
dilepas, mentul, ndengngok, ndlongsor, ngamplok, renggang, abot, entheng, nenet,
nyleot, ngeses, ngeder, ngosos, modhot. Adalagi …Ndomah itu mecucu, kasroh itu
meringis, fathah itu mangap. Istilah-istilah itu akan dijelaskan oleh yai sampai
kami bisa paham. Jika saat waktunnya pemberian materi, yang punya stress jika
ikut mengaji ini dijamin langsung hilang pokoknya. Bayangkan duduk bejam-jam tidaklah
terasa lama. Berkumpul dengan para ibu-ibu yang memiliki semangat tinggi untuk
belajar menjadi semangat tersendiri bagi saya. Itulah salah satu metode
praktisnya.
Selain itu metode praktis
lainnya yaitu mushaf Al-Qur’an yang kami gunakan. Kami belajar metode ini
dengan menggunakan mushaf usmani. Jika memakai mushaf Al-Qur’an usmani yang
diberikan langsung dari lembaga itu memang benar-benar praktis. ada tanda-tanda
khusus yang mempermudah cara membaca Al-Qur’an kita. Tidak perlu untuk
menghafalkan teorinya, hanya dengan mengingat tanda-tanda yang ada dalam mushaf
itu. Misalnya bacaan idhar dan ikhfa’: Nun dibacaan idhar itu ditandai dengan
sukun, sedangkan nun di dalam bacaan idghom itu ditandai dengan tanpa harokat,
sehingga saat bertemu dengan nun yang betanda sukun maka cara membacannya harus
jelas, tidak boleh mendengung, dan masih banyak tanda-tanda praktis yang lain.
Kenapa harus menggunakan tanda sebagai metode praktisnya? Karena beliau
menjelaskan bahwa tanda itu sudah menunjukkan perintah, sehingga jika kita
sudah paham dengan tanda-tanda itu maka juga akan mudah untuk memahami
perintahnya, dan akhirnya kita membaca Al-Qur’an dengan benar. Praktis sekali
bukan?
Sangking praktisnya metode
ini, lembaga yang dipimpin oleh yai saiful ini sudah menghipnotis orang-orang
yang mulannya belum bisa sama sekali baca Al-Qur’an, mereka menjadi suka dan
akhirnya bisa. Metode ini di kemas dengan begitu sistematis dan praktis,
sehingga sangat cocok ntuk semua kalangan, mulai anak-anak hingga dewasa. Yang
juga tidak kalah menariknyanya saat mengaji dengan yai saiful, yaitu setiapkali
beliau selalu memberikan ijazah, setiap kali bertemu ayat Al-Qur’an yang disitu
terdapat ijazahnya. Sehingga kalau lulus dari lembaga ini disamping bisa jadi
guru mengaji yang yang professional juga bisa jadi dukun, he e.
Sangat berharap sekali,
nantinnya saya bisa mengikuti jejak beliau, saya sangat salut kepada beliau.
Saya bisa mendirikan lembaga semacam ini, yang tentunya bisa bermanfa’at bagi
orang lain terutama orang-orang terdekat, yaitu keluarga, Amiin. Wallaahu a’lam.
Pojok Minggu : T.agung, 12-04-2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar