Selasa, 31 Januari 2017

Memori Jamu Cekok



Beberapa waktu yang lalu seorang temanku pernah bercerita tentang dirinya yang pada waktu kecil sering dipaksa minum jamu pahit. Katanya merasa ada tanduk yang keluar dari kepalanya ketika dipaksa minum jamu pahit. Itulah gambaran yang ia ceritakan saat dipaksa minum jamu yang rasanya sangat pahit dan baunya tidak enak itu. Lebih sering jamu yang ia minum adalah ramuan temulawak yang salah satunya bisa bermanfaat untuk menambah nafsu makannya.

Menyimak cerita temanku itu, saya jadi ingin sedikit mengisahkan tentang masa kecilku yang juga cukup akrab dengan jamu pahit ini. Selain rasanya pahit, memang baunya sangat tidak enak. Simbok biasanya membuatkanku jamu pahit yang murni tanpa campuran gula. Temulawak dan lempuyang adalah bahan dasar yang biasanya dipakai simbok untuk membuatkan ramuan jamu pahit untukku. 

Selain untuk memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, minum jamu juga dipakai untuk menghukumku. Saya sering dihukum dengan minum jamu pahit ini. Saat saya nakal atau tidak nurut, maka siap-siap saja dipaksa minum jamu pahit agar “kapok” – dalam Bahasa Jawa. 
 
Sebenarnya bukan minum jamu ya istilahnya, karena jamu tidak bisa saya minum seperti halnya teh atau susu yang tidak dipaksapun saya bersedia meminumnya. Namun untuk meminum jamu ini memang perlu drama dulu, karena harus dipaksa minumnya. Sesekali kalau tahu simbok membuat ramuan jamu, saya sembunyi atau lari. 

“Dicekoki”, begitulah julukan yang dipakai untuk ritual minum jamu ini. Jadi saya harus ditaruh dipangkuan simbok terlebih dahulu. Perlahan saya dibaringkan di pangkuannya, dipaksa membuka mulut, dan ramuan jamupun siap melayang. Agar lebih praktis biasanya simbok menaruh parutan tamulawak atau lempuyang itu dalam kain. 

Tangisankupun mulai merekah saat jamu mulai dipaksakan masuk ke mulut, karena rasa dan baunya yang tidak bersahabat. Semakin keras menangisnya, tentu malah semakin mudah jamu itu melayang ke mulut. Entah pada umur berapa saya tidak lagi dipaksa minum jamu cekok ini. 

Ketika saya masih kecil di kebun pekarangan rumah memang masih sangat lebat dengan jenis tanaman “empon-empon” ini, temulawak dan lempuyang adalah salah duanya. Sengaja simbok menanamnya karena untuk dipanen setiap beberapa bulan sekali, lalu dijual ke pasar dan juga untuk jamu masa kecilku. Sekarang yang masih tersisa hanya jahe, kunyit, lengkuas, dan kunci. Temulawak dan lempuyangnya sudah musnah. 

Itulah sedikit ceritaku tentang jamu cekok, apakah kalian juga pernah merasakannya?

*Dari catatan FB (Pare, 08/01/2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...