ON ROUTE GOA LOWO
Dua minggu
yang lalu, hari senin tanggal 6-04-2015 saya bersama ketiga teman saya berniat
mengunjungi tempat wisata di Trenggalek, yaitu Goa Lowo. Sebenarnya disekitar
goa lowo itu ada juga tempat wisata yang lain, seperti pantai prigi, damas, karanggongso,
dll, tapi kami memutuskan untuk pergi ke goa lowo saja, pantai sudah begitu
familiar. Kami juga baru sekali ini mengunjungi goa, kami begitu penasaran. Goa
Lowo ini terletak di Kec. Watulimo-Trenggalek. Butuh satu jam lebih untuk menempuh
perjalanan kami dari Kota Tulungagung. Kami mengawali perjalanan dari Kota
Tulungagung pada jam 8.30 am. Rute yang kami ambil yaitu melewati campurdarat,
bandung lalu ke arah barat untuk menuju arah Goa Lowo. Medannya bagus untuk
menuju kesana, jalurnya sudah beraspal, sehingga perjalanan kami bisa lancar. Suasana khas kota Trenggalek juga menambah
keasyikan kami dalam menikmati perjalanan ke Goa Lowo. Semakin kearah barat
menuju kecamatan Watulimo, gunung yang menjulang tinggi terasa tepat di hadapan
saya. Terlihat begitu indah. Saat akan mendekati tempat wisata Goa Lowo, Kami
harus berhati-hati sekali karena
medannya berkelok-kelok dan juga naik turun, banyak tikungan tajamnya.
Sesampainnya di Goa Lowo, kami parkirkan
sepedhanya dan berhenti sejenak untuk sekedar beristirahat karena sudah
melakukan perjalanan yang cukup lama. Begitu sepi kedaanya di lokasi saat itu.
Wajar saja, karena kami kesana bukan pada saat hari libur. Kebetulan hari Senin
itu kami free, jadi kami putuskan untuk pergi pas hari itu. Sebelum masuk ke
Goa, kami harus membeli tiket terlebih dahulu. Karena bukan hari libur, jadi
kami membayar dengan tarif biasa, yaitu 7.500 per orang. Petugasnya bilang jika
hari libur tiket masuk seharga 10 rb,
tapi jika datangnya dengan rombongan, maka akan mendapatkan diskon sebesar 10%
…Bagaimana, sangat terjangkau, bukan?
Sebuah
jembatan kayu ini yang telah menyambut kita menuju lokasi Guo lowo “Welcome to
Lowo Cave”. Begitu masuk ke area Goa Lowo ini, kami juga disambut dengan sebuah
patung yang berdiri tepat di tengah-tengah jalan masuk dengan kedua sayap di
punggungnya, patung itu bernama ratu lowo.
Suasana pegunungan sangat terasa
disini, karena terdapat banyak sekali pepohonan, terutama pohon jati. Pohon-pohon
jati itu tumbuh menjulang mengelilingi area ini.
untuk menuju pintu
masuk Goa, kita harus berjalan kaki, sekitar 15 menit-an. Benar-benar sepi …
hanya beberapa orang saja yang keluar masuk goa. Di tempat wisata Goa Lowo ini
juga sudah dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap, seperti wahana
bermain anak-anak, tempat beristirahat, dan fasilitas umum lainnya, jadi sangat
nyaman kirannya jika pergi ke tempat wisata yang berada tepat di bawah lereng
gunung ini.
Suasana
terasa sangat mencekam saat mulai memasuki Goa, dingin dan hening. Mulanya saya
sedikit takut saat mulai masuk, tidak ada pengunjung lain yang masuk bersama
kami, mungkin mereka sudah ada di dalam Goa atau waktunya yang masih pagi, kami
juga kurang tahu … yang jelas masih sangat sepi. Di dalam goa, kami begitu
kagum atas kebesaran dan kekuasaan Allah yang satu ini.
Keindahan nampak pada dinding
serta langit-langit goa yang beraneka bentuk yang tentunnya punya keunikan
sendiri-sendiri, salah satunnya stalaktit dan stalakmit. Saat kami kesana
sayangnya batu stalaktit dan stalakmitnya ini dalam keadaan kering. Jika musim
hujan, maka stalatit dan stalakmit ini akan beraksi, batu kapurnya menetes
sehingga akan menambah keindahan goa. Namanya saja Goa Lowo … Jadi satu hal
yang tidak bisa dilupakan selama menyusuri lorong Goa adalah bau kotoran
kelelawar yang sangat menusuk hidung. Setelah kami berjalan sekitar 200
meter-an, kami memutuskan untuk keluar, karena takut. Sampai saat itu juga
belum ada pengunjung yang masuk. Akhirnya, kami keluar kembali.
Kami
sempat tanya kepada petugas karena penasaran dengan Goa Lowo ini. Jelas kami
sangat penasaran karena di kabarkan Goa Lowo ini sebagai Goa terpanjang di Asia
Tenggara, dan kami belum tahu keterangan yang sesungguhnya. Salah satu dari
kami juga menceritakan kenapa kami begitu cepat keluarnya,, “he e karena
kami takut Pak, di dalam sepi.” Beliau bilang kalau tidak usah takut jika
masuk ke dalam Goa, selama kita melakukan hal-hal yang baik maka kita juga akan
baik-baik saja. Berarti kalau takut, kata beliau kami belum menyadari akan
kekuasaan Allah yang sesungguhnya. Memang benar, Goa Lowo ini terpanjang di
Asia tenggara itu berdasarkan para ahli goa yang sempat meneliti goa lowo ini,
panjangnya mencapai sekitar 3 km, dan itupun belum diketemukan titik ujungnya.
Tetapi yang sudah dikasih jembatan untuk bisa dijangkau oleh pengunjung sekitar
800 meter-an, yang ditandai dengan pengunjung bisa menemukan sinar matahari
lagi. Takutnya jika pengunjung meneruskan perjalanannya, akan kehabisan oksigen
… dan menyulitkan petugas untuk mengontrolnya.
Setelah
kami berbincang-bincang cukup lama …datanglah rombongan dengan bis besar.
Rasannya sayang sekali jika sudah datang jauh-jauh, tapi tidak bisa menikmati
keindahan Goa hingga yang bagian dalam. Akhirnya kami minta izin ke petugasnya
untuk masuk ke Goa lagi bersama rombongan itu. Alkhamdulillah diperbolehkan.
Perjalanan
kami tadi ternyata belum dapat setengahnya, jadi masih harus berjalan sekitar
600 meter lagi untuk bisa menemukan matahari. Semakin ke dalam, benar-benar
kami bisa menikmati keindahan ruangan goa yang luar biasa, salah satunnya
ruangan tempat beristirahat yang satu ini. Karena capek sudah berjalan beratus-ratus
meter dengan oksigen yang terbatas, disitulah kami dimanjakan oleh tempat
istirahat yang dilengkapi dengan tempat duduk dan juga meja seperti ini.
Saatnya
perjalanan pulang … kami sempat salah jalan saat pulang ini, maklum baru
pertama kali menjajaki watu limo. Kami pulangnya mengambil arah naik, bukan
turun, hampir 2 km lebih, mungkin itu jalur ke munjungan. Karena kami merasa
tidak lewat jalan ini, akhirnya putar balik. Dibuat bingung ini mungkin karena
kami belum sholat … setelah menemukan mushola kamipun berhenti untuk sholat
lalu makan siang. Kami membawa bekal dari rumah,,, he e ngirit dikit. Setelah
selesai kamipun melanjutkan perjalanan kami. Saat sampai di
Bandung-Tulungagung, hujan yang sangat deras turun. Karena jam 3 sore harus
sudah sampai di kampus untuk menghadiri sebuah acara, jadinnya hujan deraspun
kami terjang. Kebetulan saat itu kami semua juga tidak ada yang membawa jas
hujan. Hmmm … basah kuyub jadinnya. Uniknya saat kami berempat basah kuyup
seperti habis nyangkul disawah, sesampainnya di Tulungagung masih panas.
Mungkin orang lain dijalan melihat kami begitu aneh …. he e emang gue pikirin. Kami
sampai rumah dengan selamat. Meskipun terasa capek tapi kami begitu senang
menjalani hari ini.
IN HAPPY WRITING
T.
Agung, 16-04-2015
udah semakin banyak renovasi ya Mak Ekaa?
BalasHapusHe e, kurang tahu mbak firdha ...Soalnya baru sekali itu Kesanane
BalasHapus