Rabu, 14 Desember 2016

Belajar Menulis Bersama SPN (1): Quantum Keadilan



BERKENDARAPUN JUGA HARUS ADIL
Oleh: Eka Sutarmi

Adil memegang peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan, bahkan setelah kita meninggalpun keadilan tetap diberlakukan. Segala sesuatu dalam kehidupan kita memang perlu yang namanya keadilan. Apapun itu kalau disikapi dengan keadilan akan tercipta keharmonisan, tidak ada yang merasa dirugikan. Meminjam motto organisasi ILO (International Labour Organization) yang menyatakan bahwa “If you desire piece, cultivate justice” – jika kamu menginginkan perdamaian, tegakkan keadilan. 

Tentang makna keadilan untuk perdamaian, rupanya oraganisasi tersebut perlu dijadikan cermin. Meskipun motto ini lebih difokuskan untuk para buruh atau pekerja, namun saya kira punya konteks yang sama dengan segala aspek kehidupan kita. Tanpa penegakkan keadilan akan menyebabkan situasi dan kondisi yang tidak tentram. Bisa dikatakan bahwa perdamaian yang abadi itu akan tercipta ketika didasari dengan sikap adil. Demikian tinggi derajat keadilan.

Konsep adil yang cakupannya sangat luas, maka menjadi sangat penting juga jika sikap adil diterapkan ketika berkendara. Alangkah indahnya jika keharmonisan bisa tercipta sesama pengguna jalan. Saya adalah tipe pengendara yang selalu mengalah dan bersabar, khususnya ketika saat berkendara di tengah-tengah keramaian kota. Saya terbiasa mengendarai motor di desa yang jalanya masih terjal, berupa makadaman, banyak tanjakan, dan belum banyak mobil yang lalu lalang dan itu malah membuat saya nyaman dibandingkan dengan berkendara di jalan yang sudah beraspal halus tapi arus kendaraan cukup padat.

Karena keadaan mengharuskan saya untuk melakukan perjalanan ke kota, kadang disitulah saya merasa jengkel. Mungkin memang sudah lumrah hal itu terjadi di jalanan kota. Banyaknya pengendara bermotor dan sempitnya jalan raya menjadikan kondisi jalanan seperti ini, tidak sabar dan egois menjadi pemicunya. Tetapi saya berusaha untuk tetap bersabar menikmati segala riuh rendah suasana jalanan di kota. 

Setiap orang sebenarnya punya hak dan kewajiban yang sama atas jalan raya, tidak membeda-bedakan jenis angkutan, merek kendaraan, dan siapa yang mengendarainya. Kaya, miskin, tua, muda, semuanya boleh mengendarai kendaraan di jalan raya asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Siapapun yang melanggar lalu lintas juga akan dikenakan sanksi. Meskipun mobilnya sangat mewah, fortuner misalnya atau moge dan yang mengendarai adalah pejabat pemerintah bukan sebuah dalih untuk membebaskan pelanggaran yang dibuat. Jalan raya merupakan milik bersama, bukan warisan leluhur yang punya hak milik orang-orang tertentu saja.

Sebenarnya keadilan dalam berkendara sudah ditetapkan dalam peraturan lalu lintas. Bagaimana menjadi pengendara yang bijak sudah ada tercantum disana, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Ketika menginginkan keharmonisan, maka wajib bagi kita untuk menjalankan segala aturan tersebut. Bukankah kita semua menginginkan kondisi itu?

Keadilan dalam berkendara memang tengah dibuat melalui segenap aturan yang ada Namun dalam hidup ini seringkali apa yang ada dan berlaku tidak sejalan bahkan bertolak belakang dengan penerapanya. Itulah yang seringkali terjadi dalam fenomena sehari-hari, khususnya dalam hal berkendara. Karena jalan raya adalah milik bersama yang harus digunakan sesuai dengan aturan yang ada, maka idak etis kiranya jika jalan umum digunakan untuk kepentingan pribadi seperti berkendara ugal-ugalan, melanggar rambu lalu lintas, ingin saling mendahului, dsb.

Sebut saja geng motor, yang beberapa waktu lalu berita ini sempa mencuat dan menjadi perbincangan publik. Aksi geng motor ini saya kira juga bentuk ketidakadilan dalam berkendara. Ketidakadilan ditunjukkan karena mereka tidak menggunakan haknya dalam berkendara dengan sebaik-baiknya, sering ugal-ugalan dan sangat membahayakan pengendara yang lainnya. Menurut informasi yang saya dapatkan dari beberapa artikel berita yang saya baca bahwa para pelaku geng motor adalah anak-anak pelajar yang masih dibawah umur. Menjadi lebih tidak adil lagi kiranya! 

Seusia memang masih sangat mengkhawatirkan jika berkendara. Mereka belum mempunyai kemampuan yang tepat dengan usianya. Bukankah salah satu makna adil adalah bersikap proporsional, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan anak dibawah umur bukan waktu yang pas untuk berkendara. Ketika orang tua merasa kasihan dengan anaknya yang seringkali merengek minta sepeda motor dengan alasan macam-macam, lalu diberikan begitu saja maka orang tualah yang tengah memperlakukan anaknya secara tidak adil. Meminjam istilah Prof. Quraish Shihab bahwa kasih sayang tidak boleh mengorbankan keadilan. Maka, kesadaran dari orang tua khususnya sangat penting, karena demi kebaikan bersama. Apapun alasannya aturan tetap aturan jadi harus dipatuhi dengan taat agar tercipta keadilan dan keharmonisan. 

Selain kasus diatas, masih banyak sekali bentuk ketidak adilan yang sering dijumpai saat berkendara, teruta berkaitan dengan pelanggraan lalu lintas. Untuk itu mari berproses untuk terus memperbaiki cara kita berkendara. Kita harus menghormati dan menghargai pengendara yang lain, tidak ngebut di jalan raya dan jangan juga menghambat, mematuhi peraturan lalu lintas, memakai helm demi keselamatan, fokus saat berkendara (tidak memakai HP), mentataati lajur yang sudah disediakan, bersabar dan sesekali juga harus mengalah, dsb. Kembali lagi bahwa peraturan diciptakan untuk mewujudkan keharmonisan  dan ini yang seharusnya kita semua pahami. Mari menjadi pengendara yang adil, yang memberikan kesempatan pengendara yang lainya untuk menikmati haknya sebagai pengguna jalan. 

Pare, 13-14 Desember 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...