Selasa, 31 Januari 2017

COMFORT ZONE



Golden night adalah salah satu agenda yang kami laksanakan setiap malam Jum’at. Rangkaian acaranya dimulai dengan sholat maghrib berjama’ah dilanjutkan membaca Surah Yasin disusul melantunkan Asmaul Husna, mendengarkan ceramah motivasi, dan ditutup dengan makan bersama. 

Tema yang disampaikan pada kesempatan ini cukup menarik, yaitu tentang zona nyaman, yang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam hidup kita. Larut dalam zona nyaman ternyata menjadi salah satu iming-iming yang cukup membahayakan untuk diri kita. Berarti tidak ingin tumbuh berkembang ketika terus-menerus untuk menikmati kenyamanan yang telah kita dapatkan tersebut. 

Keluar dari zona nyaman memang tidak enak, banyak sesuatu yang baru disana. Kita harus melakukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita lakukan. Berat memang untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang terlanjur membuat kita nyaman dan senang. Namun itulah yang perlu dilakukan agar bisa berkembang, tentunya menuju ke arah yang positif –GETTING OUT FROM THE COMFORT ZONE!

DI luar zona nyaman, pasti akan dipertemukan dengan tantangan-tantangan baru. Dan ingat! tantangan tersebut hanya bisa kita dapatkan kalau keluar dari zona nyaman. Tantangan tersebut akan memacu adrenalin kita untuk mampu mengalahkan kelemahan yang ada pada diri kita.

Zona nyaman tumbuh karena terbiasa. Ketika keluar dari zona nyaman pasti pada awalnya memang sulit, namun seiring berjalannya waktu akan merasa nyaman juga karena terbiasa melakukannya. Masalahnya apakah kita sudah bisa membentuk kebiasaan itu untuk menjadikan diri kita merasa nyaman? Kalau belum, setelah berhasil keluar dari zona ternyaman kita, langkah selanjutnya adalah membentuk kebiasaan atau habit.

PRACTICE + REPETITION= HABIT. Itulah rumusan sederhana yang saya dapatkan tadi malam untuk membentuk kebiasaan. Kita perlu berlatih dan berlatih. Berlatih saja ternyata tidak cukup, tapi perlu menambahnya dengan resep pengulangan. Saya paham sekali kalau pengulangan disini maksudnya adalah melakukannya dengan ajeg atau istiqomah. Ini lebih tidak mudah lagi.

Saat kita menanam bunga, pepohonanan, atau tanaman yang lainya pasti akan tumbuh rumput-rumput liar yang tidak kita inginkan. Sebaliknya, ketika rumput sengaja ditanam, tidak akan muncul bunga atau tanaman lain. Analogi ini bisa dimaknai bahwa memang kalau kita melakukan suatu kebaikan (salah satunya berusaha untuk istoqomah dalam hal apapun), akan ada godaan-godaan yang muncul. Namun saatnya kita melakukan sesuatu yang negatif serasa aman-aman saja. Tak ada cara lain ternyata selain MEMAKSA DIRI untuk melawan godaan-godaan itu. Seperti halnya rumput liar tersebut, maka agar rumput tersebut bisa hilang, jalan terbaiknya adalah diberantas. 

Kalau kebiasaan-kebiasaan itu sudah putus sekali saja ditengah jalan, pasti selanjutnya akan ketagihan untuk mengulanginya. Maka, ketika ada godaan yang menyelinap untuk menggagalkan kebiasaan itu, kia harus memaksa diri kita untuk mengalihkanya. 

Saatnya sharing tentang pengalaman masing-masing dari kita ketika keluar dari zona nyaman. Ada teman-teman yang menceritakan bagaimana pengalamannya jauh dari orang tua saat sekolah yang hal itu menjadi tantangan baru baginya. Ada lagi yang menceritakan pengalamannya belajar Bahasa Inggris, dan masih banyak lagi variasi cerita mereka tentangan pengalamannya keluar dari zona nyaman.

Ketiga giliran saya, maka sayapun bercerita panjang lebar. Memang serasa hidupku ini dipenuhi ketidaknyamanan, hehe. Salah satunya bagimana saya masuk kuliah dengan Jurusan yang bukan passion saya waktu duduk di bangku SMA. Saya mengambil jurusan bahasa Inggris. Sebuah tantangan baru, bahkan selama beberapa semester saya belum bisa merasakan kenyamanan sama sekali. Mata kuliah yang ada di jurusan ini telah menjadi momok dalam benakku. 

Namun, karena jurusan yang saya ambil inilah saya semakin penasaran dengan kemampuan diriku sendiri. Hanya satu pertanyaan tantangan untuk menjawab mengapa pada akhirnya saya memilih jurusan Bahasa Inggris. 

Pertanyaan tersebut adalah “Sejauh mana saya tidak mampu menghadapi Bahasa Inggris?” Hanya bermodalkan pertanyaan tersebut, akhirnya saya memutuskan memutuskan untuk terus melanjutkan bergulat dengan mata kuliah Bahasa Inggris di bangku perguruan tinggi. 

Tantangan demi tantangan seolah muncul terus-menerus. Ketika saya sudah memasuki zona tidak nyaman artinya pintu keluar zona nyaman sudah tertutup rapat-rapat. Di depan mata hanya ada pintu-pintu dengan segudang tantangan di dalamnya. Ingat lagi misiku, yaitu menjawab pertanyaan, “Sejauh mana aku tidak mampu menghadapi Bahasa Inggris?” Hari demi hari terlewati, dan ternyata saya bisa melaluinya. Pertanyaan misiku seakan berhasil terjawab, yaitu “Alhamdulilah dengan izin Allah pastinya, saya bisa lulus.”

Sayapun mencoba kondisi di zona tidak nyaman yang lain selama kuliah dan inilah yang membuat saya benar-benar terkesan. Saya menjadi bersyukur dengan jurusanku dan almamaterku. Saya yakin kalau zona tidak nyaman yang membuatku berkesan ini kemungkinan besar tidak bisa saya temukan di jurusan lain, bahkan di tempat lain. Saya berkesempatan untuk belajar membaca dan menulis. Sungguh itu 180 derajat keluar cari zona ternyaman saya. 

Jujur, waktu di bangku sekolah saya sangat sulit menyesuiakan diri dengan yang namanya pelajaran Bahasa, khususnya Bahasa Indonesia. Tidak asyik dan sangat membosankan. Ibaratnya, merangkai satu kalimat waktu guru meminta untuk menuliskan kalimat dari sebuah kata yang sudah ada itu sulit. Pokoknya kelabu. Saya lebih menikmati hitungan, yang menurut saya lebih mengasyikkan. Saya seperti berhadapan dengan permainan seru. 

Tapi akhirnya aku menantang diri untuk belajar berbahasa, membaca dan menulis adalah salah satunya. Zona yang sangat tidak nyaman itu akhirnya perlahan menjadi menyenangkan setelah berusaha untuk membisakannya. Dan masih banyak lagi sebenarnya. Mungkin bisa menjadi bahan tulisan selanjutnya.

“Adakah saatnya kita berhenti untuk keluar dari zona nyaman?” 

Sebuah pertanyaan ini saya lontarkan dihadapan teman-teman. Jawaban yang sangat menohok rupanya. Intinya, selama kita ingin berkembang, menghadapi tantangan baru adalah suatu keharusan AND GETTNG OUT FROM THE COMFORST ZONE IS THE BEST WAY.
 
Satu lagi harus diingat kuncinya “PARCTICE + REPETITION = HABIT”. Dengan begitu zona tidak nyaman itu perlahan akan menjadi indah.

“Tidak ada kenyamanan di zona pertumbuhan, tidak ada pertumbuhan di zona nyaman”

Semoga bermanfaat!

*Dari catatan facebook (Pare, 06/01/2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UJIAN KESABARAN: RESEP SEMBUH PENDERITA HIPERTIROID

Oleh: Eka Sutarmi Periksa rutin ke dokter saya lakoni sejak saya mengetahui penyakit tiroid yang menyerang organ tubuh saya. Tepatnya 6 Ju...